Kamis, 21 Juli 2011

PRESTASI DAN WARISAN MUHAMMAD

Agama adalah agama yang pesat kemajuannya dengan jumlah pemeluknya ±
1,3 milyar orang. Mereka yang memeluk agama Islam disebut sebagai orang
Muslim. Pendiri agama Islam adalah Muhammad bin Abdullah. Sejarah
penyebaran agama ini dari mula-mula sampai akhir abad ke-19 adalah
melalui perjuangan hingga kepada kekerasan dan peperangan-peperangan.
Sejarah memperlihatkan bahwa bangsa atau suku bangsa yang dikalahkan
oleh pendudukan Islam dipaksa memeluk agama Islam, diusir atau hilang
nyawanya. Nabi Muhammad berkata terus terang: “Aku dimenangkan melalui teror” (Bukhari 4.52-220).
Sebuah pengakuan jujur bahwa prestasi dan warisan “kemenangan” Islam
tidak tegak tanpa pedang.

Pada zaman itu satu persatu daerah dan negara ditaklukkan oleh Islam
seperti Mekah, Saudi Arabia, Syria, Mesir, Turki, Iran, Irak, Byzantium,
Afrika Utara dll. Mereka juga menyerbu ke Eropa, Spanyol ditaklukkan
dan 400 tahun lamanya negara ini dikuasai oleh Islam. Invasi Islam di
Eropa ditahan di Wina oleh orang-orang Austria dan Charles Martel
pemimpin pasukan Italia mengalahkan pasukan Islam di pegunungan Pyrene,
Perancis sehingga Eropa selamat dari serbuan Islam.Di Turki orang-orang
Islam membantai ± 1,5 juta orang Kristen Armenia pada akhir abad 19 –
awal abad 20. Kemajuan Islam mulai memudar setelah teknologi Barat
mengungguli orang-orang Islam terutama dalam membuat senjata dan
perangkat-perangkat perang, mulai dari bedil dan meriam.
Untuk sementara Islam seakan-akan tertidur. Tetapi pada tanggal
9-11-2001 dunia disentakkan oleh penghancuran WTC, ini awal teror Islam
dalam zaman modern. Teror demi teror telah terjadi, dari seluruh
peristiwa terorisme yang terjadi didunia ini, 90% adalah sumbangan
Islam. Dunia mulai bertanya-tanya, agama Islam itu dan bagaimana
ajaran, filosofi serta sejarahnya?
Kebanyakan orang Muslim sendiri tidak mengetahui tentang Islam. Ini
diakui sendiri oleh banyak Muslim, khususnya yang tidak lagi Muslim.
Orang-orang menjadi Muslim karena faktor keluarga dan lingkungan seperti
tinggal di negara Islam sehingga mau tidak mau mereka harus memeluk
Islam. Oleh karenanya buku ini diterbitkan dengan menghimpun
tulisan-tulisan dari sumber-sumber Islam terpercaya seperti buku-buku
sejarah Islam, Al Qur’an dan Hadits dan dari berbagai sumber dan
otoritas yang netral dan independent. Tujuan penulisan buku ini agar
dunia Muslim maupun non-Muslim dapat mengetahui hakekat Islam adanya.
Selamat membaca dan merenungkannya.
Serba Onar


Setelah serangan 9/11 ada seorang ibu “kafir” Amerika yang bercerita
bahwa ia mempunyai seorang putra 23 tahun, telah masuk Islam dan menikah
dengan seorang muslimah.Sekarang mereka telah mempunyai seorang bayi.
Putranya ingin pergi ke Afganistan untuk bertempur bersama Taliban
membunuhi tentara Amerika dan siap mati sebagai sahid. Ibu itu
mengatakan putranya pernah berkata, apabila Islam menguasai Amerika dia
tidak ragu lagi untuk memancung kepala para kafir termasuk ibunya, jika
perintah untuk membunuh kafir dikumandangkan.
Muhammad Ali al-Ayed 23 tahun putra jutawan Arab Saudi tinggal di
Amerika Serikat.Pada saat petang bulan Agustus 2003 dia mengundang
kawannya seorang Yahudi Maroko bernama Sellouk untuk bertemu. Keduanya
minum di sebuah bar lalu pergi ke apartemen Al-Ayed sekitar tengah
malam. Al-Ayed tiba-tiba mengambil pisau dan menusuk kawan Yahudi sampai
bagian tubuh kawannya hampir terpisah.Rekan sekamar Al-Ayed berkata
kepada polisi bahwa “kedua orang itu tidak berdebat sebelum akhirnya
Al-Ayed membunuh Sellouk”. Alasan pembunuhan itu adalah perbedaan agama,
demikian kata pengacara Al-Ayed.
Muhammad Taheri-azar 25 tahun keturunan Iran, lulusan University of
North Carolina. Suatu hari pada bulan Maret 2006, dia menyewa sebuah jip
dan mengendarainya pelan-pelan ke dalam kampus University of North
Carolina.
Lalu tiba-tiba dia menginjak gas menabrak sekelompok mahasiswa dengan
tujuan membunuh sebanyak mungkin orang. Dia menabrak 9 orang dan
melukai parah 6 orang.
Samao Menghwar dan istrinya adalah pasangan Hindu yang tinggal di
Karachi, Pakistan. Pada suatu senja bulan November 2005 mereka pulang
kerja dan terkejut ketika mendapatkan ke tiga putri mereka hilang,
ternyata putri-putri mereka telah diculik dan dipaksa masuk Islam.
Polisi menangkap pelakunya pemuda-pemuda Muslim tetapi mereka semua
dilepaskan pengadilan karena masih belum berusia dewasa, namun ke tiga
putrinya tetap hilang.
Menculik gadis-gadis Hindu sudah menjadi tindakan lumrah. Mereka
diculik, di-Islamkan dengan paksa, juga dipaksa kawin dengan orang
Muslim, orang tua mereka tidak boleh menjenguk si gadis, alasannya
“gadis Muslimah tidak boleh berhubungan lagi dengan kafir”. Ketika
seorang gadis Hindu di-Islamkan, ratusan muslim turun ke jalan dan
berteriak-teriak mengucapkan slogan-slogan Islam, jerit tangis orang tua
si gadis tidak didengar oleh pihak manapun. Kalau gadis itu berani
murtad pasti dibunuh. Banyak kejadian dimana pengacara-pengacara enggan
membela keluarga korban karena takut dibunuh ekstremis Islam.

Muriel
Degauque 38 tahun, wanita Belgia yang sejak kecil suka naik papan
seluncur di salju ketika musim dingin.Dia menikah dengan seorang Muslim
salafi keturunan Maroko dan masuk Islam. Tak lama setelah itu dia dan
suaminya pergi ke Irak melalui Syria. Di Irak dia meledakkan dirinya
sendiri terhadap patroli polisi Irak pada tanggal 9 Nopember 2005,
Seorang komandan dan 5 polisi mati serta 4 warga sipil luka-luka berat
(Newsweek, 12 Desember 2005).

Pada bulan
Oktober 2005, tiga gadis remaja dari sekolah Kristen swasta, berjalan di
perkebunan coklat dekat kota Poso di Indonesia. Mereka diserang dan di
penggal oleh sekelompok Muslim. Polisi mengatakan kepala-kepala mereka
ditemukan jauh dari badan mereka dan satu kepala diletakkan di depan
sebuah gereja. Militan muslim menyerang propinsi Sulawesi Tengah
karena merasa yakin bahwa tempat ini bisa dijadikan batu pijakan untuk
berdirinya Negara Islam. Pada tahun 2001 dan 2002 militan muslim dari
seluruh Indonesia menyerang masyarakat Kristen di propinsi ini, lebih
dari 1000 orang Kristen mati.

Pada 11
September 2001 orang-orang Muslim membajak pesawat di Amerika dan
menabrakkan ke menara kembar WTC, lebih dari 2600 orang tewas. Banyak
sekali orang-orang Muslim di negara-negara Islam yang justru menari-nari
sebagai luapan kegembiraan atas tragedi kemanusiaan yang mengerikan
ini. Ulama-ulama Islam malahan menuding bahwa serangan tersebut adalah
konspirasi yang dilakukan oleh kaum Yahudi.

Pada 12
Oktober 2002 teroris Muslim meledakkan bom bunuh diri di Paddy’s club
dan Sari club, Bali yang menewaskan 202 orang, terbesar warga Australia.
Bagaimana jadinya andaikata malapetaka semacam ini terjadi karena
diledakkan oleh “teroris Kristen”’ terhadap Muslim.

Bom Bali
kedua di Maharaja, Jimbaran Restaurant, pada 1 Oktober 2005. Dengan
korban tewas 20 orang, 129 orang luka-luka. (Newsweek, 18 Juli 2005).

Hotel
J.W.Marriott di Mega Kuningan, Jakarta di bom oleh teroris Muslim
ekstrem pada tanggal 5 Agustus 2003, korban tewas 12 orang, 150 orang
luka-luka.

Bom kereta
api bawah tanah di London pada tanggal 7 Juli 2005, korban tewas 52
orang.

Bom kereta
api di Madrid, tiga hari sebelum pemilihan umum pada tanggal 11 Maret
2004, menewaskan 191 orang dan 2050 orang luka-luka.

Korban
pemboman hotel JW Marriott jilid-2 oleh pembom bunuh diri Islam ekstrim,
pada tanggal 17 Juli 2009, jam 07.45. Pada hari itu juga dibom hotel
Ritz Carlton, korban tewas seluruhnya 9 orang, termasuk orang yang
terlihat pada gambar disamping. (Mr.Timothy McCay).


Islam menyebabkan pertumpahan darah lebih banyak dari sebab-sebab
lain di dunia. Menurut beberapa ahli sejarah, di India saja ada jutaan
orang dibunuh oleh pedang Islam, jutaan orang lainnya mati di Persia dan
Mesir. Di Turki pada akhir abad ke 19, ada 1,5 juta orang Kristen
Armenia dibunuh oleh Muslim Turki. Dan banyak negara-negara lain
diserang penjarah Islamist, sewaktu ditaklukkan dan sewaktu dijajah
berabad-abad kemudian. Hal ini berlangsung terus sampai hari ini. Moto
para Islamist: “Kami lebih cinta kematian dari pada
kehidupan”. Ini merujuk kepada
janji Allah yang memberikan surga bagi “mereka yang berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau
terbunuh…” (surat 9:111).
Ini dibuktikan dengan terjadinya ribuan serangan teroris dimana-mana
pada tahun-tahun terakhir. Dari 28 peperangan yang sedang berlangsung di
dunia ternyata 25 melibatkan umat Islam yang jumlahnya seperlima
manusia di dunia. Dan berdasarkan statistik, Muslim secara berkelompok
mempunyai kecenderungan 33 kali lipat lebih besar untuk menggunakan
kekerasan sebagai solusi masalah dibandingkan manusia-manusia non
Muslim.
Islam adalah hasil pikiran dan klaim-klaim Muhammad atas nama Allah,
dan Muslim membaca kata-katanya dalam Al Qur’an dan Hadits dan
mengikutinya secara seksama dalam praktek hidup-nya.
Bagi Muslim, Muhammad adalah makhluk terbaik, manusia berakhlak
mulia, paling sempurna dan teladan yang patut dicontoh, mereka telah
menerima Muhammad sebagai manusia unggul dan “rahmat Allah atas manusia” (Qs 33:21; 68:2,4). Mereka
percaya jika Muhammad melakukan sesuatu, tidak peduli itu kejam atau
biadab ukuran apapun, maka itu adalah tindakan yang benar dan mulia
dalam ukuran Allah. Mereka tidak menilai dia sebagai nabi dengan
standard moral, kemanusiaan atau hukum emas batiniah. Konsep moral
seperti itu sungguh asing bagi seorang Muslim. Bagi mereka baik dan
buruk lebih ditentukan dari legalitas halal dan haram, nilai-nilai dan
syariah Islam yang tidak usah mengenal logika, etika atau moralitas,
yang dicap “Barat”.
Tidak boleh ada pertanyaan, kritik dan tidak boleh ada masalah moral
yang dipertanyakan karena mempersoalkan itu berarti meragukan Allah
sendiri. Dan pemikiran demikian harus dilenyapkan mulai dari orangnya.
Walaupun Muslim telah mendengar bahwa Muhammad adalah perampok, penipu
daya, pembantai massal, kejam, pedofil, haus wanita dll, namun mereka
tidak pernah menyelidikinya sendiri, melainkan tetap percaya padanya
tanpa berkedip.

Zaman Sebelum Muhammad


Pada zaman jahiliyah yaitu sebelum Muhammad lahir, sebagian besar
bangsa Arab menyembah patung-patung dan batu-batu berhala dan mereka
juga menyembelih hewan-hewan kurban dihadapan patung-patung berhala itu.
Pada waktu itu bangsa Arab hidup bersuku-suku (kabilah-kabilah) dan
berdiri sendiri dan saling bermusuhan, setiap sengketa yang timbul
mereka serahkan penyelesaiannya kepada pemimpin kabilah mereka.
Dasar hubungan dalam kabilah adalah pertalian darah. Rasa kesukuan
(ashabiyah) amat kuat dan mendalam sehingga bila terjadi salah seorang
diantara mereka teraniaya maka seluruh anggota kabilah akan bangkit
membelanya.
Ada berbagai macam agama di Arabia, ada suku penganut Yudaisme,
Kristen, Zoroastria, Sabean (agama yang percaya satu Tuhan, sekarang
sudah musnah) dll.
Para penganut agama-agama ini bebas melakukan ibadah agamanya. Ada
pula nabi-nabi lain yang bebas berkhotbah tentang agamanya. Ada
pertemuan-pertemuan rutin di Okaz dan kota-kota lainnya yang
membicarakan secara terbuka masalah-masalah keagamaan, kotbah dan adu
syair. Tidak ada masalah. Sikap tidak toleran terhadap kepercayaan lain
di Arabia hanya bermula dari Islam.
KA’BAH.
Ka’bah disebut juga Ka’bah Baitullah yang berarti Ka’bah rumah Allah.
Ka’bah ini merupakan bangunan berbentuk kubus tanpa atap, yang
terdapat di kota Mekah di Arab Saudi. Menurut kata orang, Ka’bah ini
dibangun oleh Ibrahim dan Ismail. Tetapi Abraham yang tercatat dalam
Kitab Suci tidak pernah ke Arab Saudi. Sejarah dan arkeologi pun tidak
membuktikan jejak-jejaknya. Rute jalannya belum exist. Perjalanan
Abraham dari Ur-Kasdim, di daerah Mesopotamia, Irak saat ini, ke utara
sampai di tanah Haran, Syria, lalu masuk ke tanah Kanaan.
Pada dinding sebelah timur Ka’bah, dekat sudut tenggara Ka’bah
terdapat pintu masuk ke Ka’bah yang disebut pintu Ali, sedang pada sudut
tenggara Ka’bah terdapat Hajarul Aswad atau lebih sering disingkat
Hajar Aswad, yang berarti Batu Hitam yang diletakkan sekitar satu meter
di atas tanah.
Pada zaman pra-Islam, di dalam dan di luar Ka’bah ini terdapat 360
patung-patung dan benda-benda batu-batuan yang diberhalakan oleh
penduduk Mekkah, disembah sebagai sesembahan atau sebagai ilah-ilah
mereka. Pedagang-pedagang Arab dalam perjalanannya sehari-hari melakukan
persinggahan di Ka’bah itu, berdoa kepada ilah-ilah mereka supaya
mendapat banyak rezeki.
Dahulu kala para pagan melakukan ziarah haji, ketika mengelilingi
Ka’bah itu mereka harus telanjang bulat dan bertepuk tangan (Footnote
HSB 843).
Ka’bah ini pernah dilanda banjir dan mengalami kerusakan, sehingga
memerlukan renovasi. Di dalam Hadits diceritakan bahwa Muhammad juga
ikut bekerja dalam merenovasi Ka’bah tersebut.
Ketika Muhammad memberitakan bahwa dirinya adalah seorang nabi, maka
ia mendapat tantangan dan permusuhan dari sukunya sendiri yaitu suku
Quraish.
Karena adanya permusuhan dari suku Quraish ini, maka Muhammad
terpaksa hijrah ke kota Medinah pada tahun 622. Di kota inilah Muhammad
banyak berinteraksi dengan Yahudi dan Nasrani, yang menyembah Tuhan Yang
Esa. Dan kelak ketika Muhammad telah mendapat banyak pengikut dari kota
Medinah, Muhammad kembali menyerang kota Mekah.
Pada tahun 630 M, ketika Muhammad berdiri diluar Mekah, bersama
dengan 10.000 tentara Muslim, ia ingin merebut kota itu dengan sesedikit
mungkin menumpahkan darah. Ia sangat me-mahami mengapa orang-orang
Mekah memeranginya. Mereka takut jika Islam menang maka pendapatan
mereka yang berasal dari peziarah yang berkumpul di kuil-kuil berhala di
kota mereka akan terhenti, dan mereka akan mengalami kehancuran
ekonomi. Karena itu Muhammad menawarkan pada mereka kompromi berikut
ini: “Hai, kalian orang-orang Mekah, jadilah Muslim sehingga dengan
demikian kamu menaati Allah, Quran dan saya, utusan Allah, dengan
menghancurkan semua berhala di Mekah dan saya akan menjamin bahwa kamu
akan mempunyai sumber pendapatan yang tak berkesudahan. Oleh karena di
masa yang akan datang bukan penyembah-penyembah berhala yang akan
berziarah ke Mekah tetapi orang-orang Muslim, dan kamu akan memperoleh
pendapatanmu”. Untuk membuktikan hal ini ia meminta Allah mewahyukan
beberapa ayat rujukan di dalam Qur’an yang memerintahkan orang Muslim
untuk melaksanakan ibadah Haji (ziarah) ke Mekah dan sekitarnya. Itu
dapat kita saksikan dalam Quran surat 3: 97 dan 2: 125
UPACARA IBADAH
HAJI.
Sampai hari ini umat Islam seluruh dunia tiap tahun
berbondong-bondong pergi ke Mekah, melakukan rukun Islam yang ke lima,
yaitu ibadah haji sebagai tamu Allah. Di dalam upacara ibadah haji ini
mereka berusaha untuk dapat mencium Hajar Aswad sebanyak tujuh kali.
Mencium Hajar Aswad ini mereka lakukan sesuai apa yang telah dilakukan
oleh nabi mereka seperti yang tertulis di dalam Hadits Shahih Muslim
(HSM 1190) sebagai berikut:
“Tatkala Rasulullah SAW tiba di
Mekah, mula-mula beliau men-datangi Hajar Aswad lalu beliau mencium”.
Sebelum mencium Hajar Aswad itu, Muhammad menyebutkan:
“Labbaik allahuma labbaik” yang berarti:
“Ya Allah atas panggilanMu aku datang kepadaMu”.
(HSM 1150).
Pada hakekatnya upacara ibadah haji saat ini tidak lain adalah
kelanjutan dari upacara haji penyembah berhala pada zaman pra-Islam.
Bedanya hanya terletak pada yang mereka sembah.
Pada zaman pra-Islam mereka menyembah pelbagai berhala diantara 360
buah, sedang zaman sekarang ini mereka me-nyembah berhala yang esa atau
satu, yaitu Hajar Aswad yang dipanggil dengan namanya yaitu Allah.

RIWAYAT SINGKAT
MUHAMMAD.
Riwayat hidup atau biografi Muhammad disebut Sirat Rasul Allah.
Dengan mmempelajari kisah kehidupan sang nabi yang tertulis di
dalamnya, maka kita bisa menelusuri sejarah kehidupannya, serta
mengintip jalan pikir Muhammad untuk mengerti perbuatannya dan mengapa
dia berbuat demikian.
Kelahiran dan masa kecil Muhammad


Pada tahun 570 M di Mekah lahirlah seorang anak laki-laki dari
ayahnya yang bernama Abd Allah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abd
Munaf bin Qusai bin Kilab bin Murra bin Ka’b bin Lu’ayy bin Ghalib bin
Fahd bin Malik bin Al-Nadr bin Kinana bin Khuzaima bin Mudraka bin Elias
bin Mudar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. Dikatakan oleh sebagian pakar
Islam bahwa Adnan adalah salah satu dari anak Ismail, namun hal ini
tidak dapat dipastikan oleh sarjana-sarjana Muslim. Malahaan Ibn Abbas
melaporkan:
“Antara Adnan dan Ismail ada 30
generasi yang tidak diketahui” (Al-Sira al-Nabawiyya, by Ibn Kathir).
Yang menarik pula adalah fakta bahwa asal usul Muhammad justru
mempunyai garis keturunan Yahudi karena Mudraka bin Elias bin Mudar
adalah seorang Yahudi dari suku Gad. (Dicatat oleh Al-Tabari dan Imam
As-Suheili, yang dianggap sebagai sarjana-sarjana Muslim yang hebat).
Ibunya bernama Aminah binti Wahab bin Abdulmanaf bin Zurah bin Kilab
bin Murah. Dengan demikian ayah dan ibu Muhammad masih satu keturunan.
Waktu Aminah hamil tiga bulan Abdullah meninggal. Waktu Muhammad berusia
lima tahun, Aminah meninggal. Waktu Muhammad lahir ia dibawa kakeknya
Abdul Muthalib ke kaki Ka’bah dan disana bayi itu diberi nama Muhammad
(berarti yang terpuji). Meskipun Muhammad anak laki-laki Aminah
satu-satunya, setelah Muhammad lahir dia diserahkan kepada Thueiba,
pelayan dari paman Muhammad yang bernama Abu Lahab (orang yang sama yang
dikutukinya dalam Quran sura 111, sekalian juga dengan istrinya).
Tetapi kemudian Aminah menyerahkan Muhammad kepada Halimah seorang
wanita Bedouin untuk dibesarkan di padang pasir, kala itu Muhammad
berusia 6 bulan.
Halimah adalah wanita yang menyusui Muhammad, enam puluh tahun
kemudian baru terungkap bahwa awalnya Halimah tidak mau mengurus
Muhammad karena dia anak yatim dari janda miskin. Tetapi akhirnya
Halimah mau mengurus Muhammad karena dia tidak mendapatkan anak dari
keluarga kaya dan keluarganya sendiri sangat memerlukan uang walaupun
sedikit upah yang diterimanya.
Halimah melaporkan bahwa Muhammad adalah anak yang penyendiri. Dia
suka hidup dalam khayalannya sendiri dan bercakap-cakap dengan
teman-teman khayalannya yang tidak bisa dilihat orang lain. Kesehatan
mental Muhammad mengkhawatirkan ibu asuhnya sehingga dia mengembalikan
Muhammad kepada ibunya Aminah ketika berusia lima tahun. Karena masih
belum punya suami baru, Aminah ragu-ragu untuk menerima kembali anaknya
sampai Halimah menceritakan kepadanya kelakuan dan khayalan Muhammad
yang aneh.
Ibn Ishaq mencatat kata-kata Halimah:
Ayahnya (ayah dari anak laki-laki Halimah satu-satunya) berkata
kepadaku: “Aku takut anak ini mengalami serangan jantung, maka bawalah
dia kembali ke keluarganya sebelum terjadi akibat buruk” … Dia (ibu
Muhammad) terus menggangguku sampai aku menceritakan kepadanya. Ketika
dia bertanya apakah aku takut anaknya (Muhammad) kerasukan setan, maka
kujawab: iya.
[Sirat ibn Ishaq, page 72: Ibn Ishaq (baca Is-haq, nama Arab bagi
Isaac) adalah penulis sejarah Muslim, lahir di Medina kira-kira 85
tahun setelah Hijra (yakni tahun 704, dia meninggal tahun 768). Dialah
penulis pertama sejarah hidup Muhammad dan peristiwa-peristiwa
perangnya. Kumpulan kisahnya tentang Muhammad disebut “Sirat al-Nabi”
(“Kisah hidup sang Nabi”). Buku ini telah hilang. Akan tetapi kumpulan
tulisan Ibn Ishaq dengan catatan-catatan tambahan dari Ibn Hisham (mati
tahun 834) masih tersedia dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Ibn
Hisham mengaku sengaja tidak menyertakan beberapa tulisan Ibn Ishaq yang
dianggap memalukan kaum Muslim. Beberapa bagian kisah memalukan ini
dikutip oleh Tabari (838-923) yang adalah penulis sejarah terkenal dan
paling terkemuka dari Persia dan juga penulis tafsir Qur’an.].
Suami Halimah berkata: “Aku takut anak ini mengalami serangan
jantung”. Keterangan ini penting. Bertahun-tahun kemudian Muhammad
menceriterakan pengalaman masa kecilnya yang aneh:
Dua orang berpakaian putih datang kepadaku dengan baskom emas penuh
salju. Mereka memegangku dan membelah tubuhku dan mengambil dari dalam
tubuhku gumpalan hitam yang lalu mereka buang. Lalu mereka mencuci
jantung dan tubuhku dengan salju sampai murni. [W.Montgomery Watt:
terjemahan tulisan biografi Muhammad oleh Ibn Ishaq (hal 36)].
Muhammad sekarang hidup bersama ibunya lagi, tetapi ini tidak
berlangsung lama. Setahun kemudian Aminah meninggal (576 AD) dan
dikuburkan di Abwa, yang terletak diantara Mekah dan Medinah.
Ketika Muhammad menaklukkan Mekah, limapuluh tahun setelah kematian
ibunya, dia menyambangi kuburan ibunya. “Ini adalah kuburan ibuku; Tuhan
mengijinkanku untuk melawatnya. Aku ingin berdoa baginya, tetapi tidak
dikabulkan. Maka aku memanggil ibu untuk mengenangnya dan ingatan lembut
tentang dirinya menyelubungiku, dan aku menangis”.
[Tabaqat Ibn Sa’d p.21. Ibn Sa’d (784-845) adalah ahli sejarah, murid
dari al Waqidi. Dia membagi tulisannya dalam delapan bagian, dan
menamakannya Tabaqat (kategori2). Yang pertama adalah kisah hidup
Muhammad (Vol.1), lalu perang2nya (Vol.2), pengikut-pengikutnya di Mekah
(Vol.3), pengikut-pengikutnya di Medinah (Vol.4), cucu2nya, Hassan dan
Hussein dan tokoh2 Muslim yang utama (Vol.5), pengikut2 dan
sahabat-sahabat Muhammad (Vol.6), pengikut penting berikutnya (Vol.7)
dan beberapa tokoh Muslimah (Vol.Cool].
Apakah yang dilakukan Aminah sehingga Tuhan tidak mengabulkan
Muhammad berdoa bagi ibunya? Mungkinkah dia mengingatnya sebagai wanita
dingin yang tidak sayang anak sehingga Muhammad mengalami luka batin
yang tidak pernah sembuh? Muhammad kemudian hidup bersama kakeknya Abdul
Muthalib yang sangat memanjakan dan memperhatikan Muhammad lebih banyak
dari putra-putranya sendiri.
Muir dalam Biography of Muhammad menulis: “Anak itu dirawat dengan
penuh kasih sayang olehnya. Sebuah karpet biasa dibentang di bawah
bayang-bayang Ka’bah dan Abdul Muthalib berbaring terlindung dari terik
matahari. Di sekitar karpet dengan jarak yang tidak jauh, duduklah
putra-putranya. Muhammad kecil berlari mendekat kakeknya dan mengambil
karpet tersebut. Putra-putranya hendak mengusirnya pergi, tapi Abdul
Muthalib mencegahnya dan berkata: “Jangan larang putra kecilku”. Dia
lalu mengelus punggungnya karena merasa girang melihat tingkah lakunya
yang kekanakan.
Muhammad diurus oleh Baraka ibu asuhnya, tetapi dia selalu pergi
darinya dan pergi ketempat tinggal kakeknya bahkan jika dia sedang
sendirian dan tidur. Muhammad ingat perlakuan penuh kasih sayang dari
kakeknya, dia sering berkhayal, di kemudian hari dia berkisah bahwa
kakeknya biasa berkata: “Biarkan dia karena dia punya nasib yang hebat
dan akan menjadi pewaris kerajaan” dan berkata kepada Baraka: “Awas
jangan sampai dia jatuh ke tangan orang-orang Yahudi dan Kristen, karena
mereka mencarinya dan akan melukainya”.
Paman-pamannya tidak percaya kepadanya kecuali Hamza yang usianya
sepantar dengan Muhammad. Abas di kemudian hari bergabung dengan
Muhammad tetapi setelah bintang Muhammad bersinar dan dia beserta
pasukannya berada di depan Mekah siap untuk menyerang.
Nasib tidak berpihak pada Muhammad, dua tahun setelah dia hidup
bersama kakeknya, sang kakek meninggal dunia pada usia 82 tahun.
Muhammad merasa sedih karena kehilangan kakeknya, ketika dia berada
di penguburan jenazah di Hajun, dia menangis. Bertahun-tahun kemudian
dia masih mengenang kakeknya. Muhammad kemudian diasuh oleh pamannya Abu
Talib, dengan kasih sayang yang sama besarnya seperti kasih sayang
Abdul Muthalib kepadanya, tulis Muir. “Dia mengizinkannya tidur di atas
ranjangnya, makan di sisinya dan pergi bersamanya ke luar negeri. Dia
terus memperlakukan Muhammad dengan lembut sampai Muhammad dewasa”.
Ibn Sa’d mengutip Waqidi yang mengisahkan bahwa Abu Talib meskipun
tidak kaya, mengasuh Muhammad dan mencintainya lebih dari anak sendiri.
Suatu hari (582 AD) Abu Talib hendak pergi ke Syria untuk berdagang. Dia
tidak membawa Muhammad yang berusia 12 tahun pergi, “ketika kafilah
sudah siap berangkat dan Abu Talib siap menaiki untanya, keponakannya
yang tidak mau ditinggal lama, memeluknya erat-erat. Abu Talib terharu
dan membawa dia pergi bersamanya”.
Eratnya hubungan Muhammad dan pamannya menunjukkan Muhammad selalu
takut kehilangan orang-orang yang dikasihinya. Ketika pamannya hampir
ajal di ranjang, Muhammad menengoknya, semua putra-putra Abdul Muthalib
ada disitu. Abu Talib meminta dengan tulus kepada saudara-saudara
lakinya untuk melindungi Muhammad yang sekarang berusia 53 tahun. Mereka
berjanji untuk melakukannya termasuk Abu Lahab yang dikutuki Muhammad
dalam Qur’an.
Setelah itu Muhammad meminta pamannya masuk Islam tetapi sang paman
tersenyum dan berkata bahwa dia lebih memilih mati dengan agama kakek
moyangnya. Muhammad meninggalkan ruangan sambil berkata: ”Aku ingin
berdoa baginya, tapi Allah melarangku”. Ini adalah kata-kata yang sukar
dipercaya dimana Allah melarang nabinya meminta ampun bagi orang yang
membesarkannya, melindunginya sampai ajal, dan berkorban begitu banyak
baginya.
Pengikut Muhammad adalah orang-orang lemah dari kalangan rendah,
untuk mendongkrak keberadaannya dia butuh orang-orang yang berpengaruh
masuk Islam. Muhammad sangat girang ketika Abu Bakar dan Omar menjadi
pengikutnya. Jika Abu Talib bersedia masuk Islam, maka Muhammad akan
tampak lebih terhormat di antara para pamannya dan masyarakat Quraish.
Suku Quraish adalah suku Arab yang tinggal di Mekah dan penjaga bangunan
Ka’bah. Dan Muhammad sangat butuh pengakuan kebenaran agamanya dari Abu
Talib. Pengorbanan Abu Talib dan keluarganya kepada Muhammad sangatlah
banyak, meskipun tidak percaya Islam, Abu Talib bagaikan batu tegar
menghadapi seluruh rakyat Quraish untuk membela Muhammad dari segala
ancaman yang ada selama 38 tahun.
Sampai saat itu Muhammad tidak melakukan pekerjaan apapun yang
penting. Saat-saat tertentu dia menggembalakan kambing dan ini
sebenarnya adalah pekerjaan kaum perempuan dan dianggap bukan pekerjaan
lelaki oleh orang-orang Arab. Bayarannya rendah dan dia bergantung pada
kemurahan hati pamannya. Pada tahun 595 AD ketika Muhammad berusia 25
tahun, Abu Talib mencarikan pekerjaan sebagai bendahara disebuah
perusahaan milik wanita pedagang kaya yang masih saudara jauh bernama
Khadijah berusia 40 tahun. Dia adalah seorang janda yang sukses dalam
berdagang. Khadijah memerintahkan Muhammad melakukan satu perjalanan ke
Syria untuk menjual dagangannya dan membeli pesanannya. Ketika dia
kembali, Khadijah jatuh cinta pada Muhammad dan meskipun Muhammad hanya
pelayannya, Khadijah melamar Muhammad untuk menikah dengannya.
Bagi Muhammad (25 th) pernikahan dengan Khadijah (40 th) merupakan
untung besar karena dari Khadijah dia bisa mendapatkan kasih sayang
keibuan yang tidak didapatkannya sejak kecil dan juga jaminan keuangan
dan emosional sehingga dia tidak perlu kerja lagi. Khadijah dengan
senang hati memenuhi segala keperluan suaminya.
Muhammad punya tujuh anak dengan Khadijah, yang sudah berumur 40
tahun ketika dinikahinya. Anak-anak ini didapat ketika Muhammad berumur
25 sampai 40 tahun. Muhammad tidak suka bekerja, juga Muhammad tidak
membantu Khadijah mengurus ke sepuluh anaknya karena dia lebih memilih
menyendiri di gua Hira dekat Mekah, menghabiskan waktunya di dunianya
sendiri, sibuk berkhayal dan merenung.
Pada tahun 613 AD ketika Muhammad berusia 40 tahun dan setelah
berhari-hari menghabiskan waktu di gua seorang diri, Muhammad mengalami
pengalaman yang aneh. Dia juga mulai mengalami kontraksi otot, sakit
perut dan merasa seperti dihimpit kuat-kuat, kejang-kejang otot, kepala
dan bibir bergerak-gerak diluar kontrol, berkeringat dan jantung
berdebar-debar. Dalam keadaan ini dia mendengar suara-suara dan mengaku
melihat hantu. Dia lari ke rumah ketakutan, gemetar dan berkeringat.
“Selimuti aku, selimuti aku” pintanya kepada isterinya.
“O Khadijah, ada apa dengan diriku?” Dia menceriterakan semua yang
terjadi dan berkata: “Aku takut sesuatu telah terjadi padaku”. Dia
mengira kerasukan setan lagi. Khadijah menenangkannya dan mengatakan
padanya untuk tidak merasa takut, karena sebenarnya dia didatangi
seorang malaikat dan dipilih sebagai nabi. Setelah pertemuannya dengan
makhluk halus yang disebut-sebut sebagai malaikat Jibril, Muhammad yakin
atas keterangan isterinya tentang status kenabiannya. Kedudukan nabi
menye-nangkan hatinya dan memenuhi angan-angannya untuk merasa megah
diri.
Sejak masa mudanya Muhammad sering menghadiri bazar yang diadakan di
Okaz, orang-orang dari berbagai tempat bertemu untuk berdagang dan
bersuka ria. Disana para pengkhotbah Kristen membacakan kisah-kisah nabi
dan Yesus dari Alkitab mereka untuk menangkap para hadirin. Muhammad
terkagum-kagum oleh kisah-kisah tersebut. Menjadi orang yang dicintai
dan dihargai serta ditakuti setiap orang, betapa hebat rasanya menjadi
seorang nabi, itulah angan-angan dan pemikiran yang memenuhi benaknya.
Maka Muhammad memilih Tuhan sebagai pasangannya. Sekutu khayalannya
ini maha kuasa dan maha kuat. Ini akan membuat dirinya kuat tanpa batas.
Dia satu-satunya yang punya akses langsung ke Allah dan dialah
utusanNya di bumi. Melalui Dia, Muhammad bisa mendapat wewenang tak
terbatas terhadap para pengikutnya. Dia menjadi tuan atas nyawa mereka.
Hanya ada satu Tuhan, maha kuasa, ditakuti, murah hati dan juga
pengampun dan dia Muhammad adalah satu-satunya yang menjadi penghubung
antara Tuhan dan manusia. Ini membuat Muhammad sebagai wakil Allah. Agar
yakin tak seorangpun merampas posisinya, dia juga meng-klaim sebagai
nabi terakhir. Kekuasaannya dengan demikian menjadi mutlak dan kekal.
Diapun mulai berkhotbah yang isinya menyampaikan berita bahwa dia telah
menjadi seorang rasul …
Pada zaman pra-Islam, di dalam dan di luar Ka’bah terdapat ± 360
patung-patung dan benda-benda batu-batuan yang diberhalakan dan disembah
sebagai ilah-ilah masyarakat zaman itu. Salah satu dewa bernama Allah
yaitu dewa bulan yang beristerikan dewi matahari lalu mempunyai
anak-anak perempuan yang diberi nama Al-Lata, Al-Uzza dan Al-Manat yang
adalah dewi-dewi bintang. Allah dengan ke tiga putrinya digambarkan
dengan symbol bulan sabit dan bintang. Allah ini mempunyai karya
mengairi bumi, tanah-tanah gurun di jazirah Arab, mereka percaya bahwa
Allah ini adalah dewa yang paling utama atau paling besar dibandingkan
dengan semua dewa-dewa yang lain dan merupakan dewa termulia dalam kuil
pemujaan.
Dalam perenungannya, Muhammad memutuskan bahwa Allah merupakan dewa
yang terbesar, dia meniadakan isterinya (dewi matahari), ketiga putrinya
dan juga semua dewa yang lain dan menetapkan bahwa Allah adalah
satu-satunya Tuhan. Walaupun oleh Muhammad, Allah ditetapkan sebagai
satu-satunya Tuhan, tetapi tetap berasal-usul dari kaitan politeisme
yang dimodifikasi dari penyembahan banyak ilah/berhala menjadi
penyembahan terhadap satu Tuhan yang berakar pada penyembahan dewa
bulan.
Islam membuktikan dirinya sebagai sebuah agama terpisah dan
antagonistik yang muncul dari penyembahan berhala. Symbol Islam yang
adalah bulan sabit menunjukkan akar penyembahannya yang berasal dari
dunia:


Bulan sabit terletak di puncak-puncak masjid dan menara azan.
Bulan sabit digambarkan pada bendera-bendera negara Islam.
Umat Muslim berpuasa pada bulan yang berawal dan berakhir dengan
munculnya bulan sabit di langit.


Bukti-bukti tersebut diperteguh dengan penemuan liontin Al-Lata,
dengan gambar tangan yang memberkati.
Leontin
jimat dewi Al-Lata, Ditemukan di Adumattu, Arabia, untuk menolak setan.
Simbol bulan bintang pada jimat itu, menunjukkan bahwa simbol itu telah
dipakai para pagan sebelum Islam. Al-Lata adalah salah satu putri
Allah (Qs 53:19).


Turunnya Wahyu Kepada Muhammad


Di dalam Mukadimah Al Qur’an terbitan Departemen Agama, disebutkan
bahwa:
Wahyu datang seperti suara lonceng, yaitu gemerincingnya lonceng. Ini
dirasakan amat berat oleh Muhammad. Keningnya banyak berkeringat,
sekalipun pada musim dingin. Kadang -kadang wahyu datang ketika Muhammad
sedang naik unta. Saat wahyu turun nabi seperti menderita demam yang
keras, menggigil. Setelah gejala-gejala ini maka keadaannya baru bisa
kembali seperti biasa.
Disamping itu semua, hadits-hadits juga menyebutkan sebagai berikut:


Ketika wahyu selesai turun, maka nabi bersimbah peluh walaupun hari
amat dingin (HSB no.3).
Nabi cemas akan dirinya, dan rasa ketakutan.
Nabi jatuh ke tanah tak sadarkan diri, dengan ke dua mata melotot
menghadap ke langit.
Umar bertanya, nabi diam seketika, dan ketika itu wahyu turun. Umar
memberi isyarat kepada Ya’ala, lalu ia datang mendekat. Lalu nabi
diselubungi dengan kain, kepalanya dimasukkan ke dalam selubung itu.
Kelihatan muka nabi merah dan beliau seperti mendengkur. (HSB 799).
Ketika wahyu terhenti, Muhammad sangat sedih dan cemas akan dirinya.
Lalu pergi ke puncak bukit untuk menjatuhkan dirinya. Hal ini dilakukan
berkali-kali, tetapi selalu dihalangi oleh Jibril. (HSB 1846).


Kesimpulan dari dampak wahyu yang diterima Muhammad:


Muhammad merasakan adanya deringan dalam telinganya seolah-olah
seperti mendengar bel berdering (Hadits I/1, dan IV/438).
Jantungnya berdegup dengan cepat. (Hadits I/3).
Wajahnya menjadi merah. (Hadits II, pasal 16, hal 354; V/618;
VI/508).
Nafasnya sangat berat. (Hadits VI/508).
Dia tiba-tiba terjatuh atau terbaring. (Hadits II, pasal 16, halm
354; IV/461, “Saya jatuh ke tanah”; V/170, “Dia jatuh tak sadarkan diri
di tanah dengan ke dua mata melotot menghadap ke langit”; VI/448, “Saya
jatuh ke tanah.”)
Dia akan minta diselimuti badannya. (Hadits I/3; II pasal 16, halm
354; III/17; IV/461, “Saya jatuh ke tanah …. Dan berkata, “Selimuti
saya! (dengan) selimut, selimuti saya!” Kemudian Allah mengirimkan
wahyunya: “Wahai engkau yang terbungkus selimut!” (Hadis V/170, “Dia
jatuh tak sadarkan diri di tanah dengan kedua mata (terbuka) menghadap
ke langit. Ketika dia sadar, dia berkata, “Kain sarung saya! Kain sarung
saya!” (Hadits IV/447, 448, 468, 481).
Bibirnya gemetar ketika dia terkapar di tanah. (Hadits, I/4).
Dia mendengar dan melihat sesuatu yang orang lain tidak dengar dan
tidak lihat. (Hadits I/2,3; IV/458, 461; III/829; IV/95; V/462).
Dia akan berkeringat banyak sekali. (Hadits I/2; II/544; III/829;
IV/95; V/462).
Dia kadang-kadang mendengkur seperti onta. (Hadits II, ps 16, halm
354; III/17).
Dia kadang-kadang bermimpi. (Hadits I/3; V/659; VI/478).


[Di Hadits lain; ketika kedatangan wahyu, Muhammad tercatat
mengalami stress dengan mulut berbuih dan mata tertutup. Lalu sesekali
mendengus seperti anak unta (Ahmad bin Hanbal I/34, 464; VI/163). Abu
Huraira berkata bahwa nabi mendapat sakit di bagian kepala. Dan Ibnu
Hisham dalam Al-Sirah al-Nabawiya berkata bahwa nabi biasa berlaku
seperti orang mabok ketika wahyu datang kepadanya dan lain-lain.]
“Dia pernah kena sihir,
sehingga beliau mengkhayalkan mengerjakan sesuatu, padahal beliau tidak
mengerjakannya.” (HSB 1414).
Dampak negatif demikian tak pernah dialami oleh nabi-nabi manapun,
tetapi Khadijah meyakinkan Muhammad bahwa Muhammad telah diangkat
menjadi nabi dan ruh yang datang kepada Muhammad adalah ruh Jibril, dan
itu sudah teruji. Uji yang dimaksud adalah uji yang berkonotasi seks
yang dilakukan oleh Khadijah terhadap Ruh Jibril.
Ibn Hisham menulis demikian:
Khadijah bertanya kepada Muhammad: “Apakah engkau dapat mengatakan
kepadaku tatkala kawan yang mengunjungimu (ruh Jibril) itu datang?”
Muhammad menjawab: “Ya”. Ketika dia datang, Muhammad memberitahukan
kepada Khadijah. Khadijah berkata lagi: Apakah engkau melihatnya
sekarang?” Muhammad menjawab: “Ya.” Dia mengatakan berbaliklah dan duduk
di paha sebelah kananku. Muhammad pun melakukannya. Dia mengatakan
kepadanya: “Apakah engkau masih dapat melihatnya?” Muhammad menjawab:
“Ya.” Khadijah kecewa dan membuka hijabnya dan melemparkannya ke bawah,
saat Muhammad sedang duduk di pangkuannya, Khadijah berkata kepada
Muhammad: “Apakah engkau masih dapat melihatnya?” Dan Muhammad menjawab:
“Tidak.” Khadijah berseru kepadanya: “Yakin dan bersuka-citalah, demi
Allah, dia adalah malaikat dan bukan setan, karena setan tidak akan malu
(dan menghilang jika wanita membuka baju), tidak seperti malaikat.”
(The Life of the Prophet by Ibn Hisham, hal 174).
Hal yang sama juga telah ditulis dalam banyak referensi Islam:
Lihat The Beginning and the End oleh Simail Ibn Kathir, vol.III,
hal.15; Sirat Al-Maghzai, oleh Ibn Ishaq, hal.133; Rawd Al-Unuf oleh
Ibn Hisham, hal.271-272; The Life of Muhammad oleh Dr Haikal (1982),
hal.152; dan Al-Isabafi tamyiz al-Sababa (Finding the Truth in Judging
the Muhammad’s Companions) oleh Ibn Hajar Asqalani (1372-1449), vol.IV,
hal.273.
Dengan demikian “Kenabian” Muhammad tidak pernah dibuktikan oleh
siapapun kecuali oleh isterinya, Khadijah, dengan cara-caranya pribadi.
Muhammad Mulai Berkotbah


Muhammad pun mulai berkhotbah. Mula-mula kepada penduduk Mekah, isi
khotbahnya adalah pernyataan bahwa Muhammad adalah seorang rasul,
pemberi peringatan dari Tuhan. Kemudian diserukan agar masyarakat Mekah
membuang semua dewa-dewa yang lain kecuali Allah. Allah adalah
satu-satunya Tuhan yang harus disembah, siapapun diharapkan untuk
menghormatinya, mencintainya, menaatinya dan bahkan takut padanya. Tidak
ada tuhan selainnya, selain Allah!
Muhammad sadar akan pengaruh khotbah, dia percaya bahwa dalam
kemahiran berkhotbah terdapat kekuatan sihir. (Sunan Abu Dawud; Book 41,
Number 4994). Artinya beberapa orang yang tadinya tidak mau melakukan
sesuatu tetapi karena pengaruh khotbah yang hebat, maka kemudian
orang-orang itu mau melakukannya. Dalam Hadits yang lain dia berkata: “Aku telah diberi kunci-kunci khotbah
yang berpengaruh dan diberi kemenangan melalui teror” (Shahih Bukhari
Vol.9 Book 87, Number 127).
Masyarakat Arabia adalah penganut politeisme. Monoteisme yang
diserukan Muhammad mendapat penolakan dan penentangan dari masyarakat
penduduk Mekah. Tigabelas tahun telah berlalu dan Muhammad hanya
mendapatkan pengikut sekitar 80 orang. Khadijah adalah pengikut pertama
Muhammad, kemudian pengikutnya bertambah dengan sosok Abu Bakar, Utsman
dan Umar. Selain dari mereka, pengikut Muhammad yang lain adalah
budak-budak milik orang kaya Quraish dan beberapa pemuda yang tidak
punya pengaruh. Setelah membuat jengkel masyarakat Mekah selama
bertahun-tahun dengan mengejek agama dan dewa-dewa mereka maka
masyarakat Mekah akhirnya tidak mau berhubungan dengan dia maupun
pengikutnya, termasuk hubungan dagang.
AYAT-AYAT SETAN.
Sikap memusuhi dan boikot ekonomi mengakibatkan banyak kesusahan pada
kaum Muslim awal sehingga Muhammad memerintahkan mereka pindah ke
Abyssinia. Akhirnya untuk menyenangkan hati masyarakat Mekah, Muhammad
terpaksa berkompromi, bahkan memberi konsesi.
Ibn Sa’d menulis: “Suatu hari Nabi berada dikumpulan orang-orang di
Ka’bah dan membacakan bagi mereka Sura an Najm (Sura 53). Ketika sampai
di ayat 19-20 yang tertulis: “Apakah kau telah mempertimbangkan Lat dan
Uzza dan Manat, ketiga yang lain?”, maka setan menaruh kedua ayat-ayat
itu di mulut sang Nabi: “Mereka adalah pengantara-pengantara yang
ditinggikan, yang syafaatnya diharapkan.” (Tabaqat Volume 1, page 191).
Kata-kata ini menyenangkan hati masyarakat Quraish dan mereka segera
menghentikan boikot ekonomi dan permusuhan. Kabar ini terdengar oleh
para Muslim Abyssinia yang dengan senang balik ke Mekah.
Tak lama kemudian Muhammad sadar bahwa mengakui putri-putri Allah
sebagai dewi-dewi telah merusak kedudukannya sendiri sebagai
satu-satunya perantara bagi Allah dan manusia, dan membuat agamanya
tidak beda dengan agama pagan dan karenanya agamanya menjadi tak
berguna. Maka diapun menarik kembali kedua ayat yang mengakui
putri-putri Allah, dan menyebutnya sebagai ayat-ayat yang diinspirasikan
oleh setan.
Setelah itu dia meralatnya dengan:
Maka apakah patut kamu (hai orang-orang) musyrik menganggap Al Lata
dan Al Uzza, dan Al Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai
anak perempuan Allah). Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan
untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu pembagian
yang tidak adil (Qur’an 53:19-22). Artinya betapa beraninya kamu
menyebut Tuhan punya anak-anak perempuan, sedangkan kau sendiri bangga
punya anak-anak laki-laki? Ya, kaum perempuan memang dianggap bodoh oleh
Islam dan karenanya tidak layak bagi Allah untuk punya anak-anak
perempuan. Memang ini benar-benar tidak adil.
Tetapi atas kejadian ini sejumlah pengikut Muhammad me-ninggalkan
Islam, untuk mendapatkan kembali kepercayaan pengikutnya buru-buru
Muhammad mengeluarkan ayat sebagai berikut Qur’an Al Hajj 22:52-53, demi
membenarkan dirinya ditengah-tengah semua nabi-nabi lainnya.
Qur’an Al Hajj 22:52-53:
52 Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak
(pula) seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan,
setanpun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, dan Allah
menguatkan ayat-ayatNya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
53 agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan setan itu, sebagai cobaan
bagi orang-orang yang didalam hatinya ada penyakit dan yang kasar
hatinya.
Dari mana Muhammad dapat mengatakan bahwa semua nabi juga telah
dimasuki ayat-ayat setan seperti dirinya? Beberapa pengikutnya sadar
Muhammad mengarang Al Qur’an sesuai situasi dan kondisi yang diinginkan
dirinya, sehingga mereka meninggalkannya. Para penyembah berhala di kota
Mekah mengejek bahwa Allahnya Muhammad tidak konsisten dan selalu
berubah-ubah pikirannya. Inilah kisah munculnya “ayat-ayat setan” yang
sangat menghe-bohkan tatkala Islam masih lemah.
Walaupun kini disembunyikan, literatur mengenai ayat-ayat setan ini
sesungguhnya banyak sekali sehingga bila dibukukan bisa merupakan buku
yang sangat tebal. Ini bukan bikinan musuh-musuh Islam seperti yang
sering dituduhkan (misalnya terhadap Salman Rushdy), melainkan dihimpun
oleh tokoh-tokoh Muslim sendiri yang terkenal seperti al-Tabari, Ibn
Ishak, Waqidi, Ibn Sa’d dll.
Muhammad kemudian bertobat tetapi tanpa minta ampun kepada Allah atas
dosanya dan kembali menyembah satu-satunya Allah Swt.Karena
ejekan-ejekan masyarakat Mekah kepada Muhammad, dia kemudian
meninggalkan Mekah menuju Ta-if. Tetapi di Ta-if tidak ada orang yang
mau masuk Islam, sehingga Muhammad memutuskan untuk kembali ke Mekah.
Dalam perjalanan kembali ke Mekah, menurut Al Qur’an surat 46:29-35,
72:1-28, Muhammad berkhotbah di hadapan para jin dan mereka bertobat dan
masuk Islam. Menurut Al Qur’an para jin tersebut kemudian berkhotbah
tentang Islam kepada manusia. Jadi roh-roh jin laki-laki dan perempuan
yang mendiami pohon-pohon, batu-batu karang dalam sungai dan kolam di
jazirah Arab sekarang masuk Islam dan berada di bawah kekuasaan Muhammad
(Guillaume, Islam, pp 37-38). Inilah bentuk klasik shamanisme yang kini
di klaim oleh Muhammad sebagai penguasa atas roh-roh jin yang ada di
bumi.(Shamanisme adalah suatu paham keagamaan yang mempercayai roh-roh
sakti yang dapat dikuasai oleh para dukun, santet atau penyihir).
Setibanya Muhammad di Mekah tetap saja masyarakat Mekah tidak
menggubris ajakan Muhammad untuk masuk Islam. Masyarakat Mekah sama
seperti kebanyakan non-Muslim, mereka adalah polytheis yang umumnya
toleran terhadap agama lain. Pluralitas agama-agama dikenal di jaman itu
dan tidak ada penindasan dengan alasan agama. Maka penduduk Mekah
merasa tersinggung ketika Muhammad menghina dewa-dewa mereka, sedangkan
sejak semula mereka tidak melukai Muhammad.
AYAT-AYAT MAKIYAH.
Pada waktu Islam masih lemah, mereka menyuarakan ayat-ayat yang
lembut sekali, mengembik manis seperti domba.
Ayat-ayat yang dikeluarkan di Mekah waktu Islam masih lemah disebut
ayat-ayat Makiyah yang dijuluki sebagai ayat-ayat merpati, contohnya:


“Bagi kamu agama kamu dan
bagiku agamaku” (Qs 109:6).
Dan bersabarlah terhadap apa
yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik. (Qs
73:10).
Maka sabarlah kamu atas apa
yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu. (Qs 20:130)
Kami (Allah) lebih mengetahui
tentang apa yang mereka katakan, dan kamu sekali-kali bukanlah seorang
pemaksa terhadap mereka. (Qs 50:45)
Jadilah engkau pemaaf dan
suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada
orang-orang yang bodoh. (Qs 7:199)
maka maafkanlah (mereka)
dengan cara yang baik. (Qs 15:85)
Katakanlah kepada orang-orang
yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut
akan hari-hari Allah karena Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa
yang telah mereka kerjakan. (QS 45:14)
Dan janganlah kamu berdebat
dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik. (Qs 29:45).


Mereka – para Muslim awal ini – malahan merangkul orang-orang Nasrani
dengan ayat-ayat pujian Allah:
Dan sesungguhnya akan kamu dapati orang yang paling dekat
persahabatannya terhadap orang-orang beriman, yaitu orang-orang yang
berkata: “Sesungguhnya kami ini orang Nasrani” (Qur’an, Surat 5:82).
Seakan-akan Islam adalah agama yang penuh kasih sayang, amat
bertoleransi dan cinta damai terhadap pemeluk-pemeluk agama non Islam.
AYAT-AYAT
MADANIYAH.
Tetapi cepat atau lambat, begitu jumlah pemeluk Islam mulai
berkembang maka suara merekapun menggelegar seperti gerombolan srigala.
Ketika Muhammad hijrah ke Medinah dan mendapati kekuasaan yang makin
besar, maka tidak terdengar lagi embikan domba, kecuali untuk bersiasat
sesaat. Segera tampak mereka tidak dapat menyembunyikan sifat asli dari
Islam, maka keluarlah ayat-ayat Madaniyah yang keras yang disebut juga
ayat-ayat pedang, ditujukan kepada orang-orang yang dianggap kafir,
contohnya:


Hai orang-orang beriman,
perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah
mereka menemui kekerasan daripadamu. (Qs 9:123).
Barang siapa mencari agama
selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)
daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Qs
3:85)
bunuhlah orang-orang musyrikin
itu di mana saja kamu jumpai mereka. (Qs 9:5).
Dan bunuhlah mereka di mana
saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah
mengusir kamu. (Qs 2:191)
Dan perangilah mereka itu,
sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya
semata-mata untuk Allah. (Qs 9:193)
Perangilah mereka, niscaya
Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan
Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta
melegakan hati orang-orang yang beriman. (Qs 9:14)
Tidak usah kamu minta maaf,
karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan
daripada kamu (lantaran mereka tobat), niscaya Kami akan mengazab
golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu
berbuat dosa .. (Qs 9:66)
Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka
mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. (Qs 9:28).
Perangilah orang-orang yang
tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan
mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan
Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah),
(yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka
membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk. (Qs
9:29)
Apabila kamu bertemu dengan
orang-orang kafir, maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga apabila
kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu
boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berhenti.
Demikianlah apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan
mereka tetapi Allah hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian
yang lain. Dan orang-orang yang gugur pada jalan Allah, Allah tidak
menyia-nyiakan amal mereka. (Qs 47:4).


Terhadap orang Nasrani (Kristen) yang dahulu dirangkulnya kini mereka
berbalik mengeluarkan ayat-ayat yang berlawanan atau ber-kontradiksi,
padahal kontradiksi dalam Qur’an dianggap sebagai bukti bahwa itu bukan
wahyu (Qs 4:82). Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah”
dan orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Allah”. Demikian itulah
ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang
kafir yang terdahulu. Dila’nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka
sampai berpaling? (Qs 9:30 kontradiksi dengan Qs 5:82).
Atas dasar ayat Madaniyah yang kontradiktif itulah maka orang Kristen
tiba-tiba menjadi orang kafir. Malahan orang kafir dicap sebagai
binatang yang paling jahat.
“Sesungguhnya sejahat-jahat
binatang disisi Allah ialah orang-orang kafir”. Kelak akan Aku jatuhkan
rasa ketakutan (teror) ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah
kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka. Maka bukan
kamu yang membunuh mereka tetapi Allah-lah yang membunuh mereka.”
(Qur’an Surat 8:12,17).
Bukan terhadap orang-orang Kristen saja diberlakukan perintah untuk
dibunuh, tetapi juga kepada orang-orang non Muslim yang beragama lain.
Dimanapun engkau berjumpa dengan
orang-orang yang tidak beriman/orang kafir bunuhlah mereka, karena
barangsiapa membunuh mereka, kepadanya akan diberikan pahala pada hari
kiamat/kemudian. (HSB IX /4).
Ayat yang menyatakan “tidak ada paksaan dalam beragama Islam” (Qs
2:256) hanya berumur pendek, karena harus digantikan. Mereka yang kafir
akan diperangi, dikucilkan, atau dipaksa masuk Islam atau hilang nyawa.
Demikian juga “jika seorang
Muslim meninggalkan Islam dan masuk ke agama lain, bunuhlah mereka” (HSB
IX/57). Era teror mulai diberlakukan Islam. Darah seorang Muslim
juga dibedakan dengan darah non Muslim/kafir, sementara darah seorang
Muslim yang membunuh non Muslim itu dihalalkan, namun seorang Muslim
tidak akan dijatuhi hukuman mati ketika mereka membunuh orang nom Muslim
(HSB IX/50, HSB IV/196, I/25,35).
Lihat Mahasiswa Kristen Doulos di Cipayung Jakarta yang dibunuh oleh
Muslim, dan siswi-siswi Kristen di Poso dll, tidak ada Muslim yang
dihukum mati karena pembunuhan-pembunuhan itu. Malahan Tibo dkk yang
Katolik dan belum tuntas persoalannya dieksekusi dengan hukum mati.
Kekerasan dalam Islam sungguh telah dicirikan sendiri oleh Muhammad
yang berkata: “Ketahuilah bahwa
firdaus terletak di bawah bayang-bayang pedang” (HSB IV/73).
Semuanya ini menjadikan Islam
berkultur teror dalam arti kata apa adanya!!
Sekalipun ada sebagian Muslim yang percaya bahwa kata-kata dan
ketentuan Allah itu bersifat tetap dan kekal (Surat 6:34; 10:64; 33:62
dst), namun Islam menganut pula doktrin “nasakh dan mansukh” dimana ayat
yang satu bisa dibatalkan dan diganti dengan ayat baru yang lain. Surat
2:106 memberi Allah dan Muhammad untuk menggonta-gantikan kalimatNya.
Nah, ayat-ayat yang keras tersebut di atas adalah ayat-ayat Madaniyah
yang dikeluarkan Muhammad waktu dia sudah mempunyai tentara (angkatan
perang) di Medinah. Dan ayat-ayat inilah yang menggantikan/nasakh
ayat-ayat lemah (Makiyah) yang dikeluar-kan Muhammad waktu ada di Mekah
yaitu waktu Islam masih lemah.
Dengan demikian ayat-ayat yang lembut (Makiyah) sudah tidak berlaku
lagi, karena yang berlaku adalah ayat-ayat keras.
Ini menjadikan Islam bermuka dua.
TOLERANSI AGAMA
Waktu peristiwa-peristiwa teror/pembunuhan seperti WTC 9-11-2001, bom
Bali dll terjadi, maka komentar sebagian ulama-ulama Islam adalah Islam
itu tidak begitu, Islam itu agama yang toleran, penuh kasih sayang,
tidak ada kekerasan, lalu dibacakan ayat-ayat Makiyah tersebut. Tetapi
disisi lain banyak orang-orang Islam dari Timur Tengah sampai Indonesia
menari-nari atas penghancuran itu, dan dari masjid-masjid dibacakan
ayat-ayat Madaniyah yang membenarkan peristiwa-peristiwa teror tersebut.
Muhammad bukanlah orang pertama yang mengaku sebagai nabi, beberapa
orang yang lain juga mengaku diri nabi dan mereka adalah saingannya.
Yang paling terkenal adalah Musailama, dia berhasil diterima oleh
masyarakat sedangkan seorang wanita yang lain bernama Sijah juga mengaku
sebagai nabi dan diapun punya banyak pengikut.
Kedua nabi ini mengajarkan monotheisme. Berlawanan dengan anggapan
orang jalanan, sebelum masa Islam mendominasi Arabia, wanita-wanita
justru lebih punya hak dan lebih dihormati dari pada jaman setelah
Islam. Tidak satupun nabi-nabi yang mengembangkan agama dengan memakai
kekerasan, menindas atau merampok orang lain. Mereka tidak menaklukkan
daerah-daerah baru dengan perang atau mendirikan kerajaan, mereka hanya
ingin berkhotbah dan mengajak umat menyembah Tuhan. Nabi-nabi yang lain
tidak bermusuhan satu sama lain untuk mendapatkan pengaruh, hanya
Muhammad-lah satu-satunya nabi yang gemar mengobarkan perang dan
menjarah atas nama Allah.
Sebenarnya orang-orang Quraish sangat bertoleransi dengan segala
macam agama apa saja. Ka’bah Mekah dengan 360 dewa di sekelilingnya
adalah saksi atas penyembah-penyembah dari agama mana saja.
Kaum tua-tua Quraish merasa jengkel dan muak dengan hinaan-hinaan
Muhammad lalu melaporkan hal itu kepada Abu Talib pamannya yang sudah
tua dan berkata: “Keponakanmu ini telah mengucapkan kata-kata hinaan
terhadap dewa-dewa dan agama kami, dan telah mengatakan kami bodoh, dan
mengatakan semua kakek moyang kami sesat. Sekarang, kau yang berada di
pihak kami silahkan balas dia (karena kaupun mengalami hinaan yang sama)
atau jangan lindungi dia agar kami yang membalasnya”. (Sir William
Muir, Life of Muhammad, Vol.2, Ch.5. p. 162).
Ini bukan ucapan orang-orang yang suka menindas, ini hanya sebuah
permintaan dan peringatan agar Muhammad berhenti menghina dewa-dewa
mereka. Itulah asal muasal perseteruan Muhammad dengan kaum Quraish, dan
bukan yang diputar balik-kan seolah mereka yang mulai memusuhi dan
menganiaya Muhammad.
Bandingkan dengan tindakan kaum Muslim modern ketika nabi mereka
digambarkan di beberapa kartun. Para Muslim ini langsung mengamuk dan
membakar sampai di tempat-tempat yang jauh seperti Nigeria dan Turki,
dan yang terbunuh hampir 100 orang yang tidak bersalah terhadap
pembuatan kartun-kartun itu. Tetapi sebaliknya, masyarakat Quraish
bertoleransi atas hinaan-hinaan terhadap dewa-dewa mereka selama
tigabelas tahun!!
HIJRAH
Karena sibuk mengurus sepuluh anak tanpa bantuan suami, Khadijah
tidak sempat mengurus bisnisnya, sehingga setelah dia meninggal dunia
(65 tahun), keluarganya jadi miskin. Setelah Khadijah meninggal pada 620
M, pendukung lain Muhammad yakni pamannya Abu Talib juga meninggal.
Karena kehilangan dua pendukung setianya dan tidak dipedulikan
masyarakat Mekah, maka Muhammad mengambil keputusan hijrah ke Medinah.
Pada tahun 623 M dalam usia 53 tahun Muhammad melakukan perjanjian
dengan dua suku terkuat di Medinah sebagai pelindungnya. Muhammad
memerintahkan para pengikutnya untuk hijrah duluan, dengan sendirinya
mereka yang tinggal di Mekah tidak suka akan hal ini khususnya
majikan-majikan dari budak yang memeluk Muslim tidak merasa suka.
Beberapa budak Muslim yang mencoba melarikan diri ditangkap dan dipukuli
oleh majikannya yang mempertahankan hak milik atas budaknya.
Contohnya ketika seorang Muslim kulit hitam bernama Bilal ditangkap
oleh majikannya yang bernama Umaiyah, iapun memukulinya dan merantainya.
Abu Bakar lalu membeli Bilal dan memerdekakannya.
[Ibn Sa’d mengatakan Bilal mati sebagai martir, tetapi kenyataannya
Bilal kembali ke Mekah saat kota ditaklukkan Muhammad. Bilal
mengumandangkan azan di atap Ka’bah, dia meninggal secara alamiah].
Tetapi jangan salah, Muhammad tidak menentang perbudakan. Di kemudian
hari setelah dia berkuasa, dia justru memaksa ribuan orang merdeka
kafir untuk diperbudak.
Meski Muhammad menjadi orang yang dibenci oleh masyarakatnya sendiri
yaitu masyarakat Quraish, namun Muhammad dan pengikutnya tidak diperangi
dan dianiaya gara-gara ajaran Islam itu sendiri.
Kaum politheis kebanyakan tidak peduli agama orang lain karena mereka
cenderung pluralistik. Sikap tidak toleran terhadap kepercayaan lain di
Arabia bermula dari Islam saja.
Tidak ada bukti penindasan terhadap Muhammad dan Muslim di Mekah
kecuali kekerasan kecil yang diprovokasi oleh Muhammad sendiri, seperti
kasus Muhammad dicekik oleh Uqba, kemudian dilepas. Ini yang dikatakan
oleh Ibn Ishaq sebagai perlakuan terjelek yang dilakukan Quraish
terhadap Muhammad selama 13 tahun. (Ibn Ishaq, halaman 184).
Meski demikian Muslim tetap menuduh begitu hanya karena itu adalah
strategi defensif dengan alasan bahwa Muhammad yang mengatakannya!
Muslim memang tidak ragu dengan apa yang dikatakan Muhammad, dan itu
semata-mata karena tidak berani kritis melihat dan menelusuri sejarah.
Tidak percaya? Mari kita simak satu contoh kasus dimana Allah sendiri
yang menjadi saksi bahwa Muhammad yang memulai gara-gara terhadap
orang-orang Mekah yang dimusuhinya:
Abu Jahl menemui rasul dan berkata: “Demi Allah, Muhammad, engkau
berhenti mengutuki ilah-ilah kami, atau kami yang akan mengutuki Tuhan
yang kalian sembah.” Maka turunlah ayat Qur’an kepada Muhammad surat
6:108, “Dan janganlah kamu memaki sesembahan-sesembahan yang mereka
sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan
melampaui batas tanpa pengetahuan.”
Tampak bahwa Muhammad-lah yang memulai penistaan agama kaum Quraish
secara melewati batas sehingga ia ditegur oleh Allah sendiri!
Beberapa pengikut Muhammad ragu-ragu untuk meninggalkan Mekah
sehingga Muhammad mengancam mereka, jika mereka tidak mau pergi, maka
mereka akan menjadi penghuni neraka. (Qur’an Surat 4:97).
Suatu malam (623 M) Muhammad mengaku Allah memberi tahukannya bahwa
musuh-musuhnya berusaha untuk mencelakainya. Dia lalu minta kawan
setianya Abu Bakar untuk menemaninya diam-diam ke Medinah. Ayat berikut
ini mengisahkan kejadian tersebut.
Dan (ingatlah), ketika
orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk
menangkap dan memenjarakanmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah
menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.
(Qs 8:30).
Tampaknya Allah menduga-duga apa yang akan direncanakan orang-orang
Mekah, sepertinya ini hasil dari kecurigaan dan perasaan was-was
Muhammad saja.
Hijrahnya Muhammad ke Medinah merupakan tahun pertama kalender Islam
(tahun Hijria).
Masyarakat Arab Medinah lebih dapat menerima Muhammad, bukan karena
ajarannya tetapi karena mereka bersaing dengan masyarakat Yahudi yang
lebih kaya dan terpelajar dibandingkan masyarakat Arab.
Sebagian besar tanah-tanah di Medinah dimiliki orang-orang Yahudi.
Kota Medinah adalah kota Yahudi.
Kitab Al-Aghani (Puisi-puisi beberapa jilid yang dikumpulkan oleh Abu
al Faraj Ali dari Esfahan, kumpulan puisi dari literatur Arab tertua
mulai dari abad ke-9 M. Ini merupakan sumber keterangan penting tentang
masyarakat Islam kuno) mencatat penduduk Yahudi pertama di Medinah
datang pada jaman Musa.
Akan tetapi dalam buku abad 10 berjudul Futuh al-Buldan (Penaklukan
Kota-kota), Al Baladhuri menulis bahwa perpindahan penduduk Yahudi ke
dua terjadi pada tahun 587 SM, ketika raja Babilon Nebukadnezar
menghancurkan Yerusalem dan mengusir kaum Yahudi sehingga tersebar
dimana-mana.
Di Medinah kaum Yahudi hidup sebagai pedagang, ahli emas, ahli besi,
ahli seni, petani sedangkan kaum Arab adalah pedagang kecilan, kuli dan
pekerja yang bekerja bagi kaum Yahudi. Kaum Arab ini datang ke Medinah
sekitar tahun 450 atau 451 SM karena terjadi banjir besar di Yaman yang
memaksa suku-suku Arab yang tinggal didaerah Sab mengungsi ke daerah
lain di Arabia sebagai pengungsi.
Orang-orang Muslim Mekah yang tadinya memiliki relasi dan pekerjaan
di Mekah disuruh Muhammad meninggalkan rumah mereka dan pindah ke
Medinah. Muhammad menjanjikan ini:
Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya,
pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka didunia. Dan
sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka
mengetahui. (Qs 16:41).
Orang-orang Muslim yang hijrah ke Medinah tidak punya pencaharian,
mereka jadi miskin dan tergantung belas kasihan orang-orang Medinah
untuk bisa hidup. Jadi bagaimana Muhammad memenuhi janjinya untuk
memberi “tempat yang bagus” pada mereka yang meninggalkan rumah mereka
karena perintahnya? Muhammad nyaris kehilangan wibawanya, beberapa
pengikut bahkan meninggalkannya. Reaksi Muhammad adalah ayat ancaman
baru:
Mereka ingin supaya kamu
menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah
kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka
berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan
bunuhlah mereka dimana saja kamu menemuinya dan janganlah kamu ambil
seorangpun di antara mereka pelindung, dan jangan (pula) menjadi
penolong. (Qs 4:89).
Arti dari ayat diatas adalah larangan untuk berteman dengan penduduk
Mekah dan mengatakan pada pengikutnya untuk membunuh “Muslim-Muslim”
lain yang meninggalkan jalan Allah dan yang berniat kembali ke Mekah.
Semua ini dilakukan Muhammad agar orang-orang Muslim itu dijauhkan
dari keluarga dan teman-temannya sehingga dia bisa mengendalikan dan
mencuci otak mereka dengan lebih .
Meskipun telah mengeluarkan ayat-ayat penuh ancaman bagi mereka yang
berniat meninggalkannya, Muhammad harus menemukan jalan untuk menafkahi
pengikut-pengikutnya. Tidak ada cara lain! Dia lalu memerintahkan mereka
untuk merampok kafilah-kafilah pedagang Mekah dengan alasan karena
masyarakat Mekah telah mengusir mereka keluar dari rumah mereka, karena
itu sudah menjadi hak mereka untuk merampok orang-orang Mekah tersebut.
Diizinkan berperang bagi orang-orang (Islam) yang diperangi (oleh
golongan penceroboh), karena sesungguhnya mereka telah dianiaya dan
sesungguhnya Allah Amat Berkuasa untuk menolong mereka (mencapai
kemenangan).
yaitu mereka yang diusir dari kampung halamannya dengan tidak
berdasarkan sebarang alasan yang benar, (mereka diusir) semata-mata
karena mereka berkata: Tuhan kami ialah Allah …. (Qs. 22:39-40).
Dia juga mengeluarkan banyak ayat-ayat Qur’an yang membujuk dan
mengobarkan pengikutnya untuk memerangi non-Muslim.
Wahai Nabi, perangsangkanlah
orang-orang yang beriman itu untuk berperang. Jika ada diantara kamu dua
puluh yang sabar, niscaya mereka dapat menewaskan dua ratus orang (dari
pihak musuh yang kafir itu) dan jika ada diantara kamu seratus orang,
niscaya mereka dapat menewaskan seribu orang dari golongan yang kafir,
disebabkan mereka (yang kafir itu) orang-orang yang tidak mengerti. (Qs.
8:65).
Sebagai akibatnya, banyak kejahatan-kejahatan yang dilakukan kaum
Muslim selama berabad-abad berasal-usul dari ayat-ayat ini.
Muhammad menghalalkan serangan-serangan ini melalui cara yang kita
kenal saat ini sebagai pihak yang jadi korban (yang dizalimi), sama
persis seperti yang dilakukan Muslim masa kini. Dia mengaku non-Muslim
telah menekan kaum Muslim dan melakukan perang terhadap mereka. Pada
kenyataannya, dia sendiri yang memulai permusuhan dengan merampoki
kafilah-kafilah Mekah demi “menafkahkan” para pengikutnya yang perlu
dihidupi. Begitu dia mulai cukup tentara yang bersedia melakukan
perintahnya, Muhammad pun memerintahkan mereka membunuhi para pedagang
Quraish pula.
Kebohongan Muhammad jelas-jelas tampak. Di satu ayat, Muhammad
memerintahkan para pengikutnya hijrah ke Medinah dan mengancam mereka
yang tidak ingin ikut itu dengan ancam-an pembunuhan dan neraka. Tapi di
ayat-ayat lain dia menuduh bahwa Muslimlah yang diusir tanpa sebab dan
mereka jadi korban “yang diperangi”.
Simak kata kiasan Arab berikut: ”Darabani, wa baka; sabaqani,
wa’shtaka” artinya “Dia memukulku dan mulai menangis; lalu dia datang
padaku dan menuduhku memukulnya!”
Kiasan ini dengan tepat menggambarkan modus operandi/siasat Muhammad,
para pengikutnya saat ini juga melakukan siasat seperti itu: menuduh
pihak lain menzalimi Muslim, menuduh kafir menghina Islam, tak ada
habisnya.
Dan siasat Muhammad ini ternyata sukses sekali. Dia berhasil membuat
anak laki-laki berperang melawan ayah-ayah mereka, mengadu domba saudara
kandung lawan saudara kandung, menghancurkan persatuan suku dan
mencerai-beraikan masyarakat.
Muhammad mengaku sebagai korban, tapi sebenarnya dialah sendiri yang
mulai memusuhi, menindas dan menjarah. Islamist (untuk lebih menentang
dan bisa dipercaya Muslim, dipakai istilah ini) pun melakukan hal yang
sama, dimana-mana Muslimlah yang membunuh karena Allahnya, tetapi mereka
sendiri yang menjerit paling keras dan mengaku sebagai korban dan pihak
yang dilecehkan dan ditindas. Bukankah Qur’an yang pertama-tama
memusuhi non-Muslim? Adakah Taurat dan Injil memusuhi Muslim?
Di Medinah pendatang Muslim dari Mekah hanya beberapa puluh orang
saja. Agar berhasil dalam usaha penyerangannya, Muhammad butuh bantuan
Muslim dari Medinah yang disebut sebagai Ansar (pembantu). Mereka
diiming-iming dengan janji Allah dan jarahan perang yang menggiurkan.
Mulanya orang-orang Medinah memeluk Islam bukan dengan tujuan untuk
merampok dan berperang, sebab sebelum Muhammad datang, orang-orang Arab
tidak mengenal agama perang. Tetapi Muhammad dengan pidato-pidatonya
yang menyihir mampu membangkitkan nafsu dasar keserakahan manusia.
JIHAD
Untuk membujuk pengikut seperti ini, Muhammad membuat Allah
mengeluarkan perintah ini:
Diwajibkan atas kamu berperang,
padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu
membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula)
kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui. (Qs 2:216).
Disamping memerintahkan Muslim menyerang orang-orang tak berdosa dan
merampoki mereka, beberapa ayat-ayat Al Qur’an juga menjanjikan hadiah
di dunia dan akhirat.
Allah menjanjikan kepada kamu
harta rampasan yang banyak yang kamu akan mengambilnya. (Qs 48:20).
Untuk mematikan hati nurani pengikutnya dari rasa berdosa dan
bersalah, Muhammad membuat Allah menghalalkannya:
“Nikmatilah apa yang kamu ambil
dalam perang, sebagai benda yang halal lagi baik.” (Qs 8:69).
Karena Allah tidak perlu barang-barang curian atau hasil perampokan
dari sekelompok orang-orang Arab, maka semua harta-harta rampasan perang
harus masuk kepada wakilnya sang utusan Allah.
Karena tidak ada seorangpun yang bisa melihat atau mendengar Allah
maupun Jibril, semua kepatuhan harus dilimpahkan kepada utusannya yaitu
Muhammad.
Dialah yang harus ditakuti karena dia satu-satunya perantara antara
Allah dan manusia.
Allah sangat diperlukan Muhammad untuk mendominasi manusia, tanpa
percaya dan takut kepada Allah dan Muhammad, para pengikutnya tak akan
mau mengorbankan nyawa mereka, membunuh orang termasuk keluarga mereka
sendiri, menjarah orang, memberikan semuanya kepada Allah melalui
Muhammad.
Muhammad berkhotbah tentang dosa shirik larangan memper-sekutukan
Allah, tetapi dalam kenyataannya dia bersekutu dengan Allah dengan cara
yang membuat ke duanya secara logika dan praktek tak bisa dipisahkan.
Muhammad mengungkapkan dengan jelas rasa pentingnya diri, kebesaran
dan kemutlakan Muhammad disamping Allah.
“Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikatnya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
baginya.” (Qs 33:56).

“Supaya kamu sekalian beriman
kepada Allah DAN Rasul-Nya, menguatkan-Nya, membesarkan-Nya. Dan
bertasbih kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.” (Qs 48:9).
Muhammad bahkan menjejerkan dirinya bersama Allah dalam Kalimat
Shahadat: “Tiada Tuhan selain Allah DAN Muhammad adalah Rasul Allah”.
Dan sekaligus membakukan dirinya sebagai Wakil Allah yang mutlak, sampai
kepada wakil-wakil yang Muhammad tunjuki secara berantai: “Barangsiapa
taat kepadaku, ia taat kepada Allah, dan barangsiapa mengingkari aku, ia
mengingkari Allah. Dan barangsiapa taat kepada pemimpin yang kutunjuki,
ia taat kepadaku, dan barangsiapa mengingkarinya, iapun mengingkari
aku” (Bukhari vol.9, buku 89, no.251).
Muhammad begitu terkesan dengan dirinya sehingga dia menoreh
kalimat-kalimat berikut kedalam mulut Allah:
“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti agung.”
(Qs 68:4). Dan
“untuk jadi cahaya yang menerangi.” (Qs 33:46).
“ketetapan Allah DAN Muhammad adalah final.” (Qs 33:36).
Sebaliknya Muhammad sesukanya mengklaim tentang ras dirinya:
“Diantara semua bangsa didunia Tuhan memilih bangsa Arab. Dari antara
bangsa Arab Dia memilih Kinana. Dari Kinana Dia memilih suku Quraishi
(yaitu sukunya Muhammad). Dari suku Quraishi Dia memilih bani Hashim
(klannya). Dan dari bani Hashim Dia memilih aku.” (Tabaqat, vol.1. p.2).
Dalam hadits Muhammad juga mengklaim untuk dirinya:


Hal pertama yang dibuat Allah Maha Kuasa adalah jiwaku.
Pertama dan segala hal, Allah menciptakan jiwaku.
Aku dari Allah, dan orang-orang percaya adalah dariku.
Seperti Allah menciptakanku agung, Dia juga memberiku karakter
agung.
Kalau bukan karena kau, O Muhammad, Aku tidak akan menciptakan jagat
raya.


(http://www.muhammadanreality.com/creationofmuhamadanreality.htm).
Amir Timur Lang, yang dikenal juga dengan nama Tamerlane (1336-1405)
adalah seorang yang kejam yang menjadi kaisar melalui tindakan-tindakan
banditnya. Dalam otobiografinya yang berjudul: Sejarah Perangku Melawan
India (The history of my expedition against India), dia terus terang
menulis:
Tujuan utamaku datang ke Hindustan (India) dan melampaui semua
kesusahan adalah untuk mencapai dua hal. Pertama adalah perang melawan
kafir, musuh Islam, dan dengan me-lakukan perang agama ini aku akan
mendapatkan surga di alam baka. Yang kedua adalah untuk barang-barang
duniawi; tentara Islam harus mendapatkan sesuatu dari menjarah kekayaan
dan harta kafir; menjarah dalam perang adalah sama halalnya dengan air
susu ibu mereka bagi Muslim yang berperang bagi agamanya, dan meminumnya
adalah halal dan terhormat.
(Malfuzat-i Timuri, atau Tuzak-i Timuri, oleh Amir Timur-i-lang
dalam History of India as told by its own Historians).
Tak lama kemudian usaha Sang Nabi mulai berbuah. Terdorong godaan dan
keserakahan ingin mendapat harta jarahan dan janji-janji hadiah
surgawi, maka Muslim Medinah bergabung melakukan perampokan dan
penjarahan di jalan Allah.
Setelah tentara Muhammad bertambah banyak dan ambisinya semakin
membengkak dia tidak hanya memerintahkan pengikutnya berperang baginya
“di jalan Allah” tetapi harus bayar biaya perang sekalian.
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah,
karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
Perhatikan bagaimana Muhammad menghubungkan “perbuatan baik” dengan
menjarah, meneror dan membunuh.
Dengan memutar balikkan moralitas seperti inilah maka Muslim dapat
mengesampingkan nurani mereka dan menganut etika terbalik dalam
memperlakukan non-Muslim, yang harus terus dimanfaatkan demi keuntungan
Muslim. Apapun keadaan yang menguntungkan “Islam” dianggap baik.
Muhammad membuat pengikutnya percaya bahwa melakukan perang dan tindakan
terorisme dalam Islam merupakan perbuatan yang menyenangkan hati Tuhan.
ZAKAT
Saat ini para Muslim yang tidak sanggup berperang di jalan Allah akan
menggantinya dengan menyumbangkan zakat.
Zakat ini tidak diprioritaskan untuk membangun rumah sakit, panti
asuhan yatim piatu, sekolah atau rumah jompo.
Sebaliknya zakat ini lebih dipergunakan untuk mengembangkan Islam,
membangun mesjid, madrasah, pondok pesantren, melatih para teroris,
membeli bom, alat-alat senjata, kaderisasi dan membiayai jihad. Kalaupun
ada badan-badan sosial Islam membantu kaum miskin itu umumnya untuk
tujuan politis semata.
Contohnya: Uang mengalir ke Amerika untuk melatih teroris
menerbangkan pesawat untuk ditabrakkan ke menara kembar WTC 9-11-2001.
Banyaknya jumlah uang yang dibayarkan pemerintah Iran kepada
Hezbollah di Lebanon dan bukannya dipakai untuk mensejahterakan rakyat
Iran, padahal rakyat Iran sekarang ini banyak yang miskin, mereka
beruntung kalau bisa kerja dan hidup dengan gaji tak lebih dari $
100/bulan.
Akhirnya Lebanon yang tadinya merupakan daerah pariwisata yang
tentram menjadi porak poranda selama puluhan tahun, tujuannya supaya
Islam menguasai Lebanon yang mayoritas rakyatnya beragama Kristen dan
mengobarkan kebencian dan perang terhadap Israel.
Dana zakat dari Timur Tengah yang masuk ke Indonesia dipakai untuk
membiayai teror-teror di Indonesia. Bagi tokoh-tokoh Laskar Jihad diberi
gaji tidak kurang dari Rp 3 juta per bulan, untuk memenggal
kepala-kepala kafir di Ambon, Poso dan kegiatan-kegiatan lain yang
meresahkan masyarakat.
(KH. Abdurrachman Wahid: ILUSI NEGARA ISLAM: Ekspansi Gerakan
Islam Transnasional di Indonesia, hal.89).
Jika orang-orang Muslim tidak cukup menyumbang bagi usaha militernya,
Muhammad dengan keras menegur mereka:
Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebagian hartamu) pada jalan
Allah, padahal Allah-lah yang menguasai (mempunyai) langit dan bumi? (Qs
57:10).
Dengan cerdik Muhammad menyamakan uang yang dikeluarkan Muslim bagi
usaha militernya sebagai “pinjaman” yang diberikan kepada Allah, dan
menjanjikan “bunga illahi” bagi uang mereka:
Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka
Allah akan melipat gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia
akan memperoleh pahala yang banyak. (Qs 57:11).
Untuk mempermanis perjanjian utang piutang ini, Allah memberikan
janji-janji akan ada berbagai barang yang indah dan kepuasan seksual tak
terbatas di surga, sambil tak lupa memperingatkan bahaya hukuman bagi
mereka yang pelit menyumbang usaha militernya.
Dengan cara ini dia membuat pengikutnya percaya bahwa Allah seolah
berhutang pada mereka karena telah membantu Muhammad dalam perang-perang
dan perampokannya.
Meskipun Muhammad membuat Allah berkata pada pengikutnya betapa besar
upah Muslim yang menyumbang usaha militernya, tetapi dia tidak mau
pengikutnya bangga terhadap sumbangan dan pengorbanan mereka.
Berkorban adalah keberuntungan, pengikutnyalah yang harus berterima
kasih padanya karena diberi kesempatan melayaninya dan bukan sebaliknya.
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka
tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut
pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan) si penerima, maka
mereka itulah yang memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Setelah membangkitkan semangat mereka untuk mengobarkan perang dan
memerintahkan mereka untuk menebas leher-leher kafir, Muhammad
meyakinkan pengikutnya bahwa hal itu adalah bagian dari ujian Allah dan
“perbuatan-perbuatan baik” mereka yang tidak akan dilupakan pahalanya.
Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir maka pancunglah batang
leher mereka. Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka
tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau
menerima tebusan sampai perang berhenti. Demikianlah, apabila Allah
menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak
menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Dan orang-orang
yang gugur pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal
mereka. (Qs 47:4).
Jadi lihatlah, betapa dari ayat ini dapat disimpulkan hal-hal
berikut:


Allah dapat membunuh kafir tanpa bantuan Muslim tetapi Dia justru
ingin Muslim melakukannya sendiri demi menguji kesetiaan iman mereka.
Tanpa sadar Muhammad menggambarkan secara implisit bahwa Allahnya
adalah pemimpin agung perampok, yang ingin menguji kesetiaan
orang-orangnya dengan menyuruh mereka membunuh dan memeras para
sanderanya.
Dalam Islam, iman Muslim yang paling final, diuji dari niat dan
kesiapan mereka untuk membunuh hingga terbunuh demi Allah!


Maka kataNya:
Dan siapkanlah untuk menghadapi
mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang
ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan
musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak
mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan
pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu
tidak akan dianiaya (dirugikan). (Qs 8:60).
Banyak ayat-ayat serupa seperti di atas dan semuanya menjelaskan
mengapa demikian banyak badan/ organisasi Islam mengumpulkan zakat untuk
membiayai terorisme dan perang.
Dalam sebuah laporan yang diumumkan oleh Pengadilan Pemerintah di
Virginia tanggal 19-8-2003, menyatakan bahwa badan zakat Muslim
menyumbang $ 3,7 juta kepada BMI, Inc. yang adalah perusahaan investasi
Islam swasta di New Jersey yang menyalurkan uang kepada
kelompok-kelompok teroris. Uang itu berasal dari sumbangan $ 10 juta
dari berbagai donatur tanpa nama di Jeddah Arab Saudi.
(http://pewforum.org/news/display.php?NewsID=2563).
Juga pada tanggal 27-7-2004 Departemen Pengadilan Amerika Serikat
mengungkapkan pengumpulan zakat Muslim terbesar dalam negeri Amerika dan
tujuh tokoh-tokoh utama dituduh menyalurkan uang $ 12,4 juta selama
enam tahun kepada gerakan perlawanan Islam Hamas, kelompok Palestina
yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh pemerintah Amerika.
(http://www.washingtonpost.com/wp-dym/articles/A18257-2004Jul27.html).
Sengaja atau tidak, fungsi zakat bagi Muslim banyak “terseleweng”
untuk membiayai jihad, menyebarkan Islam keras, mendirikan pondok-pondok
pesantren khusus, tempat-tempat pelatihan terorisme, membeli
senjata-senjata, merakit bom dll, sebagian kecil saja zakat diberikan
untuk orang-orang miskin, itupun sering terkait untuk politik. Bila ada
bencana alam seperti banjir, tsunami, gempa bumi, negara-negara Islam
tidak begitu tertarik untuk menyumbang besar-besaran, hanya kecil sekali
kontribusinya, dan sering terlambat dibandingkan negara-negara “kafir”
yang dimusuhinya.

Di Medinah, Muhammad berhasil melipat-gandakan jumlah pengikutnya.
Untuk menghidupi pengikut-pengikut awal Islam ini, pekerjaan
pertama-tama Muhammad sebagai pemimpinnya harus menemukan sumber-sumber
keuangan. Tidak ada cara lain selain melakukan penyerangan dan membunuh
kaum pedagang untuk dijarah hartanya.
Serangan pertama dikenal sebagai serangan Al-Iwa dimana dia menyerang
sebuah kafilah unta yang dimiliki beberapa orang dari kaum Quraish (The
Life of the Messenger oleh Imam Muhammad bin Abd Al-Wahab, hal 85).
Serangan kedua dikenal sebagai Bawat, dimana dia menyerang sebuah
kafilah dari Mekah yang dipimpin Umia bin Khalaf yang berhasil
dirampoknya. Dalam serangan ketiga, dikenal dengan Al-Ashira, sebuah
kafilah yang menuju Damaskus diserang oleh Muhammad dan komplotannya.
Perampokan ini berhasil dan lima orang dibunuh dalam perampokan ini.
Perang Nakhla pada
623 M
Muhammad mulai menguji kekuatannya dalam perang, orang-orang Arab
adalah orang gurun pasir yang sederhana, tetapi mereka punya harga diri
dan bangga akan sikap ksatria mereka. Dalam setahun ada beberapa bulan
dimana mereka tidak boleh berperang, bulan-bulan ini dikenal sebagai
bulan suci, dimana orang melakukan perjalanan dengan aman dan ziarah.
Bertempur dan membunuh di bulan suci adalah pelanggaran terhadap hal
yang dianggap keramat.
Muhammad mengirim 8 orang ke arah Nakhla tanpa memberi tahu akan
misinya. Dia memberi surat yang disegel kepada pemimpin ekspedisi dan
baru boleh dibuka setelah tiba ditempat tujuan. Ketika mereka membuka
surat itu baru mereka tahu bahwa Muhammad memerintahkan mereka untuk
merampok sebuah kafilah di bulan suci. Dua orang dari mereka
menghilangkan untanya dan pura-pura mencarinya agar tidak ambil bagian
dalam perampokan itu. Enam orang lainnya berdiskusi akhirnya memutuskan
bahwa perintah sang Nabi harus dipatuhi meskipun bertentangan dengan
nurani, etika dan moral.
Nakhla, sebuah tempat yang dikenal akan pohon-pohon palemnya, pada
saat itu ada sebuah kafilah yang membawa mentega, kismis, arak dan
barang-barang lain dari Taif ke Mekah. Untuk menyiapkan sergapan, mereka
mencukur gundul rambut mereka dan pura-pura bersikap sebagai
orang-orang yang akan melakukan ziarah. Orang-orang penjaga karavan
terkecoh dan menurunkan tingkat penjagaan, karena melihat yang datang
adalah para peziarah. Namun tiba-tiba mereka menyergapnya, membunuh satu
orang dan menawan dua orang sebagai sandera, orang ke empat lolos.
Pembunuhan ini menimbulkan kegemparan di seluruh suku Quraish yang sadar
bahwa lawan mereka, orang Muslim demi kekuasaan tidak akan menghormati
bulan suci dan hukum apapun walaupun bertentangan dengan moralitas, kode
etik, kesopanan, hati nurani. (Ali Dashti, 23 years, p.86).
Menghadapi kritikan masyarakat Mekah, Muhammad segera mengeluarkan
ayat untuk membenarkan perbuatannya:
“Mereka bertanya kepadamu
tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah:”Berperang dalam bulan
Haram itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi dari jalan Allah, kafir
kepada Allah … lebih besar dosanya di sisi Allah.” (Surat Al-Baqara
2:217).
Padahal tidak ada satupun hakekatnya yang dapat dikaitkan dengan
“perang di jalan Allah” ataupun perang membela Allah! Sungguh mulut
Allah disurga telah didiktekan dari dunia.
Perang Badr 624 M
Setelah para pengikutnya merasakan nikmatnya merampok harta dan
membunuh, kini Muhammad (54 th) sendiri memimpin perang ke dua. Dia dan
pengikutnya lagi-lagi memenangkan pertempuran di Badr. Sukses besar ini
mendorong lebih banyak lagi dari para pengikutnya dan orang-orang lain
yang berminat untuk bergabung dalam pertempuran, membunuh dan merampok.
Beberapa tawanan yang tertangkap dipancung karena mereka telah menghina
Muhammad beberapa tahun sebelumnya ketika dia masih di Mekah, sisanya
ditawan untuk dimintai tebusan pada keluarganya.
Diantara mereka terdapat Abul Aas, suami Zainab anak perempuan
Muhammad sendiri.
Zainab mengirim kalung emas yang didapatkan dari ibunya Khadijah saat
menikah, untuk menebus suaminya. Muhammad mengenali kalung tersebut
karena pernah dipakai isterinya Khadijah. Iapun terpaksa setuju untuk
melepaskan Abul Aas tanpa tebusan yang diminta asal Zainab meninggalkan
suaminya.
Para ulama Muslim menganggap perang Badr sebagai serangan militer
dengan pengertian sebuah perang yang kita pahami sekarang. Sebuah
kafilah yang membawa barang-barang dagangan tengah dalam perjalanan
kembali dari Damaskus menuju Mekah, dipimpin oleh Abu Sufyan orang kaya
dari Mekah. Mendengar ini Muhammad dengan orang-orangnya merancang untuk
menyerang dan merampok barang-barang dagangan yang dibawa kafilah itu.
Namun rencana jahat ini sempat tercium oleh Abu Sufyan yang segera
mengirimkan utusan ke Mekah, memohon bantuan orang-orang Mekah untuk
menggagalkan usaha perampokan itu.
Sementara itu Muhammad mengerahkan Al-Ansar sekutunya dibawah
pimpinan Sa’d Ibn Mua’dh Al-Migdad bin Al-Aswad, yang berjanji kepada
Muhammad:
“Kami Al-Ansar dari Medinah bergabung dengan Muhammad akan
mendapatkan hasil penjarahan perang dengan pembagian yang sama dengan
Muhajirin-orang-orang Mekah yang hijrah dengan Muhammad ke Medinah, dan
Muhammad akan mendapatkan satu perlima bagian. Oleh karena itu pimpinlah
kami dan kami tidak akan berkata seperti orang-orangnya Musa yang
berkata: “Pergilah, kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah sementara kami
hanya duduk menanti disini saja.” (pernyataan terakhir Al-Migdad ini
kemudian menjadi cikal bakal ayat Al-Qur’an surat Al-Maidah 5:24).
Muhammad puas dengan kesepakatan ini dan berkata:
“Berbarislah dan bersuka citalah, karena Allah telah menjanjikan aku,
satu dari dua denominasi dan aku melihat orang-orang terbunuh.”
Seperti biasanya “JIBRIL” turun kepada Muhammad dengan ayat yang
diturunkan:
“Kelak akan Aku jatuhkan rasa
ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka
dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka.” (Surat Al-Anfat 8:12).
Dan sebuah ayat diturunkan lagi:
“Apakah tidak cukup bagi kamu
Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan?” (Surat
Ali Imran 3:124).
Dalam perang ini pengikut-pengikut Muhammad menjadikan
saudara-saudara mereka sendiri yang kafir sebagai musuh. Amer bin
Al-Hadrami, anak dari Umar Al-Hadrami saling berhadapan dalam
pertempuran dan berteriak: “Wahai Umar, wahai saudaraku!” Tetapi
Muhammad memerintahkan dia dibunuh.
Perang ini berakibat kematian lebih dari empatratus orang dari Mekah,
termasuk Abu Al-Hakam yang berarti orang bijak, paman Muhammad, tetapi
oleh orang-orang Muslim nama itu diubah menjadi Abu Al-Jahl yang berarti
orang bodoh. Abu Al-Hakam menolak untuk membunuh Muhammad ketika dia
mendapatkan kesempatan tersebut pada saat perang dengan berkata:
“Bagaimana saya bisa membunuh keponakanku, anak dari saudaraku
Abdullah.” Karena Abu Al-Hakam ini tidak mau membunuh Muhammad maka
orang-orang Muslim menyebutnya sebagai orang bodoh. Tetapi pendirian
Muhammad dan pengikutnya terhadap pamannya sama sekali bertolak
belakang.
Muhammad bin Abd Al-Wahab berkata dalam bukunya:
“Ketika perang mulai berakhir dan musuhpun dikalahkan, Rasul Allah
berkata: “Siapa yang akan mencari tahu apa yang terjadi terhadap Abu
Jahl?”
Ibn Mas’ud pun pergi dan menemukan dia terluka, tetapi Ibn Mas’ud dan
Awfa bin Afra tetap memukulnya dan berkata kepadanya: “Siapa yang
dikalahkan sekarang?”
Ketika Abu Jahl tidak menjawab, Ibn Mas’ud berkata: “Apakah seseorang
yang dibunuh oleh kaumnya sendiri bisa dikalahkan?” Kemudian Ibn Mas’ud
memenggal kepala Abu Jahl saat dia terluka parah dan tak berdaya, lalu
melapor kepada Muhammad bahwa ia telah membunuhnya. Muhammad berkata:
“Pergi dan tunjukkanlah dia kepadaku.” Ketika Muhammad melihat mayat
pamannya, dia meludahinya dan berkata: “Firaun dari bangsa ini telah
mati.” (The Brief of the Life of the Messenger oleh Imam Muhammad bin
Abd Al-Wahab hal.91, edisi diterbitkan di Arab Saudi).
Banyak orang-orang Mekah yang tertawan dalam serangan ini termasuk 70
tawanan wanita.
Beberapa orang yang ditawan antara lain Umayya bin Khalaf dan anaknya
Ali. Bilal seorang budak yang tinggal di rumah Umayya melihat mereka.
Waktu Bilal menjadi pengikut Muhammad, Umayya mengutuknya tetapi tidak
membunuhnya. Tetapi kini justru Bilal menuntut dua tawanan yaitu Umayya
dan anaknya Ali harus dibunuh dengan pedang walaupun mereka minta ampun
untuk nyawa mereka! Mereka yang dibunuh dalam perang cukup banyak tetapi
hal tersebut tidak memuaskan Muhammad. Ketika dia dalam perjalanan
pulang dia memerintahkan Ali untuk membunuh tawanan yang dianggap
menyainginya di Mekah dengan kisah-kisah tandingan, yaitu orang-orang
yang bernama Al Nadr bin Al Harith. Dan ketika mendekati gerbang kota,
dia membunuh Akaba bin Ali Al-Mu’alit (Uqba ibn Abi Muait).
Ingat Uqba ini yang pernah mencekik Muhammad saking marahnya karena
ilah-ilah orang Quraish itu dimaki-maki Muhammad. Tetapi Muhammad segera
dilepasnya. Kini Uqba tidak dilepas Muhammad. Ketika Uqba mendengar
perintah eksekusi terhadap dirinya, maka ia memohon belas kasihan dengan
berkata: “Dan gadis kecilku, siapa yang akan memeliharanya?” Muhammad
menjawab: “Api neraka!” Dan diapun dipancung jatuh ke tanah.
“Kamu iblis dan pengacau! Kafir
terhadap Allah dan NabiNya dan KitabNya! Aku bersyukur kepada Tuhan
yang telah membantai kamu, dan yang telah menyenangkan mataku.” seru
Muhammad.

(Ibn Waraq, Why I am not a
Muslim, p.93; Sirat Muhammad by Ibn Hisyam).
Sa’d Ibn Muad’dh mengkritik apa yang dilakukan anak buah Muhammad
yang sedang membunuhi para tawanan.
Tetapi Muhammad berkata kepadanya: “Kamu sepertinya membenci apa yang
dilakukan oleh anak buahku.” Dia menjawab: “Ya, membunuh tawanan bukan
tradisi kita.” Muhammad menjawab: “Tetapi mereka adalah kafir.” Mua’dh
menjawab: “Mereka mungkin bisa menjadi Muslim jika kita berbicara kepada
mereka dengan baik.”
Dia kemudian berkata kepada Muhammad dalam pernyataannya yang
terkenal: “Sepertinya membunuh jauh lebih penting bagimu dari pada
membiarkan orang-orang itu hidup.”
Abu Bakr menyarankan kepada Muhammad agar para tawanan dibebaskan
sehingga Allah dapat membimbing mereka beriman kepada Muhammad. Tetapi
Muhammad tidak mempedulikan panggilan kenabiannya untuk membimbing dan
menunjuki jalan malahan sebaliknya minta tebusan kepada keluarga para
tawanan di Mekah. Terjadilah tawar menawar antara rakyat Mekah dengan
kaum Muslim untuk membayar tebusan setiap tawanan. Akibatnya kaum
Quraishi menjual harta benda termasuk rumah-rumah mereka dan memberikan
uangnya kepada Muhammad untuk menebus tawanan-tawanan tersebut.
Serangan Muhammad terhadap kafilah, pedagang-pedagang laki-laki dan
wanita-wanita tersebut disebut sebagai perang Badr dan kemenangan
Muhammad atas para pedagang tersebut oleh kaum Muslim dikatakan sebagai
“Peperangan militer yang gemilang.”
Muhammad disebut sebagai Nabi pengampun tetapi dalam perang ini sama
sekali tidak ada hubungannya dengan kasih dan pengampunan. Malahan
setelah itu Muhammad mendeklarasikan:
“Ya Tuhanku, janganlah Engkau
biarkan seorangpun diantara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.”

(Surat Nuh / Nabi Nuh 71:26).
Ini membuka pintu lebar-lebar menghalalkan orang-orang Muslim untuk
membunuh, menindas non-Muslim kaum kafir, Yahudi, Kristen, Hindu, Budha
dimanapun, kapanpun mereka mempunyai kesempatan untuk melakukannya,
sebagaimana yang telah mereka lakukan di negara-negara Barat, Timur
Tengah seperti Mesir dan lain-lain negara Islam.
Muhammad mulai
mentargetkan kaum Yahudi
Mula-mula Muhammad mencoba membujuk dan menarik simpati orang-orang
Yahudi yang ada di Medinah melalui khotbah-khotbahnya agar orang-orang
Yahudi mau mengakui Allah sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai rasul,
yaitu dengan cara berikut:


Memberikan respek kepada Abraham dan tokoh-tokoh nabi-nabi Yahudi
yang tertulis dalam Alkitab.
Menekuni hari Sabat Yahudi.
Mengadopsi sebagian dari hukum pengharaman makanan yang berlaku
dalam masyarakat Yahudi.
Membenarkan kitab Suci Yahudi.
Kiblat sembahyang menghadap ke Yerusalem.


Namun ternyata para pedagang Yahudi tidak mau menjadi muridnya
Muhammad, melainkan tetap melakukan upacara keagamaan Yahudi.
Orang-orang Medinah menganggap Muhammad bahkan telah menyontek upacara
kaum Yahudi namun mereka tetap tidak bersedia mendukung dirinya. Maka
Muhammad menjadi gusar atas sikap kaum Yahudi. Ini dibuktikan dengan
merubah kiblat sembahyang dari Yerusalem ke Mekah tanpa alasan yang
benar. Ia juga meniadakan hari Sabat Yahudi (hari Sabtu) dan sebagai
gantinya mengadopsi harinya para penyembah berhala yaitu hari Jumat. Dan
sekali lagi Muhammad mengambil/ mengadopsi ritus-ritus pagan yang
dianut oleh keluarga dan moyangnya.
Encyclopedia Britanica menjelaskan, ketika Muhammad mengetahui bahwa
kelompok Yahudi tidak berkualitas dalam peperangan, diapun tergoda untuk
mengambil alih harta mereka lewat penyerangan. Serangannya terhadap
permukiman Yahudi yang makmur di Khaibar itu kelihatannya sudah
dirancang untuk memuaskan para pendukungnya yang tidak puas hanya dengan
merampok para kafilah tetapi juga ingin merampok harta orang-orang
Yahudi sebagai tambahan. (Encyclopedia Britanica 15:648). Sejarah
mencatat Muhammad melakukan pembunuhan terhadap orang-orang Yahudi
mula-mula secara perorangan, kemudian baru melakukan penyerangan massal
pada permukiman-permukiman Yahudi, karena alasan keuangan dan keagamaan.
Sebagian dari wilayah permukiman Yahudi tersebut merupakan pusat-pusat
perdagangan emas dan perak; maka dengan menaklukkan tempat-tempat
semacam itu kekayaan besar dapat diperoleh dalam waktu singkat.
Perang Uhud 23
Maret 625 M
Tidak lama setelah perampokan Badr, orang-orang Quraish Mekah
memutuskan untuk membalas dendam atas serangan Muhammad dan
pengikut-pengikutnya. Abu Sufyan setiba di Mekah berunding dengan para
pemimpin masyarakat dan mereka memutuskan untuk memulai perang melawan
Muhammad. Sebuah pasukan sebanyak 3.000 orang diberangkatkan menuju
Medinah. Mereka berkemah dekat gunung Uhud mempersiapkan diri untuk
menyerang.
Ketika Muhammad diberitahukan kedatangan tentara Mekah dalam jumlah
besar, diapun takut untuk berperang melawan mereka, dan berpikir lebih
baik bertahan dan bertempur di dalam kota, Abdullah bin Ubai setuju
dengannya. Tetapi Al-Ansar rakyat Medinah takut akan nasib kota Medinah,
dan nasib para wanita isteri dan anak-anak mereka, sehingga mereka
menuntut Muhammad untuk berperang ke luar kota melawan mereka, jangan di
dalam kota.
Untuk membesarkan semangat pengikutnya Muhammad berkata: “Aku akan
meminta Allah dan malaikatnya berperang bagi kita.”
Maka seribu anak buahnyapun pergi berperang dengan memegang janji
Muhammad dan Allah bahwa ribuan malaikat akan berperang di samping
mereka. Namun Muhammad ternyata kalah dalam pertempuran ini walaupun
sebelumnya dia meramalkan akan menang. Mulutnya terkena sabetan pedang,
dia kehilangan beberapa gigi dan nyaris gugur dalam pertempuran itu.
Pamannya Hamzah tewas dalam perang ini.
Kekalahan ini merupakan pukulan berat bagi Muhammad dan
pengikut-pengikutnya.
Beberapa pengikutnya yang ketakutan melarikan diri, hanya tinggal 5
orang yang kembali. Tidak diketahui apa alasannya bahwa orang-orang
Mekah tidak menghancurkan Muhammad beserta pasukannya. Namun agaknya
setelah mereka melukai para korban yang cukup banyak, demi mengentengkan
rasa bersalah/berdosa, orang-orang Mekah itu kemudian kembali ke kota
sambil membiarkan Muhammad pergi.
Rakyat bertanya: “Dimanakah Tuhan Muhammad? Dimanakah duapuluh ribu
malaikat yang dijanjikan untuk berperang bagi mereka?” teriak Sa’d Ben
yang terluka parah selama perang. Para pendiri Islam mengelilingi
Muhammad dan bertanya: “Abu Kasem (nama yang digunakan
sahabat-sahabatnya untuk memanggil nya), apa yang akan kita lakukan?
Sekarang Al-Ansar tidak mempercayai kita lagi.” Maka lagi-lagi Jibril
siap membantu Muhammad untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, dan
enampuluh satu ayat diturunkan dan menjadi bagian dari sebuah surat
(Surat Al Imran 3:121-181).
Muhammad juga membuat lebih dari empatratus pernyataan lainnya yang
dicatat dalam Ahadits (Ahadits adalah bentuk plural dari Hadits) Sahih
Bukhari dan Sahih Muslim. Setelah perang Uhud, Muhammad dan
sahabat-sahabatnya kehilangan 70% dari semua yang telah mereka bangun
selama bertahun-tahun, dan merekapun mengadakan gencatan senjata selama
10 tahun dengan orang-orang Mekah. Gencatan senjata tersebut memberikan
cukup waktu untuk mengembalikan harga dirinya yang hilang.
Muhammad memutuskan untuk kembali kepada habitatnya yaitu perampokan
harta kafilah-kafilah yang berkeliling. Pada tahun ke empat Hijrah (626,
empat tahun setelah Muhammad pindah ke Medinah) dia berhasil menyerang
Dabeele dan Ber Ma’ouna.
Muhammad berperang
langsung
Orang-orang Muslim biasanya bangga bila membicarakan peperangan
Muhammad.
Dalam peperangan Muhammad memilih penyergapan atau penyerangan
mendadak sehingga dia bisa mengalahkan korban-korbannya yang kaget dan
membantainya sewaktu mereka tidak siap dan tidak bersenjata. Selama
sepuluh tahun sejak hijrah ke Medinah dan merasa kuat ditengah-tengah
pengikutnya, Muhammad melakukan 74 penyerangan (Tabaqat, vol.2, pp 1-2).
Beberapa dari penyerangan ini adalah pembunuhan-pembunuhan atas
perorangan saja dan penyerangan lainnya melibatkan ribuan orang.
Muhammad pribadi tercatat ikut dalam 27 penyerangan ini disebut ghazwa.
Penyerangan-penyerangan yang diperintahkan nya tetapi dia sendiri tidak
ikut menyerang disebut sariyyah. Baik gahzwa maupun sariyyah berarti
serangan mendadak atau penyergapan.
Jikalau Muhammad ikut menyerang, dia selalu berada dibagian belakang
tentaranya, dilindungi pasukan khususnya. Tidak ada keterangan manapun
dalam biografi Muhammad yang menuliskan dia sendiri bertarung dimuka
melawan musuh. Dia lain dengan Musa yang tampil jantan menghadap Firaun,
atau Daud menghadap Goliat, atau Yesus menghadap tentara Imam Besar,
Pilatus atau Herodes, siapa saja! Tidak ada nabi yang membokong
(menyergap) dari belakang sebab ada Tuhan di depan mereka.
Waktu Muhammad berumur 20 tahun, dia pernah ikut berperang di Mekah
bersama paman-pamannya, perang itu dikenal sebagai perang Fijar, dalam
perang ini usaha Muhammad adalah mengumpulkan panah-panah musuh sewaktu
gencatan senjata dan menyerahkan kepada paman-pamannya.
“Sikap berani dan mahir bersenjata adalah hal yang tidak dimiliki
Muhammad dalam sepanjang karirnya sebagai nabi” (William Muir, Life of
Muhammad, Vol.11, Chapter 2, page 6).
Muhammad tidak pernah mempertaruhkan nyawanya dalam peperangan yang
dia lakukan, dia seringnya berdiri dibelakang pasukan dengan memakai dua
lapis baju besi, satu baju melapisi baju lain. Baju besi ganda ini
membuatnya begitu berat hingga gerakannya terbatas dan dia perlu dibantu
untuk berdiri atau berjalan. Dengan begini dia berteriak-teriak ke arah
anak buahnya dengan kerasnya memberi semangat anak buahnya agar berani
dan jangan takut mati, menjanjikan mereka perawan-perawan berdada busung
dan makanan surga di dunia lainnya. Kadang dia menggenggam pasir dan
melemparkan ke arah musuh sambil mengutuk mereka.
Muhammad berpikir bahwa dirinya berada di atas hukum, dia melanggar
kode-kode etika dan moral kapanpun dia suka, dan membuat Allahnya
mengeluarkan ayat untuk mengkonfirmasi apa yang dia lakukan adalah
benar. Ia dan pengikutnya menyerang kota-kota dan desa-desa tanpa
peringatan, membacoki orang-orang sipil tak bersenjata secara pengecut,
mengambil jarahan perang berupa hewan-hewan ternak, senjata-senjata dan
semua harta benda korban, termasuk isteri-isteri dan anak-anak mereka.
Penyerang Muslim kadangkala minta uang tebusan atau menyimpan/ menjual
mereka sebagai budak.
Berikut adalah contoh kejadian penyerangan yang tercatat dalam
sejarah Islam.
Penyerangan Bani
Mustaliq.
Sang Nabi tiba-tiba menyerang
bani Mustaliq tanpa peringatan ketika mereka sedang tidak siap dan
ternak mereka sedang minum-minum di tempat pengambilan air. Orang-orang
yang melawan dibunuh, para wanita dan anak-anak mereka ditawan; lalu
sang Nabi mendapatkan Juwariyah di hari itu.(Sahih Bukhari, Vol.3. Book
46, Number 717).
Dalam perang ini 600 orang ditawan oleh tentara Muslim, barang
jarahan 2.000 unta dan 5.000 kambing.
Dilaporkan berdasarkan otoritas dari Sa’b B.Jaththama, ketika ditanya
tentang para wanita dan anak-anak non-Muslim yang dibunuh di malam
penyerangan, maka Rasul Allah berkata:
“Mereka adalah salah satu dari mereka.” (Sahih Muslim, book 019,
Number 4321, 4322 and 4323).
Dunia kaget waktu teroris-teroris Muslim menirukan Nabinya membunuh
anak-anak (Beslan), tetapi apologis Muslim dengan cepat membantah bahwa
pembunuhan anak-anak dilarang Islam.
Untuk mengesahkan serangan-serangan biadab terhadap orang-orang
sipil, sejarawan Muslim sering menuduh pihak korban berencana melawan
Islam. Akan tetapi tidak ada bukti dan alasan untuk mempercayai bahwa
suku Arab mencoba menyerang Muslim secara fisik, yang pada waktu itu
merupakan gerombolan kuat yang ditakuti. Siapa-siapa Muslim yang telah
diserang, ditawan dan dibunuh mereka? Sebaliknya banyak suku yang
berdamai dan menanda tangani perjanjian damai dengan Muhammad agar
mereka tidak diserang. Ternyata perjanjian ini nantinya dilanggar
sendiri oleh Muhammad tetapi dibalikkan seolah pagan Arab-lah yang
melanggarnya, contohnya piagam Madina.
Jarahan tidak hanya memperkaya gerombolan rampoknya tetapi juga
termasuk budak-budak seks. Aisha isteri Muhammad yang paling disayang
dan paling muda menemani Muhammad dalam penyerangan ini, melaporkan
bahwa:
Muhammad dan orang-orangnya membunuh suami Juwariyah bint al-Harith
dalam penyerangan tiba-tiba tanpa sebab, dia adalah wanita yang sangat
cantik dan mempesona setiap pria yang melihatnya. Juwariyah adalah anak
suku Bani Mustaliq dan seorang putri bangsawan yang telah menikah dengan
sepupunya.
Ketika membagi-bagi tawanan Bani Mustaliq, Juwariyah jatuh ke tangan
Thabit ibn Qyas, lalu dijadikan budak kemudian dimiliki oleh salah
seorang pengikut Muhammad. Juwariyah datang meminta tolong kepada nabi,
tetapi begitu nabi Suci melihat kecantikan dirinya, iapun menawarkan
“kemerdekaan” baginya dengan syarat kawin dengan sang Nabi. (http://66.34.76.88/alsalafiyat/juwariyah.htm).
Apologis Muslim, bersikeras bahwa kebanyakan isteri-isteri Muhammad
adalah kaum janda, orang awam menyangka Muhammad mengawini mereka karena
ingin menolong.
Yang tidak disampaikan para Muslim adalah para wanita yang janda ini
ternyata muda dan cantik-jelita dan kebanyakan para suami mereka dibunuh
Muhammad. Juwariyah yang cantik mempesona itu berusia 20 tahun dan
Muhammad 58 tahun.


Kisah Aisha dan
Safwan.
Fakta pernikahan yang satu ini sungguh memprihatinkan manusia apalagi
bila dihubungkan dengan perjodohan demi Allah.
Muhammad menikahi Aisha, waktu Muhammad berumur 51 tahun dan Aisha
berumur 6 tahun.
Mereka serumah ketika Aisha berusia 9 tahun dan Muhammad 53 tahun.
Setelah menikah selama 9 tahun, Muhammad meninggal dalam usia 62 tahun
(HSB 1598) dan Aisha berumur 17 tahun.
Sebenarnya Muhammad telah mengawini anak jauh di bawah umur, sebab
menurut tradisi, batas umur dewasa adalah 15 tahun (HSB 1241). Pada usia
yang begitu muda Aisha tidak sepenuhnya sadar apa yang terjadi pada
dirinya secara seksual. Namun ketika Aisha bertambah umur, perasaannya
juga bertambah dewasa terhadap laki-laki.
Pada waktu Muhammad menyerang bani Mustaliq dia membawa Aisha untuk
menemaninya. Ketika anak buahnya sedang menyerang dan merampok, Muhammad
tidak di front depan peperangan, tetapi sedang berada dalam tendanya
bersama Aisha.
Anak buah Muhammad mempertontonkan wanita-wanita tahanan, diantara
mereka adalah Juwariyyah bin Al-Harith, yang sangat cantik yang jatuh
ketangan Thabit ibn Qyas. Muhammad terpesona oleh kecantikannya dan
ingin memilikinya. Maka Muhammad menawar dia dengan banyak uang untuk
membeli wanita itu bagi dirinya. Dan transaksi yang sukses ini terjadi
pada saat Aisha sedang bersamanya di dalam tendanya selama penyerangan
tersebut terjadi.
Apa reaksi Aisha?
Aisha meninggalkan untanya ketika kelompok tersebut mendekati kota
dan dia masuk kedalam salah satu rumah yang kosong. Setelah tujuh jam,
dia baru kembali berdua dengan Safwan bin Al-Mu’attal (dikenal juga
dengan sebutan Safwan bin Mu’attal As-Sulami Adh-Dhakwani). Maka
gosippun menyebar mengenai Aisha dan Safwan.
Muhammad sangat yakin bahwa Aisha telah mengkhianatinya lalu dia
minta nasehat dari Ali. Ali menasehati Muhammad agar Aisha diceraikan
atau dibunuh, dan Muhammad memutuskan untuk menceraikannya. Namun satu
bulan berlalu, Muhammad tidak mengambil tindakan apapun terhadap Aisha
meskipun orang-orang masih ramai membicarakan affair Aisha dengan
Safwan. Muhammad memang pergi menemuinya untuk menceraikannya. Namun
ketika dia memasuki rumah Abu Bakar dan saat dia melihat Aisha, dia
berubah pikiran dan dia berkata kepadanya: “Wahai Aisha, Allah telah
mendukungmu.” Dan seperti biasanya, Jibril sudah siap dan Allah
menurunkan sebuah ayat untuk membereskan hal tersebut berupa sebuah ayat
yang menyaksikan pembelaan untuk Aisha.
(Kisah ini dari sudut pandang Aisha diriwayatkan dalam Hadits Shahih
Bukhari, vol.3, Book 48 # 805; vol.5, Book 59 # 462-464 dan vol.6, Book
60 # 274-278).
Tak lama kemudian Ali melihat lagi kejadian tidak senonoh dari Aisha,
lalu dia mengadukannya kepada Muhammad. Kali ini Muhammad memutuskan
bahwa Aisha harus dibunuh, dia pergi bersama Ali dengan membawa pedang
untuk membunuh-nya. Muhammad memasuki rumah Aisha dan Ali menunggu di
luar, tetapi Muhammad baru keluar satu jam kemudian dengan berkeringat
dan keletihan. Tak ada yang tahu persis apa yang sudah terjadi. Ali
bertanya kepadanya: “Apakah kamu membunuhnya, wahai sepupu?” Muhammad
menjawab: “Tidak Ali. Sebuah ayat turun dari Allah untuk membenarkannya
lagi.”
Tetapi kali ini ayat tersebut ternyata menuduh Ali berbohong dan
mengatakan bahwa gosip tersebut berasal dari “kelompok diantara kamu”.
(Lihat Surat Al-Nur 24:1-26).
Sejak hari itu Ali bersikap menentang Aisha dan Aisha memusuhi Ali.
Tentang Ali, ia terkenal sebagai penceramah kabar baik tentang surga,
dan Muhammad pernah mengatakan: “Dia adalah sepupuku dan saudara yang
menawanku. Dia adalah kebenaran, dia itu adalah Ali bin Abu
Talib.”Tetapi kini Allahnya Muhammad malah berbalik dan menuduhnya
berbohong dalam kisah Aisha. Dapatkah kesemrawutan begini disebut
sebagai wahyu Allah?
Surat
Penggantian/Penghapusan Pewarisan
Perseteruan antara keluarga Muhammad dan Ali menyebabkan dihapusnya
Surat Pewarisan yang menurunkan kekalifahan kepada Ali oleh Muhammad.
Pendukung Ali kaum Syiah tetap mempertahankan keberadaan Surat Pewarisan
dan membacakannya dari dalam Al Qur’an hingga hari ini.
Ketika Kalifah Uthman mengumpulkan Al Qur’an dia menolak untuk
memasukkan surat tersebut dan menuntut untuk menghapusnya. Tetapi surat
itu masuk dalam salinan mushaf Qur’an dari Ibn Mas’ud, dan terdapat di
dalam “tambahan” Al Qur’an yang dibaca oleh rakyat Iran dan semua orang
Syiah pada umumnya. Dan mereka ini berjumlah sekitar 40% dari semua
orang Muslim. Begitu pula digugat bahwa Al Quran sekarang menghilangkan
Surat al-Wilayah dan Surat an-Nurain (yang bisa dibaca dalam M.A. As
Saif, al-Quran Syi’ah, hlm.67-70).
Disamping itu terdapat lagi perbedaan tekstual yang meliputi 219 ayat
yang saling berlainan diantara Al Quran yang dibaca Muslim Sunni dengan
Syiah.
Perbedaan ini dan banyak lainnya mencetuskan sebuah pertikaian
penting yang dimulai setelah serangan Muraisa dalam tahun ke lima Hijrah
sampai sekarang dan tidak ada kerukunan antara Syiah dan Sunni. Adapun
Surat Pewarisan tersebut, yang dikecualikan dari semua Al Qur’an Sunni
terdapat dalam semua Al Qur’an versi Syiah, terdiri dari lima ayat:
“Demi Allah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 1. Wahai orang
beriman! Berimanlah pada nabi dan Pelindung. 2. Yang berasal dari yang
lain. 3. Dan aku yang mendengar dan mengetahui. 4. Yang beriman dan
berbudi baik akan mendapat surga. 5. Terpujilah Tuhanmu dan Ali adalah
salah satu saksi.”
Serangan terhadap kaum Yahudi Mustala.
Pada tahun yang sama terjadi serangan Muraisha terhadap kaum Yahudi
Mustala yang mengalami siksaan dan pembunuhan di bawah Muhammad. Banyak
orang Yahudi yang melarikan diri ke Mekah meminta pertolongan dari
orang-orang Quraishi, lalu mengadakan perjanjian damai dan kerja sama.
Mereka menemui Abu Sufyan yang menjadi pemimpin dari kaum Quraishi dan
semua orang yang terluka oleh serangan-serangan Muhammad. Perjanjian
damai dan kerjasama antara kaum Yahudi dan kaum Quraishi diselesaikan
dan ditanda tangani oleh Salam bin Haqiq untuk kaum Yahudi dan Abu
Sufyan untuk Mekah.
Beberapa sejarawan Muslim mencatat bahwa kaum Yahudi mengkhianati
janji mereka kepada Muhammad. Kawan-kawan Muslim kita ingin memutar
balikkan kebenaran namun sesungguhnya Muhammadlah yang mengkhianati kaum
Yahudi dengan merampok kafilah dan kota mereka serta membunuhi mereka.
Pembunuhan Abu Afak
120 tahun.
Salah satu korban tindakan pembunuhan Muhammad adalah seorang pria
tua bernama Abu Afak yang berusia 120 tahun. Dia menulis puisi yang
isinya menangisi orang-orang yang jadi pengikut Muhammad. Dia menulis
bahwa Muhammad adalah orang gila yang dengan sesukanya menetapkan
larangan dan ijin kepada orang-orang, yang mengakibatkan mereka
kehilangan akal sehat dan jadi benci satu sama lain. Ibn Sa’d melaporkan
kisahnya sebagai berikut:
“Lalu terjadi “saryyah” (serangan) oleh Salim Ibn Umayr al-Amri
terhadap Abu Afak, orang Yahudi di bulan Shawwal, awal bulan ke duapuluh
sejak Rasul Allah hijrah dari kota Mekah ke Medinah pada tahun 622 AD.
Abu Afak berasal dari masyarakat Banu Amr Ibn Awf, dan dia adalah
seorang tua berusia 120 tahun. Dia adalah seorang Yahudi dan sering
membujuk orang melawan Rasul Allah, dan menulis puisi tentang Muhammad.
Salim Ibn Umayr adalah salah seorang yang paling menen-tangnya,
pernah ikut dalam perang Badr, katanya “Aku bersumpah akan membunuh Abu
Afak atau lebih baik mati di hadapannya”. Dia menunggu kesempatan sampai
tiba suatu malam yang panas dan Abu Afak tidur di tempat terbuka. Salim
Ibn Umayr mengetahui hal itu, dia meletakkan pedangnya di atas hati Abu
Afak dan menekannya sampai menembus tempat tidurnya. Musuh Allah itu
menjerit dan orang-orang pengikutnya cepat-cepat mebawanya ke dalam
rumahnya dan menguburnya.” (The Kitab al Tabaqat al Kabir, vol.2, p 3).
Satu-satunya dosa orang tua ini adalah menulis puisi yang mengeritik
Muhammad.
Pembunuhan Asma
bint Marwan.
Ketika Asma bint Marwan seorang ibu Yahudi dari Bani Khatma yang
punya lima anak laki-laki yang masih kecil mendengar hal ini, dia merasa
sangat marah, lalu menulis puisi mengutuk orang-orang Medinah yang
mengijinkan Muhammad memecah belah mereka dan membiarkan dia membunuh
orang tua tak berdaya.
Sekali lagi Muhammad datang kepada orang-orangnya dan mengeluh:
“Siapa yang mau mengenyahkan anak perempuan Marwan dari hadapanku?”.
Umayr bin Adiy al-Khatmi orang buta yang saat itu ada disitu
mendengarnya, dia masih sesuku dengan Asma, bersumpah akan membunuh
perempuan itu.
Di malam gelap gulita dia merangkak ke dalam rumah dimana Asma tidur
bersama anak-anaknya. Dengan diam-diam dia memisahkan anaknya yang
menyusu dan menancapkan pedangnya ke dada perempuan itu sampai menembus
punggungnya dan menjepitnya ke dipan.
Pagi berikutnya ketika sembahyang di mesjid, Umayr memberi tahu
Muhammad yang telah mengetahui kejadian itu. Muhammad berpaling kepada
orang-orang yang berdiri dan berkata: “Lihatlah seorang laki-laki yang
telah menolong Allah dan nabiNya. Jangan sebut dia buta tetapi
panggillah dia si Umayr’ basir’ yang melihat”. (J Murdoch, “Arabia
and Its Prophet”, Madras, India 1922, p.20 from Guillaume’s translation
of Sirat Rasul Allah.)
Setelah dipuji Muhammad karena membunuh Asma bint Marwan, sang
pembunuh yaitu Umayr, pergi menemui anak-anak Asma bint Marwan dan
berkata: “Aku telah membunuh Asma bint Marwan wahai putra Khatma. Lawan
aku jika kau berani; jangan biarkan aku menunggu”.
Setelah pembunuhan-pembunuhan ini, para Muslim Medinah menjadi
semakin sombong, karena mereka telah membuat orang-orang non-Muslim
menjadi ketakutan. Muhammad ingin menyampaikan pesan bahwa bagi semua
orang yang berani mengeritiknya, hal ini berarti kematian.
Ini adalah pondasi terorisme dan sekaligus modus operandi yang persis
sama yang dipakai para Muslim sampai saat ini dimana ancaman, teror dan
pembunuhan-pembunuhan perlu dilaksanakan. Mereka mengikuti model dan
contoh yang dilakukan nabi mereka, yang mereka anggap sebagai ahli
“strategi terbesar”.
Mereka menciptakan ketakutan agar mereka bisa mendirikan supremasi
mereka melalui teror. Muhammad sendiri mengakui: “Aku telah dimenangkan karena teror” (Bukhari,
4.52.220).
Bagi teroris-teroris Muslim strategi pembunuhan, memang sangat
mujarab karena dampaknya “menimbulkan rasa takut di hati kafir” ini
adalah cara pasti untuk menang.
Akan kami masukkan ke dalam
hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan
Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan
tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah
seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang lalim” (Qs 3:151).
Cara ini berhasil besar di Spanyol ketika para teroris Muslim
membunuh dua ratus orang, dengan meledakkan kereta-kereta api bawah
tanah pada tanggal 11 Maret 2004, sebagai akibatnya; dalam pemilu
masyarakat Spanyol memberikan suara untuk memilih seorang pemimpin
sosialis yang dengan segera menerapkan banyak kebijaksanaan yang sangat
menguntungkan para Muslim.
Karena keberhasilan yang ditunjukkan Muhammad dan ajaran ideologinya,
para teroris Muslim yakin bahwa strategi teror yang tepat akan berhasil
dimanapun dan kapanpun. Mereka tidak akan berhenti sampai seluruh dunia
ditaklukkan atau mereka terbukti salah karena dunia insaf dan
menyatukan kekuatan bersama yang lebih besar untuk melawan mereka. Dunia
Islam adalah dunia yang sakit dan penyebab sakitnya adalah Islam itu
sendiri. Hampir setiap kejahatan yang dilakukan Muslim, dihalalkan
berdasarkan perkataan dan perbuatan Muhammad. Orang-orang Cina Tangerang
banyak yang pindah agama, memeluk Islam karena ketakutan setelah
peristiwa pembakaran, perkosaan pada bulan Mei 1998.
Kisah Fatima bint
Rabi’a.
Fatima bint Rabi’a menolak untuk mengakui Muhammad sebagai nabi.
Suatu kali dia mengutuknya dan Muhammad, nabi pengampun tidak pernah
melupakannya. Ketika Muhammad menginvasi bani Fazara dia membunuh
sebagian besar rakyatnya dan mengambil Fatima bint Rabi’a sebagai
tawanan bersama anak perempuannya.
Al-Athir dalam bukunya The
Perfect History of Al-Athir, vol.II, hal.142 menulis:

“Muhammad memerintahkan Fatima
disiksa dengan memerintahkan satu budak yang cacat fisik untuk
memperkosa anak perempuannya di depan dirinya. Setelah budak tersebut
selesai melakukan perbuatannya, Muhammad memanggil Zayd bin Haritha dan
memerintahkannya membunuh Fatima. Banyak orang memintakan pengampunan
bagi Fatima seorang wanita tua berusia tujuhpuluhan tahun tetapi
Muhammad tidak menghiraukannya.”
Al Tabari menulis:
“Muhammad memerintahkan Zayd
bin Haritha untuk membunuh Fatima, yang dikenal sebagai Umm Qirfa. Dia
membunuhnya dengan sadis yaitu dengan cara mengikat kedua kakinya dengan
dua tali yang diikat pada dua unta. Dia memaksa unta tersebut berlari
kearah yang berlawanan sehingga ia robek menjadi dua bagian.” (The
History of Nations and Kings oleh Al-Tabari, vol.II, hal.127).
Pembunuhan dan
penyiksaan 8 orang.
Ada pula hadits shahih yang dikisahkan oleh Anas (sahabat Muhammad)
tentang sekelompok Arab terdiri dari delapan orang yang datang menghadap
Muhammad dan mengeluh akan cuaca Medinah. Muhammad menganjurkan mereka
minum kencing unta sebagai obat dan mengirim mereka menemui penggembala
unta di luar kota. Tetapi orang-orang ini malahan membunuh penggembala
dan mencuri unta-untanya. Ketika Muhammad mengetahui akan hal ini, dia
menyuruh orang-orangnya mengejar mereka. Lalu memerintahkan agar
tangan-tangan dan kaki-kaki mereka dipotong, meminta paku-paku yang
dipanaskan dan lalu ditusukkan kedalam mata-mata mereka dan mereka
ditelantarkan di daerah berbatu agar mati perlahan-lahan.
Anas berkata bahwa mereka minta air, tetapi tidak ada yang memberi
sampai akhirnya mereka mati.
(Bukhari Vol. 4, Book 52, No. 261).
Tampak bahwa untuk orang-orang Arab yang membunuh dan mencuri, oleh
Muhammad dihukum berat dengan penyiksaan hebat sampai mati. Sayangnya
Muhammad membiarkan dirinya sendiri untuk juga mendapatkan unta-unta,
harta dan budak-budak, juga dengan jalan menyerang, membunuh dan
menjarah orang lain.
Standar moral ganda (double standard) yang berbeda ini sudah
merupakan sifat Muhammad, dan seterusnya diturunkan kepada dunia Islam
sejak awal.
Konsep hukum emas (golden rule) yaitu memperlakukan orang lain
seperti diri sendiri diperlakukan, tidak sungguh-sungguh ada dalam
pikiran Muslim.
Mereka ingin menikmati semua perlakuan khusus/istimewa di
negara-negara non-Muslim, tetapi menolak/ menyangkal hak-hak azasi
non-Muslim di negara-negara yang mayoritas Muslim. Mereka beranggapan
bahwa standar ganda itu memang wajar karena Allah yang memberikannya.
Pembantaian massal
terhadap orang-orang Yahudi.
Terdapat tiga suku Yahudi yang hidup di Yathrib dan sekitarnya.
Yathrib adalah nama lama, setelah Muhammad menguasai Yathrib, namanya
diganti Medinah, yang artinya kotanya nabi Muhammad. Ketiga suku Yahudi
itu adalah: Banu Qainuqa, Banu Nadir dan Banu Quraiza. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, mereka merupakan penduduk asli Yathrib.
Awalnya Muhammad berusaha menarik simpati mereka dengan banyak cara,
seperti arah kiblat waktu sembahyang menghadap ke Yerusalem,
bagian-bagian awal Al Qur’an penuh dengan kisah-kisah Musa dan Alkitab,
mengadopsi hari Sabath Yahudi, makanan-makanan haram, mengutuk agama
pagan dan lain-lain dengan tujuan agar orang-orang Yahudi itu mau
menunjukkan pengertian terhadap agama baru serta memeluk Islam.
(Journal of the Royal Asiatic Society of Great Britain and
Ireland 1976, pp 100-107 By W.N.Arafat).
Akan tetapi betapa kecewanya Muhammad ketika masyarakat Yahudi di
Yathrib sama seperti masyarakat Quraish di Mekah tidak peduli atas
panggilannya untuk memeluk agama baru Muhammad. Bukan hanya menolak
agama baru, tetapi kenabian Muhammad juga menjadi olok-olokan kaum
Yahudi yang lebih tahu akan Alkitab, ketika Muhammad mencoba
mendongengkan kisah-kisahnya secara keliru. Bukankah Muhammad sendiri
menyebut mereka dengan istilah “Ahli Kitab”? Ini membuat Muhammad hilang
muka dan marah. Dia tidak mampu berdebat secara layak dengan mereka
(surat 29:46), sehingga harus menghindar atau sesekali tampak
menggertak. Namun diam-diam dia menaruh dendam yang makin besar, dan
mencari cara untuk menghancurkan mereka.
Pembunuhan-pembunuhan terhadap Abu Afak dan Asma hanyalah awal dari
kebenciannya terhadap kaum Yahudi.
Karena berhasil merampoki kafilah-kafilah yang lewat, Muhammad merasa
lebih percaya diri dan mulai mengalihkan sasaran rampok kepada kekayaan
kaum Yahudi di Yathrib dan mencari-cari alasan untuk menyerang,
merampas kekayaannya dan mengenyahkan mereka.
Kemarahannya terhadap kaum Yahudi mulai tampak dalam ayat-ayat Qur’an
yang disusunnya dimana dia mengusik dengan menuduh kaum Yahudi tidak
berterima kasih kepada Tuhannya, membunuh nabi-nabi mereka, melanggar
hukum-hukum agama mereka dan mengatakan kaum Yahudi melanggar hukum
Sabbath, maka Tuhan mengubah mereka jadi kera dan babi. (Surat 2:65,
5:60, 7:166).
Sampai hari ini para Muslim tetap beranggapan bahwa kera dan babi
adalah keturunan kaum Yahudi.

Penyerangan terhadap banu Qainuqa (Terjadi antara perang
Badr dan Uhud).
Masyarakat Yahudi pertama yang menjadi korban kebuasan Muhammad
adalah banu Qainuqa yang hidup disekitar Yathrib.
Mata pencaharian mereka adalah berkarya seni, membuat per-hiasan
emas, peralatan besi, rumah tangga dan senjata-senjata. Mereka tidak
mahir berperang dan mempercayakan masalah keamanan kepada bangsa Arab,
ini merupakan kesalahan fatal bagi mereka. Kesempatan menyerang suku
Yahudi ini datang ketika terjadi pertikaian antara beberapa Yahudi dan
Muslim.
Seorang warga Qainuqa bergurau dengan menancapkan ke tanah gaun
seorang Muslimah yang sedang jongkok di toko perhiasan di pasar banu
Qainuqa. Ketika Muslimah itu berdiri, gaunnya sobek. Seorang Muslim
lewat dan orang ini membenci orang Yahudi karena ucapan-ucapan nabinya.
Muslim ini menyerang orang Yahudi itu dan membunuhnya. Tetapi anggota
keluarga korban lalu membunuh Muslim ini sebagai balasnya.
Ini adalah kesempatan yang ditunggu-tunggu Muhammad, yang bukannya
menenangkan keadaan, padahal Muhammad telah menanda tangani perjanjian
perdamaian dengan kaum Yahudi dan diangkat menjadi arbiter (penengah)
kalau ada perselisihan antara orang Yahudi dan Muslim maka Muhammad akan
menjadi penengah. Tetapi penengahan tidak pernah ada, sebab Muhammad
secara tidak adil dan sepihak menuntut mereka menerima Islam, kalau
tidak maka mereka akan diperangi. Kaum Yahudi menolak dan berlindung di
dalam benteng mereka. Muhammad mengepung mereka, menutup saluran air dan
berjanji akan membunuh mereka semua. Dalam Qur’an 3:12 dapat dibaca
Muhammad mengeluarkan ancamannya:
Katakanlah kepada orang-orang kafir: “Kamu pasti akan dikalahkan (di
dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka jahanam. Dan itulah tempat
yang seburuk-buruknya”
Ini dilakukan sambil mengingatkan bagaimana dia mengalahkan kaum
pagan Quraish di Badr.
Setelah dua minggu dikepung suku Qainuqa minta berunding untuk
menyerah, tetapi Muhammad tidak mau, dia bukan arbiter tetapi pendendam
yang ingin membunuh mereka semua.
Inilah kisah yang ditulis Ibn Ishaq:
‘Banu Qainuqa adalah kaum Yahudi pertama yang diperangi Muhammad
karena terjadinya perselisihan antara orang Yahudi dengan Muslim’.
Kisah ini terjadi diantara perang Badr dan perang Uhud, dan sang
Rasul mengepung mereka sampai mereka menyerah tanpa syarat.
Abdullah ibn Ubayy bin Salul adalah ketua suku Arab Khazraj merupakan
sekutu dan rekan-rekan banu Qainuqa, suku Khazraj sangat menghormati
ketuanya. Abdullah ibn Ubayy bin Salul pergi menemui sang Rasul ketika
mereka semua sudah dibawah kekuasaan Muhammad dan berkata: “Wahai
Muhammad, bersikaplah baik terhadap kawan-kawanku”, tetapi sang Rasul
menolaknya. Abdullah mengulangi perkataannya sekali lagi, dan sang Rasul
menolaknya, maka dia merenggut kerah jubah sang Rasul; sang Rasul
sangat marah sehingga mukanya tampak hitam. Muhammad berkata:
“Terkutuklah kau, lepaskan aku”. Abdullah menjawab: “Tidak demi Tuhan,
aku tidak akan melepaskanmu sampai kau berlaku baik terhadap
kawan-kawanku. Tigaratusan orang yang menerima serta melindungiku dari
seluruh musuh-musuhku; apakah kau akan membunuh mereka semua dalam waktu
satu pagi? Demi Tuhan aku takut keadaan akan berubah”. Sang Rasul
berkata: “Kau boleh memilikinya.” (Ibn Ishag Sirat, p. 363).
Penulis-penulis biografi juga menambahkan bahwa Muhammad dengan kesal
berkata: “Biarkan mereka pergi. Tuhan mengutuk mereka dan dia juga!”
Maka Muhammad mengampuni nyawa mereka dengan syarat mereka harus
keluar dari tanah mereka dan menyerahkan semua kekayaan dan peralatan
perang mereka. Muhammad mengambil seperlima jarahan bagi dirinya sendiri
dan membagi-bagikan sisanya diantara pengikutnya. Suku Yahudi banu
Qunaiqa diusir, sejarawan Muslim menulis bahwa mereka melarikan diri ke
Azru’a di Syria dimana mereka tinggal sebentar dan setelah itu musnah. (Ar-Raheed
Al-Makhtum by Saifur Rachman al-Mubarakpuri – http/islamweb.islam.gov.qa/english/sira/raheek/PAGE-26.HTM).
Penyerangan atas
banu Nadir.
Berikutnya adalah giliran banu Nadir, satu suku Yahudi lainnya di
Yathrib.
Ketua banu Nadir adalah Ka’b bin Ashraf adalah pria muda yang rupawan
dan penulis sajak berbakat. Setelah Muhammad mengusir banu Qainuqa dari
Yathrib, Ka’b menjadi khawatir akan nasib masyarakatnya terhadap
ancaman Muslim, dia mengunjungi Mekah untuk mencari perlindungan. Dia
menyusun puisi dan memuji-muji orang-orang Mekah atas keberanian dan
martabatnya.
Ketika Muhammad mendengar hal ini, dia pergi ke mesjid dan setelah
sembahyang, dia berkata: “Siapakah yang mau membunuh Ka’b bin al-Ashraf
yang telah menyakiti Allah dan RasulNya?” Maka berdirilah Maslama dan
berkata: “O Rasul Allah! Maukah kamu agar aku membunuhnya?” Sang nabi
berkata: “Iya” Maslama berkata: “Maka izinkan saya berkata sesuatu untuk
menipu Ka’b” Sang nabi berkata: “Silahkan katakan”. Ini berarti bahwa
Nabi mengizinkan Muslim untuk melakukan tipu-daya demi Islam.
Maka Maslama mengunjungi Ka’b dan berkata: “Muhammad menuntut sadaqa/
zakat dari kami dan dia telah menyusahkan kami dan aku datang kepadamu
untuk meminjam sesuatu dari kamu”. Ka’b menjawab: “Demi Allah engkau
akan merasa lelah berhubungan dengan dia!”.
Maslama menjawab: “Sekarang kami telah mengikuti dia, kami tidak mau
meninggalkan dia sampai kami melihat bagaimana nasibnya akhirnya.
Sekarang kami mau engkau meminjamkan dua ekor unta dengan satu atau dua
bekal makanan”. Maslama dan kawannya berjanji kepada Ka’b bahwa mereka
akan kembali padanya.
Pada malam harinya dia bersama saudara angkat Ka’b yakni Abu Na’ila
kembali menemui Ka’b. Ka’b mengajak mereka ke bentengnya, isterinya
bertanya: “Hendak kemanakah kau selarut ini?”
Ka’b menjawab: “Maslama dan saudara angkatku Abu Na’ila telah
datang.” Isterinya menjawab: “Aku mendengar suara seperti darah mengucur
dari dirinya.” Ka’b menjawab: “Mereka tidak lain adalah Maslama dan
saudara angkatku Abu Na’ila. Orang dermawan seharusnya menjawab
permintaan untuk datang di malam hari meskipun permintaan itu adalah
undangan untuk dibunuh.”
Maslama pergi dengan dua orang dan berkata pada mereka: “Jika Ka’b
datang aku akan menyentuh rambutnya dan menghirup bau rambutnya, dan
jika kalian melihat aku telah mencengkeram kepalanya tusuklah dia.”
Ka’b bin Al-Ashraf datang pada mereka, pakaiannya membungkus badannya
dan menebarkan bau parfum. Maslama berkata: “Aku belum pernah mencium
bau parfum yang lebih enak dari ini.”
Ka’b menjawab: “Aku kenal wanita-wanita Arab yang tahu bagaimana
menggunakan parfum kelas atas.”
Maslama minta kepada Ka’b: “Maukah engkau mengizinkanku mengendus
kepalamu?”
Ka’b menjawab: “Boleh.” Maslama dan kawannya mengendus kepala Ka’b.
Dan sekali lagi ia minta kepada Ka’b: “Maukah engkau mengizinkanku
mengendus kepalamu?” Ka’b berkata: “Ya”. Kemudian Maslama mencengkeram
kepala Ka’b erat-erat, dia berkata kepada kawan-kawannya: “Bunuh dia!”
Lalu merekapun membunuhnya dan pergi melaporkan hal itu kepada nabi.
(Bukhari 5.59.369)
Mulai dari zaman Muhammad sampai sekarang, Islam boleh mengritik dan
mengutuki, tetapi tidak boleh dikritiki balik. Ajarannya tidak dapat
membela dirinya sendiri. Maka satu-satunya cara untuk menghadapi kritik
terhadap Islam adalah menyerukan pembunuhan atas diri pengeritiknya.
Nabi telah menciptakan teror agar memperoleh supremasi Islam (Bukhari
4.52.220) Contoh-contoh untuk hal ini bertebaran dimana-mana, antara
lain:


Pada tahun 1989, Khomeini mengeluarkan fatwa mati terhadap Salman
Rushdie karena menulis buku Ayat-ayat Setan (The Satanic Verses) karena
dianggap menghina Islam.
Pada tanggal 14-2-2006, IRNA kantor berita pemerintah Iran
melaporkan bahwa fatwa mati itu berlaku selamanya.
Juga van Gogh dari Belanda, dan lainnya.
Bahkan Muslim-liberal yang kritis dan vokal saja (seperti Irshad
Manji) telah diancam nyawanya setiap harinya!

.

Sebelumnya pada bulan Shawaal, tahun ketiga Hijrah, kaum Quraish
Mekah dengan persiapan yang matang membalas dendam dalam perang Uhud
atas kekalahan mereka di Badr, dan Muslim dikalahkan. Kini Muhammad
perlu mengkompensasi kekalahannya dan menguatkan iman para pengikutnya
bahwa Allah tidak akan membiarkan mereka kalah. Banu Nadir adalah target
yang empuk dan gampang.
Perang Muslim melawan suku Quraish sebenarnya tidak ada hubungannya
dengan orang Yahudi. Tetapi Muslim berdalih bahwa orang Yahudi terikat
perjanjian dengan Muhammad untuk turut bantu memerangi orang-orang
Mekah, padahal Muhammad secara brutal telah membunuh kepala suku mereka,
dua penyair dan mengusir salah satu suku mereka (Qainuqa).
Muhammad sekarang sedang mencari alasan untuk mengusir banu Nadir.
Mereka ini memiliki tanah pertanian yang terbaik di Yathrib dan
taman-taman penuh dengan pohon-pohon kurma.
Beberapa orang Muslim telah menjadi pengacau ulung karena jasa
Muhammad, mereka telah membunuh dua orang dari banu Kalb. Dalam keadaan
terdesak banu Kalb ini menanda tangani perjanjian perdamaian dengan
Muhammad dimana pengikut-pengikut Muhammad tidak boleh merampok atau
membunuh orang-orang dari banu Kalb, dan sebagai gantinya Muhammad akan
mendapat dukungan dari banu Kalb.
Seperti telah digariskan dalam tradisi masa itu, Muhammad seharusnya
membayar ganti rugi uang darah atas pembunuhan 2 orang banu Kalb oleh
orangnya Muhammad.
Tetapi disini sang nabi malahan mendatangi banu Nadir dan meminta
mereka untuk membantu membayar uang darah itu (!) sebagai bagian dari
perjanjian damai yang Muhammad tawarkan. Ini adalah permintaan yang
keterlaluan, tetapi Muhammad memang berharap banu Nadir akan menolak,
dan itu akan memberi dia alasan untuk memerangi dan mengusir banu Nadir.
Namun banu Nadir terlalu takut dan tidak berani menolak permintaan
Muhammad yang tidak adil itu. Mereka setuju untuk membantu dengan
mengumpulkan uang. Akan tetapi keputusan banu Nadir untuk membantu
Muhammad bukanlah apa yang inti direncanakan Muhammad. Maka Muhammad
mencari strategi baru, saat masih duduk-duduk di sebelah dinding bersama
dengan orang-orang banu Nadir.
Tiba-tiba dia mendapat “inspirasi” baru, diapun berdiri tanpa berkata
sepatah katapun lalu pulang ke rumah. Ketika para pengikutnya kemudian
menanyainya, dia berkata bahwa malaikat Jibril memberi tahu dia bahwa
orang-orang Yahudi bersekongkol untuk menjatuhkan batu ke kepalanya dari
atas dinding dimana pada waktu itu mereka sedang duduk bersama
orang-orang banu Nadir. Padahal tidak ada satupun pengikut Muhammad yang
melihat orang memanjat dinding itu atau ada mendengar rencana yang
mengancam jiwa mereka.
Pada waktu itu Muhammad hanya didampingi Abu Bakar, Umar dan Ali
serta satu dua pengikutnya. Jadi jika banu Nadir mau dan berani,
sangatlah mudah untuk membunuh mereka semua, tidak perlu orang banu
Nadir memanjat dinding untuk menjatuhkan batu kepada Muhammad.
Tuduhan ini jelas palsu dan sengaja dibuat-buat oleh Muhammad. Ya,
nabi percaya bahwa Allah itu khairul maakereen (penipu paling ulung) (Qs
3:54), dan itulah yang ditirunya.
Cerita tentang Jibril yang memberi tahu dia rencana orang Yahudi yang
mau mencabut nyawanya adalah identik dengan cerita imaginatif Isra
Miraj. Namun kini para pengikutnya yang gampang tersihir itu percaya
padanya dan sangat marah mendengar dongeng karangan persekongkolan banu
Nadir itu. Maududi menutup ceritanya dengan berkata: “Sekarang tidak ada
alasan untuk memberi mereka kemurahan hati lagi.”
Maka Muhammad bersama orang-orangnya maju dan mengepung banu Nadir.
Nabi suci memberi ultimatum bahwa rencana pengkhianatan mereka telah
diketahui oleh karena itu mereka harus meninggalkan Medinah dalam
sepuluh hari, atau jika mere-ka didapati masih tinggal di rumah mereka,
mereka akan dibunuh dengan pedang.
Abdullah bin Ubayy berusaha keras menolong banu Nadir, tetapi saat
itu pengaruhnya terlalu lemah dan pengikut-pengikut Muhammad telah
terbutakan mata batinnya. Mereka tidak mengizinkan bin Ubayy memasuki
tenda Muhammad, bahkan mereka menyerang bin Ubayy dan melukai wajahnya
dengan pedang.
Setelah beberapa hari, banu Nadir dipaksa berunding untuk
meninggalkan semua harta benda mereka bagi Muhammad dan meninggalkan
Medinah.
Beberapa diantara mereka pergi ke Suriah dan yang lainnya pergi ke
Khaibar, dan beberapa tahun kemudian mereka dibunuh juga ketika Muhammad
mengincar kekayaan kaum Yahudi disana.
Berikut ini adalah kutipan dari sumber Muslim sendiri Sirat (Sejarah
hidup Muhammad), yang membuat hal ini sangat jelas:
Mengenai banu al-Nadir, Surat al-Mujadila diturunkan dimana
dikisahkan bagaimana Allah membalas dendam pada mereka dan memberi
RasulNya kekuasaan atas mereka dan bagaimana Dia memperlakukan mereka.
Allah berkata: “Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir diantara
ahli Kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran kali yang
pertama … Maka ambillah kejadian itu untuk menjadi pelajaran, hai
orang-orang yang mempunyai pandangan … karena Allah telah menetapkan
pengusiran terhadap mereka” yang merupakan balas dendam dari Allah.
“Benar-benar Allah mengazab mereka di dunia ini, yaitu dengan pedang dan
di akhirat neraka jahanam” (Ibn Ishaq, Sirat p.438).
Dalam pengepungan banu Nadir, Muhammad memerintahkan penebangan dan
pembakaran pohon-pohon milik banu Nadir.
Di daerah Arabia lingkungan kering kerontang padang pasir, para
penghuni padang pasir menganggap penebangan pohon dan peracunan sumur
sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan, juga melanggar perjanjian
perdamaian dan adat lokal. Namun Muhammad dengan mudah membenarkan
perbuatannya karena Allah sendiri tunduk pada kehendaknya.
Apa saja yang kamu tebang dari
pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh)
berdiri diatas pokoknya, maka (semua itu) adalah izin Allah; dan karena
Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik. (Qs 59:5).
Tindakan Muhammad ini tidak dianggap sebagai perusakan alam
lingkungan asal dilakukan dalam jalan Allah.
Seorang cendekiawan Muslim, Al-Mubarkpouri berkata:
“Rasul Allah (SAW) menyita tanah, rumah, harta kekayaan dan
senjata-senjata mereka antara lain 50 baju pelindung, 50 helmet dan 340
pedang. Karena tidak ada perang dalam penyitaan ini maka rampasan ini
menjadi milik nabi seluruhnya, Muhammad membagikan rampasan itu sesuai
kehendaknya kepada para Muhajirin dan dua orang miskin Ansar yaitu Abu
Dujana dan Suhail bin Haneef.
Harta rampasan dipakai keluarga sang Rasul untuk kehidupan sepanjang
tahun dan sisanya untuk melengkapi tentara Muslim dengan senjata bagi
perang-perang berikutnya di jalan Allah.
Berdasarkan tindakan Muhammad dapatlah disimpulkan:


Kekerasan dan kekejaman adalah
ciri dari Islam yang sejati bukan merupakan penyimpangan dari Islam.
Kebencian Muhammad pribadi
terhadap kaum Yahudi telah mencetuskan pembasmian dan pemusnahan
terhadap mereka, dan atas nama Allah permusuhan ini dijadikan tradisi
baru yang akan dikekalkan oleh generasi Muslim selanjutnya.
Pembunuhan, perampokan,
pemerkosaan adalah praktek dari Islam yang semuanya dianggap sah dan
halal untuk memajukan agama Allah sesuai dengan keteladanan nabinya.
Di setiap kejahatan dan
perusakan kehidupan, terdapat ayat-ayat suci susulan yang sengaja
diturunkan Allah untuk membenarkan tindakan nabi suciNya.


Taqiyyah: Dusta
Suci
Muhammad menyebut Musa dan Taurat berpuluh-puluh kali. Dan menyuruh
Muslim mengimani Taurat puluhan kali. Namun ia tak tahu siapa Musa dan
apa Taurat yang sesungguhnya. Muhammad tak pernah tahu Sepuluh Perintah
Tuhan (Ten Commandments). Apa yang diketahui dari 10 Perintah hanyalah
beberapa perintah awal yang menyangkut ketauhidan Allah. Namun
perintah-perintah sisanya, khususnya 4 perintah terakhir ia tak paham,
malahan melanggarnya terang-terangan dalam contoh kehidupannya, yaitu:


Jangan membunuh.
Jangan berzinah.
Jangan mencuri.
Jangan mengucapkan saksi dusta.
Jangan mengingini rumah,
istri-istri, hamba-hamba, lembu, keledai yang dipunyai sesamamu.


Bahasan disini difokuskan pada soal dusta. Dusta diizinkan bagi
Muslim untuk memajukan Islam.
Menyembunyikan dan memlintirkan fakta, maksud dan perasaan untuk
suatu penyesatan adalah kemuliaan bila hal itu dilakukan dalam kaitan
dengan Islam. Itu adalah taqiyyah, penggelapan kebenaran yang dijadikan
kemunafikan suci yang didalilkan karena “keadaan yang memaksa”. Ini
dijadikan bagian dalam strategi Islam untuk berdusta dan menipu daya
para non-Muslim dengan cara apapun. Imam Khomeini berkata: “Taqiyyah
diberlakukan jikalau itu menolong keislaman.” Kaum Sunni bertaqiyyah
lagi: “Taqiyyah hanya dianut oleh Shiah, Sunni tidak.” Padahal keduanya
sama saja, menuduh dalam lingkaran setan, karena Sunni justru dianggap
bertaqiyyah disini. Karena Muhammad telah berkata: “Taqiyyah akan berlaku hingga Hari Kebangkitan” (HSB
vol.9, book 89).
Dalam Islam, setiap peristiwa yang dianggap sebagai darurat yang
membuat orang tertekan selalu dapat dipakai untuk membenarkan dusta.
Hamid Enayat, seorang ahli sejarah dan pemimpin Muslim mengakui fakta
berikut ini:
“Taqiyyah dalam prakteknya telah menjadi norma prilaku untuk Muslim
baik Sunni maupun Syiah ketika konflik terjadi dalam masalah keimanan.”
(Barnabas Fund 2007).
Seorang Muslim diijinkan Qur’an untuk membatalkan sumpahnya walau
sudah diikatkan atas nama Allah. Dan pembatalan itu cukup dengan materi,
bukan minta pengampunan dan pertobatan, yaitu cukup memberi makanan
atau pakaian untuk 10 orang miskin. Dan bagi orang miskin yang tak mampu
memberi, bisa memilih untuk tiga hari berpuasa. (Qs 5:89).
Allah yang satu ini sungguh keterlaluan meremehkan diriNya sendiri
dimana sumpah diatas meterai namaNya, bisa dibatalkan Muslim tanpa
tanggung jawab yang sakral.
Muhammad juga berkata: Berdusta adalah salah kecuali dalam 3 perkara:


Dusta seorang suami terhadap isterinya demi menyenangkannya.
Dusta untuk menipu musuh, sebab perang adalah penipuan.
Dusta untuk menyelesaikan masalah diantara orang satu terhadap yang
lainnya.


(Ahmad, 6.459.H; Hadis Tirmidzi 5033).
Kenapa Muhammad diberi ijin oleh Allah untuk membuat sumpah palsu dan
berdusta?
Ya karena Allah sendiri adalah Pendusta yang sebesar-besarnya,
seperti yang diakuiNya sendiri. (Qs 3:54).
Dan ini dibuktikannya pada waktu perang Badr dimana Allah sendiri
telah menipu NabiNya lewat mimpi. Disitu Allah menunjuk-kan bahwa musuh
hanya sedikit jumlahnya (padahal berjumlah banyak) agar memberikan
keberanian kepada tentara Muslim untuk bertempur dengan pihak kafir:
(yaitu) ketika Allah menampakkan mereka kepadamu di dalam mimpimu
(berjumlah) sedikit. Dan sekiranya Allah memperlihatkan mereka kepada
kamu (berjumlah) banyak tentu saja kamu menjadi gentar dan kamu akan
berbantah-bantahan dalam urusan itu, akan tetapi Allah telah
menyelamatkan kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati.
(Qs 8:43).
Dengan contoh dari Allah sendiri maka baik Muhammad maupun sahabatnya
sampai dengan para pengikutnya sekarang, semuanya asyik berdusta ria
untuk memetik keuntungan yang dihalalkan dari dusta.
a. Muhammad.
“Demi Allah, jikalau saya
mengucapkan sebuah sumpah dan kelak ternyata saya menemukan sesuatu yang
lebih baik dari pada itu, maka saya akan melakukan apa yang lebih baik
sambil membatalkan sumpah saya.” (Bukhari 7.67.427).
Muhammad dimana-mana memperlihatkan cara-cara penipuan untuk mencapai
tujuannya, termasuk “menurunkan” ayat-ayat sesuai kehendaknya tatkala
dia terjepit, entah oleh lawannya, kawannya, bahkan oleh
isteri-isterinya.
b. Ali bin Abi Thalib.
Orang-orang Arab mempunyai sebuah cerita nyata yang menggambarkan
sebuah taqqiyah yang sempurna. Ini menceritakan bahwa sepupu Muhammad
sekaligus menantunya yaitu Ali, suatu ketika sedang duduk-duduk diatas
sebuah kursi di luar rumahnya. Tiba-tiba seorang dari temannya berlari
dengan terengah-engah masuk ke kampung dan bersembunyi ke dalam rumah
Ali. Merasa temannya ini sedang dikejar oleh musuhnya, maka Ali segera
berdiri dan berpindah tempat duduk ke kursi yang lain di dekatnya.
Beberapa menit kemudian datanglah pengejar-pengejar yang marah ke
lingkungan di sekitar Ali dan menanyakan kepada Ali kalau-kalau ia
melihat orang yang mereka kejar. Ali menjawab
Dengan sebuah kalimat: “Selama saya duduk di kursi ini saya tidak
melihat siapapun.”
c. Hamid Ali.
Contoh menipu untuk membela Islam, bisa dilihat lewat kasus nyata
berikut ini.
Hamid Ali, seorang pemimpin spiritual pada mesjid Al-Madina Beeston,
West Yorkshire, UK, secara publik mengutuk pemboman London 7 Juli 2005.
Namun dalam percakapan rahasia diantara dia dengan seorang Bangladesh
(seperti yang dilaporkan oleh seorang reporter dari Sunday Times) ia
berkata bahwa pemboman 7 Juli adalah tindakan yang mulia dan memuji para
pengebom tersebut. (Islam and Truth, Barnabas Fund).
d. Umat Muslim.
Tanpa disadari, taqqiyah masuk kedalam alam pikiran dan kehidupan
Muslim sehingga turut “bertaqqiyah” kepada dirinya dan dunia bahwa
“Islam” berarti “damai”, padahal arti sebenarnya adalah “berserah”
(submission).
Begitu pula dengan Islam adalah “Rahmatan lil alamin” (rahmat bagi
segenap alam) yang dikumandangkan kemana-mana selama berabad-abad tetapi
kosong tanpa bukti dan fakta. Faktanya justru terbalik, karena umumnya
negara-negara syariah termasuk negara-negara yang termiskin, terkacau
dan hak-hak sipil dirampas/ ditekan, semuanya jauh dari rahmat surgawi
yang dijadikan retorika!
Dibawah ini dipetikkan beberapa contoh penting dimana taqiyyah telah
dimainkan dengan liciknya.
Perang Parit
(Khandaq).
Akibat serangan-serangan Muhammad, Abu Sufyan dari Mekah kemudian
memimpin 4.000 orang dari kaumnya untuk melawan dia.
Ketika Muhammad mendengar kabar tersebut, sahabat-sahabatnya bertanya
kepadanya: “Apakah para malaikat akan berperang untuk kita wahai Rasul
Allah?”
Tetapi Sahnan orang Persia berkata: “Marilah kita menggali parit yang
akan memisahkan kita, kota dan musuh.” Muhammad langsung menerima
gagasan tersebut dan diapun mulai menggali parit.
Tentara persatuan Arab Mekah ini belum pernah melihat hal seperti itu
sebelumnya. Mereka berkemah di luar kota sambil berpikir bagaimana
caranya menyeberangi parit-parit itu. Mereka meminta bantuan kepada bani
Quraiza.
Muhammad sangat waspada pada persekutuan seperti itu, maka diapun
bersiasat memecah belah mereka dan menciptakan rasa saling tidak percaya
antara bani Quraiza dan tentara persekutuan Arab. Taqiyyah pun
dimainkannya.
Nu’aym yang baru saja mualaf (masuk Islam) dan tidak meng-umumkan
kepindahan agamanya mendapat tugas dari Muhammad untuk membangkitkan
rasa saling tidak percaya.
Seterusnya Nu’aym pergi kepada temannya bani Quraiza dan berkata:
“Quraishi dan Ghatafan telah datang untuk bertempur melawan Muhammad dan
kalian Quraiza akan membantu mereka melawan Muhammad. Tetapi tanah,
harta dan isteri mereka tidak ada disini, jika mereka dikalahkan oleh
Muhammad mereka akan meninggalkan kalian untuk sendirian menghadapi
Muhammad, sedangkan tanah, rumah, harta dan anak isteri kalian ada
disini dan kalian tidak akan mampu menghadapinya sendirian. Oleh
karenanya janganlah kamu berperang di pihak Quraishi dan Ghatafan
melainkan kamu harus menyandera kepala suku mereka sebagai jaminan
keselamatan kamu bersama Muhammad berperang melawan mereka, pasti kamu
akan mengalahkan mereka; kamu akan menjadi sekutu dan sahabat Muhammad.”
Mendengar itu orang-orang Quraiza berkata kepada Nu’aym bahwa itu
adalah nasehat yang baik.
Lalu Nu’aym pergi menemui orang-orang Quraishi dan berkata kepada Abu
Sufyan dan pengikutnya: “Kalian tahu rasa sayangku kepada kalian, aku
telah meninggalkan Muhammad, aku mendengar sesuatu yang sangat penting.
Aku harus memberi tahu kalian sebagai peringatan tetapi rahasiakan itu.”
Orang-orang Quraishi setuju untuk merahasiakan kemudian dia
melanjutkan: “Orang-orang Yahudi menyesal telah melawan Muhammad
kemudian mengirim utusan untuk menyampaikan pesan kepada Muhammad:
“Sukakah engkau jika kami menangkap kepala suku Quraishi dan kepala suku
Ghatafan dan menyerahkan kepadamu supaya bisa kau penggal kepala
mereka?” Muhammad setuju dan menerima tawaran itu, maka jika orang-orang
Yahudi Quraiza datang meminta sandera, jangan kirim seorangpun.”
Lalu Nu’aym pergi kepada suku Ghatafan dan menceriterakan hal yang
sama. (Ibn Ishaq, Sirat Rasul Allah, Battle of Trench).
Siasat ini berhasil! Ketika tentara persekutuan Arab meminta bani
Quraiza untuk bergabung dengan mereka untuk menyerang, mereka mencari
alasan, malah sebaliknya meminta suku Quraishi meninggalkan beberapa
orang sebagai sandera, yang mengkonfirmasikan apa yang telah Nu’aym
katakan.
Tentara persekutuan Arab menjadi kecil hati dan pergi mengundurkan
diri tanpa berkata sepatahpun.
Tipu daya ini menyelamatkan Muslim dari kekalahan yang sudah pasti,
dan ini menjadi pembelajaran terbaik bagi kaum Muslim yang sejak saat
itu memasukkan pengkhianatan dan penipuan sebagai strategi mereka dalam
berjihad.
Dalam satu hadist kita baca:
Hajaj Ibn Aalat berkata: “Wahai
Rasul Allah. Aku punya harta berlebihan di Mekah dan beberapa sanak
keluarga, dan aku ingin mengambil balik semua itu. Apakah aku diizinkan
untuk berburuk kata tentang engkau (untuk menipu orang-orang
non-Muslim)?” Nabi mengizinkan dan berkata: “Katakan apa saja sesukamu.”
(Sirah al Halabiyyah, v.3, p.61).
Muslim-muslim datang ke suatu negara Barat atau Asia dan berpura-pura
menjadi Muslim moderat tetapi secara rahasia bersiasat untuk mendirikan
komunitas mereka sendiri secara politik, dengan cara memisahkan atau
menguasai negara itu. Mereka tersenyum, menjabat tangan, mereka
bersahabat dan ramah bahkan memuji negaramu di depan umum. Tingkah laku
maupun ucapan-ucapan mereka gentleman dan patriotik, namun mereka
hanyalah menjalankan “taqqiyah” untuk membuat Islam berpengaruh dan
dominan. Mereka hanya membual tetapi tidak akan melakukan yang mereka
katakan.
Dengan hukum-hukum demokrasi, orang-orang Muslim menginvasi
negara-negara Barat atau Asia tetapi dengan hukum-hukum Islam
orang-orang Muslim akan mendominasi mereka. Slogan terkenal mereka:
“By their democratic law we will invade them, by Islamic law we
shall dominate them.”
Contoh taktik yang dipakai oleh Muslim yang ahli ber-taqiyyah antara
lain sebagai berikut:
Meremehkan ancaman Islam untuk menghilangkan Islamophobia, jihad
tidak ditujukan pada perusakan, tetapi untuk perjuangan spiritual.
Tuntutan untuk menjadi negara syariah hanyalah untuk golongan Islam
tidak untuk non-Muslim. Akan tetapi begitu kekuasaan ada di tangan
mereka, yang dulunya suaranya lemah lembut mengembik seperti domba,
segera akan berubah menggelegar seperti gerombolan serigala. Hal-hal
seperti ini telah terjadi di negara-negara Iran, Sudan, Maroko, Mesir
dll.
Reza Aslan menulis buku, “Tiada tuhan selain Allah”. Dalam bukunya ia
berkata: “Yang terjadi sekarang di negara-negara Islam adalah konflik
internal antara para Muslim sendiri, bukan perang eksternal antara Islam
dan negara-negara Barat.” Kalau ada korban-korban di pihak Barat itu
hanyalah ketidak sengajaan akibat konflik di antara orang-orang Islam
sendiri, dimana orang-orang Barat hanyalah pengamat saja. Akan tetapi
kenyataannya adalah medan perang para Muslim sekarang bukan hanya
terjadi di negara-negara Islam sendiri, melainkan telah merambah ke
seluruh dunia seperti New York, London, Madrid, Mumbay, Beslan, Bali
dll.
Satu taqiyyah lucu yang sering digunakan lelaki Muslim untuk merayu
wanita Barat adalah pernyataan bahwa “Dalam Islam wanita diperlakukan
seperti ratu.” Pernahkah anda melihat di negara manakah ratunya dikatai
sebagai kurang dalam kecerdasan, mayoritas penduduk neraka, dipukuli
seperti memukul unta, dirajam bahkan dibunuh demi kehormatan keluarga.
Dalam perkawinan antara pria Muslim dan wanita non-Muslim untuk
mencapai tujuannya sang pria bersedia pindah ke agama calon mempelai
wanita, setelah menikah dan mulai punya anak, sang pria kembali kepada
agamanya yaitu Islam bahkan memaksa isterinya memeluk Islam atau dengan
risiko disudutkan, disiksa atau dicerai.
Jika seorang Muslim tersenyum kepadamu dan memberi tahu kamu betapa
dia sangat mencintai negaramu dan betapa inginnya dia menjadi temanmu,
ingatlah hadist berikut ini:
“(Sesungguhnya) kami tersenyum pada beberapa orang, sementara hati
kami mengutuk orang-orang (yang sama) itu.”

(December
11, 2007. Canadian father murders teenage daughter over refusal to
wear Muslim headscarf hijab. The Star.com: Dad charged in teen’s
death) Aqsa Parvez, remaja putri usia 16 tahun dari keluarga Muslim
imigran, warga negara Kanada. Ia dibunuh oleh ayahnya hanya karena
menolak menggunakan hijab pada waktu di sekolah. Ia pergi dari rumah
menggunakan hijab, di sekolah ia ganti baju dan melepas hijab, saudara
laki-lakinya juga dituntut karena membantu pembunuhan itu.


Yagmur
Dursun, gadis Turki yang tengah hamil di luar nikah, sedang disiapkan
untuk dihukum rajam sampai mati, diiringi teriakan-teriakan Allahu
Akbar. Apakah Allah sungguh menari-nari menyaksikan DUA nyawa dirajam
Ahli-Quran yang menjatuhkan hukumannya?


Penyerangan terhadap bani Quraiza.
Suku Yahudi terakhir yang menjadi korban keganasan Muhammad adalah
bani Quraiza, tidak lama setelah perang parit (Khandaq) selesai.
Muhammad menjadikan bani Quraiza targetnya walaupun dalam perang
parit bani Quraiza telah meminjamkan senjata-senjata dan cangkul-cangkul
untuk menggali parit dan tidak mau memihak orang-orang Mekah bahkan
membela Muhammad. Tetapi Muhammad punya alasan tersendiri, dan dia
menyatakan malaikat Jibril mengunjunginya dan meminta mencabut pedangnya
dan menuju ketempat tinggal bani Quraiza dan memerangi mereka. Jibril
berkata bahwa Muhammad dengan pasukan para malaikat akan pergi
mengguncangkan pertahanan mereka dan menebarkan ketakutan di hati
mereka.”
(AR-Raheeq Al-Makhtum by Saifur Rahman al-Mubarakpuri – http://islamweb.gov.qa/english/sira/raheek/PAGE-26.HTM).
Al-Mubarakpouri berkata lebih lanjut: “Nabi Allah langsung memanggil
si-pengumandang azan dan memerintahkannya untuk mengumumkan perang baru
terhadap bani Quraiza.”
Muslim tidak akan pernah berterima kasih kepada orang-orang/negara
kafir yang menolong mereka.
Mereka akan menerima pertolonganmu dan akan menikammu dari belakang
begitu mereka tidak memerlukan engkau lagi.
Lihat saja banyak pelajar-pelajar Muslim belajar atau menerima
bea siswa di sekolah di Amerika, mendapat pekerjaan di Amerika, mereka
tetap saja benci Amerika, jika mereka pulang ke negara asalnya tetap
membawa pesan-pesan kebencian terhadap Amerika.
Ingat 11 September 2001 mereka mengebom Amerika dan ini tidak akan
berhenti, sampai bendera bulan sabit berkibar di gedung putih dan
seluruh Amerika.
Pengebom kereta api bawah tanah di London adalah orang-orang yang
asalnya imigran Pakistan, Muslim-muslim ini hidup susah di negara
asalnya, mendapat kemurahan hati dari Inggris sehingga mereka
berimigrasi ke Inggris. Mereka mendapat pekerjaan di Inggris, anak-anak
mereka lahir di Inggris, mendapat pendidikan, pekerjaan dan menikah di
Inggris. Tetapi tetap saja mereka tidak berterima kasih kepada Inggris.
Mohammed Sidique Khan seorang guru yang sudah menikah dan mendapat
kebaikan dari Inggris. Ia adalah salah satu pelaku pengeboman kereta api
bawah tanah di London yang mengakibatkan 52 orang mati.
Dan masih banyak contoh-contoh lainnya yang tidak mungkin dituliskan
disini satu persatu.
Muslim-muslim di Inggris berkembang luar biasa pesat namun
orang-orang sekuler dan non-Muslim masih tenang-tenang saja. Mereka
pikir para pengebom sudah tertangkap dan persoalan sudah selesai, tetapi
seperti api dalam sekam mereka bergerak terus baik melalui jalur-jalur
hukum, politik, suap (dana petro dollar) maupun terorisme. Mereka tak
akan berhenti sampai bendera bulan sabit berkibar di seluruh Inggris
menggantikan Union Jack.
ADZAN
Sangatlah penting dalam mempelajari Islam untuk mengerti bahwa
panggilan untuk sholat adalah juga panggilan untuk berperang.
Kerusuhan-kerusuhan dan penjarahan kaum Muslim selalu di mulai di Mesjid
setelah mereka bersholat. Mereka paling bersemangat di bulan suci
Ramadan dan pada hari Jumat.
MESJID
Dalam khotbah peringatan hari kelahiran Muhammad pada tahun 1981,
Ayatollah Khomeini berkata:
Mehrab (Mesjid) berarti tempat perang, tempat untuk bertempur. Diluar
Mehrab, perang harus berlangsung. Seperti halnya semua perang-perang
dalam Islam berlangsung terus diluar mehrab. Nabi memiliki pedang untuk
membunuh orang, imam-imam suci kita cukup militan. Mereka semua adalah
pendekar perang, mereka biasa menyandang pedang untuk berperang dan
membunuh orang. Yang kita perlukan adalah seorang kalifah yang akan
memotong tangan, memenggal leher dan merajam orang seperti halnya yang
dilakukan Rasul Allah.
(Ayattolah Khomeini: A Speech delivered on the Commemoration of
the Birth of Muhammad, in 1981).
Jadi fungsi mesjid, adalah untuk:


Berkumpul, beribadah, solat, khotbah.
Rapat-rapat merundingkan dan mengatur strategi serta mengumumkan
fatwa dan perang.
Menimbun senjata-senjata dan tempat bersembunyi.


Muhammad memimpin pasukan tentara yang terdiri dari tigaribu tentara
infanteri dan tigapuluh tentara berkuda dari kalangan Ansar dan
Muhajirin.
Bani Quraiza dituduh bersekongkol dengan orang-orang Quraishi melawan
Muslim. Padahal kenyataannya, sejarahwan-sejarahwan Muslim telah
membantah tuduhan ini dan berkata bahwa tentara orang-orang Mekah
menarik diri tanpa berperang karena mereka tidak mendapat dukungan dari
bani Quraiza.
Ketika Muhammad mengumumkan niatnya, Ali sepupunya yang merupakan
pendukung utamanya, bersumpah tidak akan berhenti hingga dia berhasil
menyerbu benteng mereka atau mati. Pengepungan berlangsung selama 25
hari.
Kaum Muslim membuat pernyataan dan perjanjian kepada bani Quraiza
bahwa mereka tidak akan dilukai apabila mereka menyerahkan
senjata-senjata mereka dan bersedia membayar upeti. Karena hal inilah
akhirnya bani Quraiza menyerahkan diri dan senjata-senjata mereka kepada
Muhammad.
Tetapi Muhammad tidak menghormati perjanjian tersebut dan
memerintahkan mereka dibunuh, ada 900 orang laki-laki yang dibunuh.
Muhammad meminta pendapat Sa’d Ibn Mua’dh mengenai pembunuhan 900 orang
tersebut.
Mua’dh merestui pembunuhan itu, tetapi setelah Mua’dh memberikan
restunya, dia langsung terkena serangan jantung fatal.
Setelah kematian Mua’dh, Muhammad menyatakan bahwa Jibril berkata
kepadanya, gerbang-gerbang surga terbuka bagi Mua’dh dan singgasana
Allah bergetar atas kematiannya. Para malaikat bersuka cita atas rohnya
dan tujuh puluh ribu dari mereka turun untuk menghadiri pemakamannya!
Untuk menentukan siapa yang harus dibunuh, anak-anak muda diperiksa,
yang telah tumbuh bulu kelaminnya dikelompokkan dengan para lelaki
dewasa untuk dipenggal kepalanya.
Atiyyah al-Quriaz, seorang Yahudi yang berhasil lolos dari
pembantaian itu menceriterakan kemudian:
“Aku termasuk diantara tawanan
bani Quraiza. Para Muslim memeriksa kami, dan mereka yang telah tumbuh
bulu kelaminnya dibunuh, dan yang belum tidak dibunuh. Aku termasuk yang
belum tumbuh bulu kelamin.”
(Sunan Abu Dawud Book 38, Number 4390, kumpulan Hadist yang dianggap
shahih).
Ayat Qur’an tentang pembantaian bani Quraiza:
Dan dia menurunkan orang-orang
Ahli Kitab (Bani Quraiza) yang membantu golongan-golongan yang bersekutu
dari benteng-benteng mereka, dan Dia memasukkan rasa takut dalam hati
mereka. Sebahagian mereka kamu bunuh dan sebahagian yang lain kamu
tawan. (Qs 33:26).
Parit-parit digali di bazar Medinah, dan Muhammad memerintahkan
orang-orang tersebut digiring persepuluh orang untuk dipenggal, dan
badan mereka dibuang ke parit-parit itu.
Selama penjagalan tersebut, wanita-wanita mereka berteriak histeris,
merobek-robek baju mereka dan memukuli pipi mereka. Tetapi semakin
banyak wanita-wanita menangis semakin bersemangat Muhammad dan
sahabat-sahabatnya melakukan penjagalan, hingga pada hari itu dia
membunuh 900 orang secara massal.
Muhammad memerintahkan para tawanan wanita dipajang dihadapannya.
Seperti biasanya Muhammad memilih untuk dirinya, wanita yang paling
cantik.
Pilihannya jatuh kepada Rihana bint Amro, yang suaminya, dan ketiga
saudara laki-lakinya dan seluruh keluarganya diperintahkan untuk dibunuh
didepan matanya.
Muhammad berkata kepadanya: “Daripada menjadi budakku, saya akan
membebaskan kamu dan menikahimu.”
Rihana menjawab: “Lebih terhormat bagiku untuk menjadi budakmu dari
pada menjadi isteri seorang penjagal manusia.” Dia kemudian meludahinya,
dengan harapan Muhammad akan memerintahkan dirinya untuk dibunuh.
Tetapi Muhammad tidak pernah membunuh wanita cantik.
Melainkan dia menyimpannya sebagai seorang budak dan berhubungan
intim dengannya sementara kaki dan tangannya diikat.
[Lihat juga The Life of the Prophet oleh Ibn Hisham, vol.III,
hal 118-143 (yang juga menulis kejadian-kejadian lain yang tidak dimuat
disini): The Life of Muhammad oleh Haikal, hal 347-351 (Yang menambahkan
lebih banyak penjelasan mengenai kekejaman Muhammad): dan Al Sira Al
Halabia oleh Al Halabi, vol.II, hal 675-677. Cerita ini juga ditemukan
dalam Rawd Al Unuf oleh Imam As-Suhaili, vol.III, hal 267-271 dan dalam
buku-buku oleh Al-Tabari Ibn Kathir, Ibn Khaldoon, Al-Booti Al Khudri
dan Al-Adid. Semua pengarang menulis mengenai cerita mengerikan ini]
Banyak orang Muslim setelah melihat kekejaman Muhammad terhadap bani
Quraiza, mereka pindah dari agama Muhammad, karena yakin bahwa
pernyataan Muhammad adalah tidak benar sebagai nabi.
Lebih dari tigaribu orang pindah dari Islam setelah perang parit
Al-Khandaq.
Untuk menghalalkan kekejamannya dan perampokannya Muhammad mempunyai
solusi, Allah menjawab dan Jibril membawa ayat-ayat yang diperlukan.
Tiba-tiba ayat-ayat Al Qur’an diturunkan kepadanya.
“Dan Dia mewariskan kepadamu tanah-tanah, rumah-rumah dan harta benda
mereka dan (begitu pula) tanah yang belum kamu injak. Dan adalah Allah
Maha Kuasa terhadap segala sesuatu.” (Surat Al-Ahzab / golongan yang
bersekutu 33:27).
Dengan demikian Muhammad menegaskan bahwa Tuhanlah yang merestui
perbuatannya.
Terorisme, kekerasan, perampokan, pembunuhan dan perkosaan yang
terjadi sekarang ini bukan datang tiba-tiba, tetapi berasal dari
tindakan-tindakan, keteladanan Muhammad, para sahabatnya dan
penerus-penerusnya.
Serangan Al-Harkat.
Tidak puas dengan menghancurkan Quraiza, Muhammad menyerang
Al-Harkat, sebuah desa Yahudi yang dekat dengan Medinah.
Semua penduduk desa itu dibunuh, dan Muhammad bin Abd Al-Wahab
menulis:
“Mereka kaum Muslim mengatakan Allah Akbar dan mereka menyerang
bagaikan sejiwa, kemudian mengelilingi mereka dan membunuh mereka dengan
pedang-pedang Allah.”
(The Life of the Messenger, oleh Muhammad bin Abd Al-Wahab, hal 111).
Muhammad membuat Allah membawa pedangNya untuk dipakai membunuh
orang-orang yang tidak bersalah, dan mereka diserang secara tiba-tiba
tanpa satupun kejahatan yang dilakukan. Satu-satunya yang dianggap
kejahatan mereka adalah mereka orang Yahudi yang mempunyai hubungan
dengan Khaibar.
Muhammad jelas kemasukan roh racistis terhadap Yahudi (dan kemudian
Kristiani). Disini ia membunuh semua orang, laki-laki, perempuan dan
anak-anak. Tidak ada yang tersisa selain harta mereka yang dikumpulkan
lalu diambil Muhammad; meninggalkan sebuah sungai darah yang mengalir di
dalam desa itu.
Penaklukkan
Khaibar.
Bukhari mencatat beberapa hadist tentang penaklukkan Muhammad
terhadap Khaibar dan tindakan perkosaannya terhadap Safiya:
Anas berkata ketika Rasul Allah menyerang Khaibar, kami melakukan
sembahyang subuh ketika hari masih gelap. Sang Nabi berjalan menunggang
kuda dan Abu Talha berjalan menunggang kuda pula dan aku menunggang kuda
dibelakang Abu Talha. Sang Nabi melewati jalan ke Khaibar dengan cepat
dan lututku menyentuh paha sang Nabi. Dia lalu menyingkapkan pahanya dan
kulihat warna putih di pahanya. Ketika dia memasuki kota, dia berkata:
“Allahu Akbar! Khaibar telah hancur, sebab ketika kami mendatangi suatu
bangsa yang kami lawan, maka kemalangan akan mengawali mereka-mereka
yang telah diperingati.” Dia mengulang kalimat ini sampai tiga kali.
Penduduk Khaibar berlarian di jalanan, dan para pejuang mereka
diperintahkan Muhammad untuk dibunuh.
Kami menaklukkan Khaibar, menangkap para tawanan, dan harta benda
rampasan dikumpulkan. Dihya datang dan berkata: “O Nabi Allah! Berikan
aku seorang budak wanita dari para tawanan.” Sang Nabi berkata:
“Pergilah dan ambil budak mana saja.” Dia mengambil Safiya bint Huyai.
Tetapi seorang datang kepada sang Nabi dan berkata: “O Rasul Allah
engkau berikan Safiya bint Huyai pada Dihya padahal dia adalah yang
tercantik dari suku-suku Quraiza dan An Nadir dan dia layak bagimu
seorang.” Maka sang Nabi berkata: “Bawa Dihya beserta Safiya.” Lalu
Dihya datang bersama Safiya dan ketika sang Nabi melihat Safiya dia
berkata kepada Dihya (agar mengalah kepadanya): “Ambil budak wanita mana
saja lainnya dari para tawanan.”
Anas menambahkan: “Sang Nabi membebaskan Safiya dan mengawininya.”
Thabit bertanya kepada Anas: “O Abu Hamza! Apa yang dibayar sang Nabi
sebagai maharnya?” Anas menjawab: “Dirinya Safiya sendiri adalah
maharnya karena dia telah membebaskannya dari status budak dan lalu
mengawininya.” Anas menambahkan: “Diperjalanan, Um Sulaim mendandani
untuk upacara pernikahan dan malam ini Um Sulaim mengantar Safiya
segagai pengantin sang Nabi.”
[Sahih Bukhari 1.8.367: dalam versi hadits ini diterangkan
bagaimana kaum Muslim menyerang kota Khaibar sewaktu subuh dan saat itu
masyarakat Khaibar tidak siap. “Yakhrab Khaibar / Khaibar hancur” kata
Muhammad sewaktu dia menaklukkan benteng satu demi satu: “Allahu Akbar!
Memang jika aku menyinari tepi daerah masyarakat manapun, maka hancurlah
mereka hari itu juga!” Setelah menaklukkan kota itu maka tiba waktu
bagi-bagi jatah harta jarahan. Dihya salah seorang tentara Muslim,
menerima Safiya sebagai bagian jatahnya. Perlu diketahui ayah Safiya
adalah ketua suku Yahudi bani Nadir yang dipancung kepalanya atas
perintah Muhammad tiga tahun sebelumnya. Seseorang memberi tahu Muhammad
bahwa Safiya sangatlah cantik. Lalu Muhammad menawarkan Dihya dua gadis
pengganti yakni saudara-saudara sepupu Safiya, dan lalu mengawini
Safiya bagi dirinya sendiri].

Ibn Ishaq, sejarawan Muslim pertama, mengisahkan versi
penaklukkan Khaibar.
Kinana al Rabi yang menyimpan harta banu Nadir dibawa menghadap
kepada sang Rasul yang menanyakan tentang harta itu. Kinana menyangkal
mengetahui dimana harta itu. Sejarawan Tabari menulis, seorang Yahudi
dibawa menghadap sang Rasul dan berkata bahwa dia melihat Kinana pergi
ke suatu reruntuhan setiap subuh. Sang Rasul berkata kepada Kinana:
“Tahukah kamu, jika kami menemukan kamu yang menyimpan harta itu, maka
aku akan membunuhmu?” Kinana menjawab: “Ya.” Sang Rasul memerintahkan
reruntuhan itu dibongkar dan beberapa harta ditemukan. Lalu Rasul
bertanya padanya dimana harta yang lain, tetapi dia tidak mau menjawab,
sehingga sang Rasul memberi perintah kepada al Zubayr al Awwam: “Siksa
dia sampai mengaku habis-habisan.”
Maka al Zubayr menyalakan api dengan batu percik dan besi panas
diletakkan diatas dada Kinana sampai dia hampir mati.
Lalu sang Rasul menyerahkan Kinana kepada Muhammad bin Maslama yang
lalu memancung kepalanya sebagai balas dendam atas kematian saudara
Mahmud. Pada saat Muhammad menyiksa Kinana, dia juga mengambil istri
Kinana yang bernama Safiyah yang berusia 17 tahun, dipangku oleh
Muhammad untuk menonton penyiksaan terhadap suami Safiyah yaitu pemuda
Kinana.
Bilal adalah orang yang membawa Safiya kepada sang Rasul dan mereka
melewati beberapa mayat Yahudi dalam perjalanan itu. Kawan-kawan Safiya
menangis dan menabur debu diatas kepala mereka.
Ketika Rasul Allah melihat hal ini dia berkata: “Singkirkan wanita
iblis ini dari hadapanku.” Tetapi dia memerintahkan Safiya untuk tetap
tinggal dan menyelubungkan jubahnya kepada Safiya. Dengan ini para
Muslim tahu bahwa Muhammad memilih Safiya bagi dirinya sendiri.
Sang Rasul menegur Bilal: “Sudah hilangkah belas kasihanmu sehingga
kau bawa wanita-wanita ini melalui mayat-mayat suami mereka?”
Di hari yang sama Muhammad menyiksa suami Safiya yaitu pemuda Kinana
sampai mati, dia mengambil Safiya dan membawanya ke sebuah tenda untuk
disetubuhi. (Sirat Rasul Allah. p. 515).
Ini adalah sebuah contoh penyiksaan untuk mendapatkan informasi
tentang harta agar bisa dirampas. Yang diikuti dengan pembunuhan dan
perampasan isterinya yang tidak bersalah. Penyiksaan dipertontonkan di
depan mata sang isteri, kepalanya dipancung dan setelah itu isterinya
disetubuhi! Jikalau siksaan seperti ini dibenarkan oleh Allah dan
dilakukan oleh Rasul Allah sebagai contoh teladan, maka penyiksaan para
tahanan teroris di penjara Abu Ghraib, Irak dan Guantanamo, Amerika,
tidaklah ada artinya dalam hal kekejaman dan ketidak adilannya.

Medinah pasca pengusiran dan pembantaian orang-orang Yahudi.
Hidup di Medinah jadi sangat berubah, dulu sebelum Muhammad datang,
masyarakat Yathrib adalah petani, pembuat karya seni dan pedagang. Semua
itu digerakkan oleh orang-orang Yahudi, yang adalah pekerja keras, tahu
baca tulis dan makmur.
Masyarakat Arab Medinah merupakan masyarakat termiskin, orang-orang
Arab kebanyakan buta huruf, bodoh, malas dan percaya takhayul. Bagi
mereka dengan memiliki satu unta dan satu mantel saja sudah membuat
mereka merasa kaya. Mereka tidak punya banyak kemahiran dan bekerja bagi
kaum Yahudi sebagai pelayan-pelayan.
Setelah Muhammad mengusir dan membunuhi orang-orang Yahudi, kota itu
berubah drastis, ekonomi kota runtuh semua, tidak ada bisnis apapun yang
dapat dikerjakan oleh orang-orang Arab untuk menafkahi dirinya,
orang-orang hidup bergantung sepenuhnya pada Muhammad dengan cara
menjarah/merampok. Tidak ada jalan keluar untuk kembali bahkan
orang-orang yang tidak percaya padanya seperti Abdullah ibn Ubbay dan
pengikut-pengikutnya juga ikut pula dalam kegiatan penjarahan yang
dilakukan Muhammad. Ini bukan karena mereka mau mendukung Islam tetapi
karena menjarah merupakan satu-satunya mata pencaharian bagi penduduk
Medinah atau jika mereka tidak mau ikut dalam penjarahan maka mereka
akan mati kelaparan.
Al Qur’an menyebutkan bahwa orang-orang Arab ini mendapatkan harta
mereka dari “barang jarahan dari Allah.”
Dan Muhammad membuat penegasan untuk memberi semangat kepada kaum
Muslim: “Dia yang membunuh
seseorang, mempunyai hak atas segala hartanya.”
(Bukhari, Vol.4, Book 53, no.370; Sahih Muslim, Kitab 19, Bab 13).
Para wanita yang ditangkap pada perampokan menjadi tambahan
rangsangan bagi Muslim untuk ikut menjarah karena wanita-wanita ini akan
dijadikan budak seks.
Jadi alasan utama Muslim awal untuk berjihad adalah harta dan seks.
Suasana di Medinah sangat menegangkan, Islam dan jihad menjadi pusat
kehidupan masyarakatnya. Para pria keluar kota untuk menjarah, merampok,
menyerang kafilah-kafilah, menghancurkan perumahan desa-desa, membunuh
pria dan memperkosa wanita-wanita.
Imam Bukhari dan Muslim menuliskan sebagai berikut:
“Aku berpikir untuk mengumumkan
saat sholat dan menyuruh seseorang memimpin jemaat sholat, sedangkan
aku akan pergi bersama orang-orang sambil membawa obor kepada orang yang
tidak ikut sholat dan lalu membakar rumah-rumah mereka dengan api.”
(Muslim, Book 4, No. 1370; Bukhari, Vol. 1, Book 11, No. 626).
Byzantium.
Ambisi Muhammad dan sahabat-sahabatnya berkembang melampaui
semenanjung Peninsula hingga Byzantium. Muhammad mengirim salah satu
anak buahnya yaitu Al Harith Ibn Umayr kepada Sharhabil bin Umar Al
Ghassani (Al-Ghassanid merupakan dinasti Arab di selatan Syria yang
berhubungan dengan Katolik dan merupakan sekutu kekaisaran Byzantium)
untuk menyerahkan tawaran dan tuntutan Muhammad.
Raja tersebut menolak sang utusan dan hampir saja mengirim pasukan ke
Arab, tetapi batal karena menganggap Arab tidak berharga.
Muhammad mengirim tiga ribu tentara dan tiga pemimpin untuk menyerang
Damaskus tetapi dalam perjalanannya bertemu dengan pasukan Byzantium di
wilayah Yordania yang dinamakan Mu’tah.
Pada peperangan pertama (perang Mu’tah tahun 627), Zayd Ibn Haritha
anak angkat Muhammad terbunuh. Dia digantikan oleh Ja’far Ibn Abu Talib
yang juga terbunuh. Setelah dia, Abdallah bin Rawaha mengambil pimpinan
tetapi dia juga terbunuh dan digantikan oleh Khalid bin Al Wahid, yang
memerintahkan pasukannya untuk kabur selagi peperangan berlangsung.
Pasukan Muhammad kembali ke Medinah setelah kehilangan lebih dari 1500
orang. Beberapa dari mereka terluka parah termasuk Uthman bin Al-Maghira
yang bertanya kepada Muhammad sekembalinya mereka: “Tidakkah para
malaikat berperang untuk kita wahai Rasul Allah?” Dia menjawab:
“Sayangnya mereka sedang sibuk di tempat lain dan Jibril sedang
berliburan.”
Mereka percaya akan keterangan Muhammad.
Serangan terhadap
suku Kristen Uki.
Ada satu suku Arab yang bernama Ukl atau Uraina yang hidup dengan
damai dan sejahtera. Penduduknya semua beragama Kristen.
Muhammad datang menyerang mereka dan mengubah kedamaian mereka
menjadi sungai darah dan air mata.
Dia menghancurkan suku itu, membunuh banyak orang, dan mengambil
sisanya sebagai tawanan. Muhammad merampok harta mereka dan membawanya
ke Medinah. Setiba di Medinah Muhammad bertanya kepada para tawanan:
“Adakah seseorang yang akan menebusmu dan membayar uang tebusannya?”
Mereka menjawab: “Kamu telah mengambil semuanya dan kami sudah tidak
mempunyai apa-apa lagi untuk diberikan kepadamu.”
Pada titik itu Ali bin Abu Talib menuntut mereka menghujat Kristus
tetapi mereka tidak mau melakukannya. Akibatnya Muhammad memerintahkan
mereka disiksa dan dibunuh.

Al-Khudri seorang ulama Muslim mengatakan:
“Sekelompok orang Arab datang
dan membunuh salah satu dari sahabat nabi. Muhammad mengirim 120 orang
penunggang kuda yang menangkap mereka dan membawa mereka menghadap
Muhammad yang memerintahkan mereka disiksa saat mereka masih hidup.
Tangan dan kaki mereka dipancung dan mata mereka ditusuk dengan paku
panas. Mereka dibuang ke kubangan dan dipertontonkan hingga mereka
mati.” (The Light of Certainly / Nur Al-Yaqin oleh Al-Khudri 24th
edition, pp 184-185).
Sheikh Al-Khudri mencoba membenarkan tindakan Muhammad dengan menuduh
suku tersebut telah membunuh salah satu sahabatnya. Namun orang-orang
itu tidak membunuh siapapun dan serangan dilakukan oleh Muhammad
sebagaimana yang lain yaitu untuk merampok, membunuh dan memperkosa.
Imam As-Suhaili mengutip Ibn Hisham mengatakan:
“Setelah Muhammad menangkap
orang-orang tersebut, dia memotong tangan dan kaki mereka dan mengambil
mata mereka. Mereka meminta air untuk diminum, tetapi Muhammad menolak
untuk memberinya hingga mereka mati.”
[Rawd Al-Unuf oleh Imam As-Suhaili; vol.III, hal 187. Al Bukhari
juga memastikan kisah tersebut dalam Sahihnya, lihat hadits Sahih
Bukhari vol I, Buku 4, #234; vol.2, Buku 24, #577; vol.4, Buku 52, #261;
Vol.5, Buku 59, #505; Vol.6, Buku 60, #134; Vol.7, Buku 71, #590 dan
623; Vol.8, Buku 82, #79, 796,797; dan Vol.9, Buku 71, #590 dan 623;
Vol.8, Buku 82, #794, 797 dan Vol.9, Buku 83, #37. Lihat juga hadits
Sahih Muslim, Buku 16, #4130-37].

Banyak referensi Islam tulen, mengutip bahwa jumlah tahanannya adalah
sebanyak 42 orang. Empatpuluh dua orang inilah yang tangan dan kakinya
dipotong dan matanya ditusuk dengan paku panas, kemudian dilempar
kekubangan sampai mati. Walaupun umat Muslim mengatakan Muhammad adalah
nabi penutup semua utusan Tuhan dan nabi pengampun tetapi beliau menolak
untuk memberikan mereka air minum. Orang-orang Muslim mengatakan bahwa
kisah tersebut adalah palsu, tak mungkin terjadi.
Kita berharap bahwa kisah tersebut adalah palsu tetapi nyatanya
memang benar terjadi, dan tercatat oleh sumber-sumber sahih Islam
sendiri! Memang kebenaran terlalu silau bagi mereka yang buta sehingga
tak sanggup melihatnya. Mereka tak mampu menghubungkan kisah itu dengan
Allah SWT yang dikatakan mempunyai sifat-sifat Rahmani dan Rahimi
(pengasih dan penyayang)?
Penyebaran Islam: Ikuti Muhammad atau mati.
Islam adalah satu-satunya agama yang Allahnya dan Nabinya menyuruh
untuk disebarkan lewat pedang.
Pertanyaan yang tidak terjawab adalah: Kenapa harus begitu?
Sekedar contoh (1).
Ketika Amr bin al-Aas tiba di Yaman untuk memaksa raja Yaman membayar
upeti jika tidak memeluk Islam.
Sang raja bertanya kepadanya: “Bagaimanakah semua kaum Quraishi
menjadi Muslim?”
Al-Aas menjawab: “Kaum Quraishi mengikuti Muhammad karena mereka
mempunyai keinginan untuk memeluk Islam atau mereka takut sebab mereka
dikalahkan dengan pedang. Dan sekarang kamu adalah satu-satunya yang
tersisa yang bukan Muslim. Jika kamu tidak memeluk Islam hari ini,
kuda-kuda akan berlari diatasmu dan rakyatmu. Peluklah Islam dan kamu
akan hidup dalam kedamaian dan kuda-kuda serta penunggangnya tidak akan
menyerangmu.”
Sekedar contoh (2).
Ibn Ishaq menulis:
Utusan Allah mengirim Khalid bin Al-Wahid kepada bin Al-Harith,
kepala suku Najran yang beragama Kristen dan berkata kepadanya: “Jika
kamu memeluk Islam dan membayar zakat, kamu akan diterima, jika kamu
bilang tidak, aku akan membu-nuhmu dengan pedang.” (Kehidupan Nabi,
vol.IV, hal 134).
Suku tersebut mengirim beberapa orang dari Al-Harith kepada Muhammad
dengan patuh.
Muhammad berkata: “Jika kamu tidak memeluk Islam, aku akan memenggal
kepalamu dibawah kakimu.”
(Lihat: The Beginning and the End oleh Ibn Kathir, vol.5, hal. 989;
dan The Life of Muhammad oleh Dr Haikal, hal. 488).
Pilihannya hanya ikuti Muhammad, masuk Islam atau mati.
Orang-orang yang dibunuh karena penyebaran Islam sejak awal panggilan
kenabian Muhammad sampai matinya berjumlah 30.000 jiwa, ini tertulis
dalam buku: Tales of Battles, oleh Ibn Al-Asam Al-Garhani. Untuk
renungan kita yang beradab: Kenapa harus begitu?
Saling membunuh
diantara umat Islam.
AL-RIDDAH: Perang terhadap orang yang meninggalkan Islam.
Ketika Muhammad masih hidup telah banyak pengikutnya yang merasa
bahwa agama ini adalah ciptaan manusia, akibatnya kira-kira sepuluh ribu
pengikutnya meninggalkan Islam.
Abu Bakr kalifah pertama menuntut mereka harus membayar upeti (zakat
sebesar 2,5% dari harta seseorang untuk fakir miskin sebagai salah satu
dari 5 Rukun Islam).
Ketika mereka menolak, Abu Bakr menyatakan:
“Aku bersumpah demi Allah, jika mereka berhenti untuk membayar apa
yang mereka dulu bayar kepada utusan Allah, aku akan memerangi mereka.”
Sebagai akibatnya perang terhadap orang-orang yang meninggalkan Islam
dimulai bukan karena menolak mengakui bahwa tiada tuhan selain Allah
saja tetapi karena mereka tidak membayar zakat kepada Abu Bakr,
sebagaimana mereka membayar kepada Muhammad.
Dalam perang Al-Riddah ini Abu Bakr membunuh lebih dari tigapuluh
ribu orang yang menolak Muhammad dan menolak untuk membayar zakat yang
dipersyaratkan.
Pembunuhan Uthman
ibn Affan oleh Muslim sendiri.
Al-Halabi menulis tentang Uthman, khalifah ketiga:
Uthman ibn Affan datang dengan 10.000 dinar dan meletakkannya di
tangan dan dada Muhammad.
Muhammad mulai mengambil uang tersebut, memeriksanya,
membalik-balikannya ke setiap arah dengan hati-hati dan gembira sambil
berkata: “Semoga Allah memberikan pengampunan atas semua dosamu, yang
tidak diketahui dan yang diketahui oleh umum. Wahai Uthman semoga Allah
memberikan kepadamu pengampunan untuk apa yang kamu lakukan di hari
kemarin dan apa yang kamu lakukan di hari esok hingga hari
pengangkatan.”
Uthman adalah salah satu dari sepuluh pembawa kabar baik yang
berkhotbah tentang surga, dia adalah orang yang telah diberi kepastian
oleh Muhammad bahwa semua dosanya, yang lalu dan yang akan datang akan
diampuni setelah dia membayar sepuluh ribu dinar.
Uthman adalah suami dari dua anak Muhammad, Ruqayyah dan Um Kulthum.
Muhammad berkata kepadanya: “Jika saya mempunyai empatpuluh anak
perempuan, saya akan menikahkan mereka dengan Uthman.” Gara-gara 10.000
dinar?
Tetapi akhir sejarah dari khalifah ketiga ini sungguh mengenaskan.
Sekalipun ia dianggap sebagai bapak penyatuan teks Al Qur’an, yang
tadinya saling dipersengketakan tentang ke-murnian dan kebenarannya,
namun itu pulalah yang menye-babkan kematiannya. Dua Muslim yang
berpengaruh, Muhammad bin Abu Bakr dan Ammar bin Yasir mendatangi Uthman
ketika dia sedang membaca Al Qur’annya Muhammad. Mereka berdua
menyiksanya kemudian membunuhnya dengan pedang. Mereka juga menginjak
jenggotnya dengan sepatu mereka sebagai sebuah penghinaan yang besar.
Ironis sekali, Uthman kalifah yang ketiga mati dibunuh oleh seorang
pembawa berita kabar baik yaitu Ammar bin Yasir dan putra kalifah
pertama yaitu Muhammad bin Abu Bakr.
Al-Tabari menulis dalam bukunya The History of Nations and Kings,
teman-teman Uthman tidak berhasil mengubur jenazahnya selama 2 hari
berselang. Musuh-musuh Uthman melarang jenazahnya dimakamkan secara
Muslim di makam Muslim, maka jenazahnya terpaksa dimakamkan di pekuburan
Yahudi (baca detailnya pada bab “Tokoh-tokoh jihadis dalam sejarah”)..
Perang Unta.
Anda masih ingat kisah tentang Aisha dan Safwan dimana Ali menasehati
Muhammad untuk menghukum Aisha karena dugaan perselingkuhannya dengan
Safwan, dengan akibat terjadinya dendam antara Aisha dan Ali.
Aisha membentuk aliansi dengan Muawiyah melawan Ali, dia memimpin
perang selama 3 hari melawannya di kota Basra, Irak pada tahun 34
Hijriah.
Perang tersebut dinamakan Perang Unta karena Aisha berada
ditengah-tengah peperangan diatas seekor unta.
(Inilah perang saudara Muslim yang pertama terjadi di Basra, Irak
pada tahun 656, juga dikenal dengan sebutan “Perang Bassora” atau
“Perang Janial”).
Dalam perang tersebut lebih dari sepuluh ribu Muslim terbunuh di
kedua belah pihak.
Setelah pemakaman dilangsungkan, Ali bertanya kepada Aisha: “Wahai,
Ibu orang-orang beriman, pihak manakah yang akan masuk surga?”
Aisha berpura-pura lupa apa yang dikatakan oleh almarhum suaminya
sang Nabi yang mengatakan:
“Jika dua orang Muslim saling memerangi dengan pedang, yang membunuh
dan yang dibunuh akan masuk dalam api neraka.” Sebagai gantinya Aisha
menjawab: “Semuanya akan masuk surga.”
(Lihat Hadits Sahih Bukhari, vol.1, Buku 2 #30; vol.9, Buku 83 #14;
vol.9, Buku 99 #204; dan Hadits Sahih Muslim Buku 41, bab 4. “When two
Muslims confront Each Other with Swords.” #6898-6901.).
Perang Siffin.
Perang Siffin terjadi pada bulan Mei – Juli 657 di sungai Efrat
antara Ali bin Abu Talib melawan Mu’awiyah Ibn Abi Sufyan. Ali bin Abu
Talib adalah sepupu dan sekaligus menantu Muhammad yang kawin dengan
Fatimah putri Muhammad dengan Siti Khadijah.
Mu’awiyah Ibn Abi Sufyan adalah pemimpin kaum Umayyad, yang
mendirikan kesultanan Umayyad.
Konflik ini terjadi untuk memperebutkan penerus kalifah setelah
pembunuhan Uthman.
Lebih dari 15.000 orang terbunuh dalam perang ini.
Perang Karbala.
Perang ini terjadi pada tanggal 10-10-680 di kota Karbala yang
terletak 60 mil Barat Daya Baghdad.
Beberapa tahun setelah perang Siffin yang keji, anak-anak Ali yaitu
Al-Hassan dan Al-Hussein bertemu dengan Yazid anak Mu’awiyah dalam
pertempuran sengit di kota Karbala, dimana lebih dari 15.000 Muslim
terbunuh.
Al-Hussein bin Ali dipenggal kepalanya, jazadnya dirusak . Isterinya
dan semua anak-anaknya, cucu dan cicit Muhammad dibunuh.
Perang Zab.
Perang Zab terjadi pada tanggal 25 Januari 750 di sungai Zab di Irak
antara kaum Abbasids melawan kaum Umayyad. Kaum Abbasids adalah kaum
yang berasal dari Abbas, paman Muhammad yang melakukan kudeta mengambil
alih kekuasaan dari kaum Umayyad.
Mereka tidak melupakan apa yang telah dilakukan oleh kaum Umayyad
terhadap cucu-cucu Muhammad dan keluarga mereka sehingga mereka
memutuskan untuk membalas dendam kematian mereka. Pangeran dari Abbasids
yaitu Abu Al-Abbas, sang penjagal membunuh semua keturunan Umayyad,
termasuk kaum wanita, remaja dan balita. Bahkan kuburan mereka tidak
aman karena digali kembali, jazad mereka dicemari dan beberapa bagiannya
diberikan kepada anjing.

Perang Ain Jakut
Perang Ain Jakut (Mata / mata air dari Goliat) terjadi pada tanggal 3
September 1260 di Palestina antara kaum Tartar dibawah pimpinan Holako
melawan Sultan Qutuz dari Mesir. Banyak ulama Muslim mempercayai bahwa
Holako adalah seorang Muslim, sepanjang perjalanan, mereka merampas,
menjagal dan membakar banyak kota-kota Muslim dan non-Muslim hingga
mereka dikalahkan oleh Sultan Qutuz.