Sabtu, 20 November 2010

KEKERASAN ATAU KASIH DALAM AGAMA

Kekerasan atau Kasih Dalam Agama

Berbagai Macam Agama
Ahmadiyah telah ada cukup lama di Indonesia.  Mereka dikenal dengan nama JIA (Jemaat Ahmadiyah Indonesia). Walaupun Ahmadiyah mengklaim Al-Quran adalah Kitab Suci mereka, namun umat Muslim tidak mengakui mereka sebagai aliran Islam.  Bahkan mereka menganggap hal itu merupakan penghinaan.
Sejak awal berdirinya Ahmadiyah di Indonesia mereka mendapat banyak penolakan dari umat Muslim. Penolakan demi penolakan dilakukan supaya mereka membubarkan diri. Baru-baru ini terjadi lagi di Kuningan, umat Muslim mengecam keberadaan komunitas Ahmadiyah.  Mereka melakukan aksi coret-coret terhadap Masjid Mahmud atau Masjid Jemaat Ahmadiyah.

“Untukmu Agamamu, Untukku Agamaku. ”

Inilah pernyataan iman umat Muslim sebagai bentuk keteguhan iman mereka.  Jelas kalimat di atas juga bertujuan untuk memberi kebebasan kepada siapapun untuk memeluk agamanya.  Melakukan kegiatan agamanya tanpa rasa takut dan khawatir atas ancaman dari agama lain.  Inilah yang seharusnya berlaku bagi umat beragama di Indonesia.  Dimana kebebasan inipun didukung oleh undang-undang di Indonesia.

Pengakuan Kebebasan Tidak Selalu Dihargai

Namun kenyataannya pengakuan dan undang-undang diatas tidak dapat menjamin kebebasan beribadah khususnya bagi umat minoritas.  Hal ini terbukti dengan banyaknya gereja ditutup secara paksa dengan alasan yang tidak jelas.  Lagi pemboman gereja seperti pada malam natal tahun 2000 telah menjadi duka mendalam bagi umat Kristen. Dan juga penolakan demi penolakan yang diterima oleh Jemaat Ahmadiyah Indonesia adalah bukti nyata bahwa kebebasan beragama yang dijunjung tinggi oleh “Untukmu agamamu, untukku agamaku” belum terjamin.

Ormas Melawan Patung

Ternyata “ketidak-bebasan” tidak hanya milik umat minoritas. Seorang seniman-pun harus merelakan karyanya dibongkar atas inisiasi sebuah ormas Muslim. Patung yang menjadi ikon sebuah perumahan elit, dibangun menggunakan biaya cukup besar harus terpaksa dibongkar. Sungguh ironis!!

Al-Fatihah Menekankan Sikap Rahmat dan Kasih Sayang

Umat Islam setiap hari, berulang kali mengucapkan Al-Fatihah dan dengan demikian mengulang kenyataan bahwa Allah SWT adalah ar-Rahman dan ar-Rahim.  M. Quraish Shihab dalam bukunya, “Tafsir Al-Misbah” menulis: “Ketika seseorang membaca ar-Rahman dan atau ar-Rahim, diharapkan jiwanya akan dipenuhi oleh rahmat dan kasih sayang, dan saat itu rahmat dan kasih sayang akan memancar keluar dalam bentuk perbuatan-perbuatan.”
Jika orang yang membaca Al-Fatihah masih mempraktekkan kekerasan dan kekejaman kepada orang lain, kelihatan sholatnya kurang bermanfaat.

Isa Al-Masih Dapat Memenuhi Hati Kita Dengan Kasih

Jelas kekerasan seperti di atas dilarang dalam Injil.  Isa Al-Masih dalam Injil, Rasul Matius 5:44 bersabda: Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka . . . .” Berdasarkan nasihat ini orang Islam perlu mendoakan Jemaat Ahmadiyah Indonesia dan juga orang Kristen.
Sebetulnya hanya mereka yang telah menerima KASIH dari Isa Al-Masih yang mampu membagikan KASIH semacam ini kepada sesama.  Jika semua orang memiliki kasih yang ditekankan oleh Isa Al-Masih, maka akan tercipta kehidupan sosial yang harmonis.

RAHASIA TERBESAR YANG TERSEMBUNYI DALAM IDUL ADHA

Rahasia Berkah Idul Adha

Korban IbrahimMengenai peringatan hari raya Idul Adha, Al-Quran mencatat sebuah ayat yang menarik.  Ayat ini tentang pengurbanan Nabi Ibrahim AS.  Ia mengurbankan seekor domba jantan sebagai pengganti anak lelaki yang disayanginya. “Kami tebusi anaknya itu sembelihan yang besar (seekor kambing / domba).” (QS 37:107).

Al-Quran Menggambarkan Sembelihan Dengan “Adzim” (Besar)

“Adzim” (Besar) adalah nama yang digunakan bagi Allah. Tapi ayat diatas juga menggunakan nama tersebut bagi korban sembilan yang nilainya lebih kecil dibandingkan anak Ibrahim. Apa maksud Al-Quran dengan ayat tersebut?

“Sembelihan besar” ini adalah sebuah simbol yang melambangkan keagungan. “Sembelihan besar” menjadi alat penebusan Allah bagi anak lelaki Ibrahim.  Inilah merupakan kemurahan hati Allah. Kematian domba jantan itu telah menebus manusia dan memberikan hidup kepadanya.

Allah yang Menebus dan Menyediakan

Karena Allah yang menebus anak lelaki Ibrahim melalui sembelihan. Sembelihan yang Allah sediakan ialah sebuah domba jantan yang benar-benar murni dan tanpa cacat sedikitpun.

Al-Quran tidak bicara mengenai tempat penyembelihan tersebut.  Namun Kitab Taurat, Kejadian 22:3 menulis: Allah memerintahkan Ibrahim untuk pergi ke Gunung Moria. Ratusan tahun kemudian, Raja Sulaiman membangun Bait Allah di atas gunung yang sama.

Apa Tujuan Berkurban Pada Idul Adha?

Beberapa orang berpendapat tujuan berkurban supaya orang miskin dapat mengambil manfaat dengan makan dagingnya. Pendapat itu tidak salah.  Tetapi benarkah tujuan Allah atas kurban semata-mata hanya itu?

Tidak ada perintah dalam Al-Quran untuk berkurban saat Idul Adha. Satu-satunya alasan adalah meneladani ketaatan Nabi Ibrahim saat berkurban (QS 37:100-113). Dan saat itu dia tidak berada diantara orang-orang miskin.

Karena dia takut kepada Allah dan menyadari dosa-dosanya, maka dia memerlukan tebusan dari Allah. Al-Quran mencatat “Dan yang amat kuinginkan (Nabi Ibrahim) akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat" (QS 26:82). Maka seharusnya tujuan seseorang berkurban adalah karena percaya kepada Allah, pada apa yang telah dilakukan-Nya serta memohon pengampunan dan penebusan-Nya.

Kurban Seperti Apakah Yang Layak Menggantikan Kita Dihadapan Allah?

Sapi KurbanDaging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu.  . . . ” (QS 22:37)

Kurban yang layak menggantikan kita dihadapan Allah haruslah lebih tinggi dari seekor hewan. Karena Allah hanya menerima ketaqwaan yang hanya dimiliki oleh manusia, maka kurban yang dapat diterima Allah hanyalah kurban seorang manusia.

Ciri-ciri “Kurban Besar”

Jelas, harus manusia suci, tanpa dosa, dan dikirim Allah. Beberapa orang berpendapat bahwa semua nabi tidak berdosa. Benarkah demikian?  Al-Quran mencatat: Adam dan Hawa berdosa (QS 7:23 ); Nuh berdosa (QS 11:47 ); Ibrahim berdosa (QS 26:82; 14:41 ); Musa berdosa (QS 28:15-16); Harun berdosa (QS 20:93); Daud berdosa (QS 38:24 ); Sulaiman berdosa (QS 38:32,35 ); Yunus berdosa (QS 21:87 ); Muhammad berdosa (QS 48:2; 47:19).

Bagaimana dengan Isa Al-Masih? Tidak ada ayat dalam Al-Quran yang mengatakan Isa Al-Masih berdosa. Sebaliknya Al-Quran mencatat: "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci."  Kata “suci” hanya ditujukan kepada Isa Al-Masih. Kedatangan-Nya disebut ajaib karena Dia satu-satunya yang dilahirkan oleh seorang perawan (QS 21:91; 66:12), juga memiliki Kebesaran  (QS 3:45; 4:171) dan disebut “Kalimat-Nya dan roh dari pada-Nya”.

Isa Al-Masih “Kurban” yang Besar

Dengan demikian Isa Al-Masih adalah satu-satunya yang dapat menjadi kurban yang sebenarnya. Mengapa? Karena Dia suci, datang ke dunia dengan cara ajaib, dan dikirim Allah.
Seperti halnya kurban yang harus terlebih dahulu hidup lama sebelum siap dikurbankan, demikian juga Isa Al-Masih. Ia hidup cukup lama sebelum mengurbankan diri-Nya sebagai tebusan. Kematian-Nya di kayu salib telah membuat darah-Nya tertumpah. Dia adalah lambang tebusan Allah seperti yang dikatakan oleh Nabi Yahya, anak Zakaria: “Ini adalah Anak Domba Allah, yang akan dikurbankan untuk menebus dosa-dosa dunia.

Kematian-Nya telah memberikan hidup kepada manusia.  Ia membangkitkan orang dari kematian sebelum Dia sendiri mati. Dia, yang tidak berdosa telah menyerahkan diri-Nya bagi orang berdosa. Dan menjadi tebusan serta memberi hidup bagi orang berdosa.

Rahasia Berkah Idul Adha!!

Isa Al-Masih bukan hanya satu-satunya yang dapat menjadi kurban, tetapi Dia adalah “kurban besar” itu karena menggambarkan semua sifat kurban itu.

Dengan demikian kita dapat mengerti dalam pengertian yang lebih luas arti rahasia dari ayat “Kami tebusi anaknya itu dengan sembelihan yang besar (seekor domba)” (QS 37:107). Mengapa dia “besar?” Karena pengurbanan besarnya mencakup seluruh umat manusia.

Kesimpulan

  • Kematian domba jantan itu telah menebus dan memberikan hidup bagi anak lelaki Nabi Ibrahim
  • Tujuan berkurban karena percaya kepada Allah, pada apa yang telah dilakukan-Nya, memohon pengampunan dan penebusan-Nya.
  • Kurban yang dapat diterima Allah adalah kurban seorang manusia yang suci dan tanpa dosa.
  • Isa Al-Masih satu-satunya yang dapat menjadi kurban 'kurban besar'. Karena Dia suci, datang ke dunia dengan cara ajaib, dikirim Allah dan kematian-Nya memberikan hidup kepada manusia sebagai tebusannya.
  • Jelas, Isa Al-Masih mengorbankan diri-Nya bagi seluruh manusia termasuk Saudara.  Hari ini, dengan menerima Isa Al-Masih sebagai Juruselamat, Saudara dapat menikmati hidup yang kekal.

Kasih Isa Al Masih Membawa Berkat Keselamatan

Isa Al Masih Datang Untuk Menyelamatkan Umat Manusia Dari Tipu Daya Iblis